•| Chapter 21 |•

Start from the beginning
                                        

Ziva maju mendekati Lesya, membuat Haidar bersiap menarik Lesya untuk melindunginya. Namun, Lesya mengisyaratkan Haidar untuk tetap tenang.

"Gue nggak cuman sakit hati sama ucapan dia. Tapi, juga marah dengan entengnya dia bilang kayak gitu. Emangnya dia siapa bisa bilang kayak gitu ke seorang Ziva?" Ziva menaikan dagunya angkuh.

"Masa lo nggak tau dia, Kak?" balas Lesya dengan suara pelan. Namun, tetap dapat di dengar oleh Ziva. Ziva mengernyit bingung mendengarnya. "Coba kalian ngobrol berdua. Jelasin hubungan lo sama bokapnya."

"MAKSUD LO APA, ANJING?!" Ziva mendorong kasar bahu Lesya yang tidak siap dirinya tiba-tiba meledak hanya karena diberi saran. Matanya seketika melebar kaget melihat tubuh Lesya ditangkap oleh seseorang. Tak hanya dirinya, melainkan semua isi kantin.

"Are you oke, Quinnsha?"

Tubuh Lesya mematung dengan degup jantung yang berdebar. Dengan cepat dia menoleh, melihat seseorang yang berhasil menangkap tubuhnya sebelum jatuh dengan mata melebar. Jarak wajah mereka dekat sekali. Terlihat seperti sedang ciuman.

Xavier tersenyum tipis. "Ternyata gue bener waktu itu. Orang yang gue liat di pesta adalah elo. Gue nggak salah orang. By the way, long time no see."

Lesya masih diam, terkejut. Mencerna apa yang Xavier katakan. Otaknya nge-blank dan tidak bisa berpikir jernih. Berbagai pertanyaan mengisi kepalanya.

Sementara, Xavier membantu Lesya berdiri tegak. Merangkul bahunya, menatap Ziva yang membuka lebar mulut—terkejut melihatnya.

"Jangan ganggu dia, Ziv. Kalau lo nggak mau hancur," ucap Xavier sebelum membawa Lesya pergi dari sana.

• Flashback Off •

"Tapi, bisa 'kan nggak usah manggil gue Quinnsha?" Lesya masih mendebatkan nama yang selalu Xavier gunakan saat memanggilnya. 

"Emang kenapa? Enggak boleh?"

"Ga!"

"Kasih gue alesan, gue janji bakal berhenti manggil lo Quinnsha," kata Xavier santai, yang justru membuat Lesya kesal.

'Nih oranggg! Gue nggak pernah mau berurusan sama dia padahal,' batinnya menggerutu.

"Karena lo bukan keluarga gue," balas Lesya. Tersenyum miring setelahnya, merasa menang.

Xavier mengangguk mengerti. "Berarti gue harus jadi keluarga lo dulu baru bisa manggil Quinnsha?"

Lesya menganggukan kepalanya.

"Nggak mungkin gue jadi kakak atau adek lo. Apa gue lamar lo jadi istri gue aja? Gue nggak sekedar jadi keluarga lo, tapi suami lo juga. Dan gue juga bebas manggil lo apa. Iya, kan?"

Lesya mendelik, hampir tak bisa menahan diri untuk tidak memukul Xavier. "Enggak gitu juga! Arghhh!" Dia menelungkupkan kepalanya di atas lipatan tangan.  Merasa sangat kesal.

Lesya lelah. Sungguh lelah. Dia tidak tau kalau Xavier semenyebalkan ini. Kalau fans-fans Xavier tau idolanya adalah pribadi yang menyebalkan, pasti mereka ilfeel.

Lesya yakin itu.

Xavier mendengus geli, melihat tingkah Lesya yang sedang ngambek karena dijahili olehnya. Xavier hanya becanda, sejak tadi siang—melihat wajah kesal Lesya menjadi candu untuknya.

Xavier menarik gelas berisikan teh hangat yang sudah dibuatnya untuk Lesya. Menusuk lengan gadis itu yang masih kesal padanya.

"Apa?" balas Lesya galak.

"Ini, minum dulu," kata Xavier sembari memberikan gelas tersebut.

Lesya membuang napasnya kasar. Tangannya hendak mengambil gelas tersebut. Namun, matanya tak sengaja melihat pakaian yang di kenakannya. Dia melihat dirinya sendiri dan Xavier secara bergantian. Lalu, bangkit mencengkeram kaos Xavier.

Dangerous NerdWhere stories live. Discover now