"Ya? Kenapa?"
"Mikirin apa, anjir?" tanya Naura penasaran. "Dari tadi bengong muluuu! Ditagih debt collector lo gegara belom bayar pinjol?"
Plak!
Riana memukul punggung Naura. "Mana ada Lesya pinjol, anjir?! Lo nggak liat? Dia aja tinggal di apartement."
Naura menoleh sewot. "Mungkin aja, kan?! Dari tadi bengong mulu."
Riana menatap Lesya. "Lo kenapa dah, Sya? Mikirin Xavier?"
Naura menatap Riana bingung. "Hah? Kenapa jadi Xavier, dah?"
"Waktu lo dibawa gue sama Danny, Lesya masih ngelawan kak Ziva sama temen-temennya. Terus Xavier tiba-tiba dateng nolongin Lesya sambil bilang apa gitu, baru deh ngomong sama kak Ziva buat bubarin semuanya. Itu sih kata Haidar," kata Riana menjelaskan.
Naura membuka mulutnya lebar. "Hah? DEMI APA, SIH?!"
Plak!
Riana langsung menabok wajah Naura karena suaranya yang sangat cempreng membuat telinga sakit. "Biasa aja, dong! Suara lo bikin gua sakit, anjir!"
Naura nyengir. "Iye-iye, maap!" Gadis itu merubah posisinya menghadap Riana. "Tapi, bener yang lo bilang?"
Riana menganggukan kepalanya. "Tanya aja sama Lesya."
Naura menatap Lesya. "Si Xavier ngomong apa, Sya?"
Lesya mengangkat kedua alisnya. "Hm? Nggak tau gue. Dia bisik-bisik, tapi gue nggak denger terlalu jelas."
Bola mata gadis itu berputar ke atas. "Kayaknya bilang 'Gue baru tau lo seberani ini' gitu, deh."
Riana menganggukan kepalanya setuju dengan ucapan Xavier. "Bener sih yang dibilang Xavier. Lo berani banget ngelawan kak Ziva. Waktu itu dibully kak Ziva kenapa diem aja?"
"Soalnya waktu itu gue ngerasa bersalah karena gue nggak tau tentang Xavier. Kalo kemarin ya karena gue nggak suka Naura dilukain kak Ziva," jawab Lesya.
"Itu mah bukan salah lo! Si Ziva aja yang suka ngaku-ngaku. Xavier mana mau modelan ular kayak dia," ucap Naura.
Riana mengangguk setuju. "Wajah sih lo nggak tau. Kan, lo anak baru."
"Tapi, lo keren banget tau, Sya! Kayak bukan lo waktu gue liat kemarin," tambahnya.
Lesya tersenyum sambil membenarkan letak kacamatanya.
Naura beranjak dari sofa yang ada di depan ranjang, berjalan menghampiri meja rias, mengambil sisir. Lalu, naik ke atas ranjang dan duduk di belakang Lesya.
"Boleh gue sisirin nggak, Sya?" tanya Naura meminta izin.
"Boleh," jawab Lesya.
"Maaf ya, Sya," kata Naura sembari menarik ikat rambut Lesya yang selalu dikuncir kuda. "Anjir, halus banget! Lebat banget rambut lo, Sya. Bagus gini kenapa sering banget dikuncir? Coba sesekali digerai."
"Gue nggak pede, Nau," balas Lesya.
Riana ikut naik ke atas ranjang. Duduk di belakang Lesya dan memegang rambutnya.
"Kayak rambut Princess, anjir!" kata Riana lebay. "Bagus banget, Sya. Besok ke sekolah digerai aja. Gue sama Naura temenin."
Naura mengangguk setuju. "Nah! Gerai aja ya, Sya. Nanti di kelas gue percantik."
"Enggak usalah, nggak cocok," tolak Lesya halus.
"Apanya yang nggak cocok sih, Sya? Sayang lho rambut lo bagus diiket terus. Sesekali aja, ya?!"
Lesya menghela napas panjang. "Ya udah, deh."
•••
"Ih, elo kok dikuncir, sih?" Naura mengerucutkan bibirnya kesal. Menarik kursinya mendekati Lesya yang sedang merapikan alat tulis.
Bel istirahat sudah berbunyi. Anak-anak IPA 1 mulai berjalan keluar dari kelas, mengistirahatkan tubuh dan menyegarkan pikiran. Karena mata pelajaran sebelumnya adalah Matematika.
Lesya menoleh, meringis. "Maaf. Gue gerah kalo harus digerai. Soalnya ke sini naik angkot."
"Ya udah deh, nggak papa. Untung gue bawa sisir. Digerai nggak papa, kan?"
Lesya menganggukan kepalanya. "Nggak papa."
Riana berjalan mendekat, duduk di atas meja Lesya yang sudah rapi.
"Nih! Gue bawa iket rambut yang kecil-kecil," katanya menunjukan ikat rambut warna-warni di tangannya.
"Nah, good!" balas Naura sambil menyisir rambut Lesya. Lesya sendiri hanya diam saja rambutnya mau diotak-atik sama Naura.
"Jadi!" seru Naura heboh. Bertepuk tangan senang melihat hasil karyanya.
"Aaa, cantik bangettt," ucap Riana gemas melihat rambut Lesya dibentuk seperti miliki Elsa di film Frozen.
"Foto dulu nggak, sihhh?!" kata Naura menatap Riana.
Riana menganggukan kepalanya setuju. "Harus itu mah!"
Kemudian, Riana mengeluarkan ponsel dari dalam saku roknya. Membuka fitur kamera dan bersiap mengabadikan momen mereka bertiga.
"CIIIS!"
Cklik!
Selesai mengabadikan momen. Kini, mereka bertiga berjalan menuju kantin. Dengan penampilan Lesya yang sudah Naura dan Riana ubah. Tampak seperti princess Elsa sungguhan. Lesya juga tak memakai kacamata.
Kehadiran mereka bertiga menjadi sorotan. Hampir semua orang memandang Lesya dengan tatapan terpukau. Tak percaya gadis lugu itu bisa tampil sangat cantik. Mengalahkan Ziva sang primadona.
"Itu Lesya anak IPA 1?"
"Yang waktu itu ngelawan kak Ziva bukan, sih?"
"Sumpah itu dia? Kok, cantik banget???"
"Aura anak orang kaya nggak, sih?"
"Cantiknya nggak ngotak, anjir! Kayak Elsa benerannn!"
"Pasti yang dandanin Naura."
"Naura pinter banget make over orang."
"Ngalahin kak Ziva ini mah!"
Lesya berjalan santai di antara Naura dan Riana di saat dirinya kini jadi bahan omongan anak-anak di kantin. Dia sama sekali tidak peduli pada tatapan-tatapan orang yang mengarah padanya.
Mereka sampai di tempat yang sudah ada Haidar dan Danny. Mereka berdua tak kalah kagetnya melihat perubahan Lesya.
"Sumpah, Sya. Kayak liat Elsa beneran gue," ucap Danny sampai tak berkedip. Geleng-geleng tak habis pikir Lesya ternyata sangat cantik.
Haidar menganggukan kepalanya setuju. "Hooh! Cuman bedanya rambut lo warna item. Coba diputihin kayak Elsa beneran, Sya. Udah mirip banget pasti."
Lesya tersenyum geli. Mulai duduk di salah satu kursi yang kosong diikuti Naura dan Riana.
"Iya, dong! Siapa dulu MUA-nya," kata Naura sok cantik sambil mengibaskan rambutnya.
"Lah? Hasil karya tangan lo, Nau? Tumben bener," kata Haidar membuat Naura langsung mendatarkan wajahnya.
Danny tertawa. "Iya, biasanya cuman bisa ngerusakin barang aja lo."
"Tangan hulk ya begitu. Apa pun yang dipegang pasti rusak," timpal Riana ikutan tertawa.
"Stop bully gue!" kata Naura. "Gue nggak sengaja, anjirrr! Gue nggak tau kalo ternyata tenaga gue se-LAKIK itu."
Lesya tertawa melihat Naura bergaya mengkekarkan tangan seakan dia laki-laki. Sampai tatapannya tak sengaja bertemu dengan seseorang dibagian belakang kantin.
YOU ARE READING
Dangerous Nerd
Fantasy#AREGAS SERIES 2 Lesya yang merupakan seoarang cold girl yang memiliki mata setajam elang dan disegani anak buah Papanya berubah menjadi gadis cupu yang masuk ke dalam sekolah swasta elite dan terkenal di Ibukota untuk mencari tau alasan meninggalny...
•| Chapter 19 |•
Start from the beginning
