•| Chapter 19 |•

Start from the beginning
                                        

Lesya menghela napasnya panjang. Menghempaskan tubuhnya ke sofa. Memijat kepalanya yang terasa pening memikirkan banyak hal.

Billy duduk di samping Lesya, memiringkan tubuhnya ke arah gadis itu. Menatapnya memberi pengertian. "Nona, saya sangat yakin. Kalau Xavier nggak ada niat jahat. Dia cuman tertarik sama Nona. Apalagi Nona cantik."

Lesya kembali melempar tatapan tajam. "Masih banyak yang lebih cantik di sekolah."

"Tapi, lebih cantikan Nona. Dan Nona lebih menarik," balas Billy, lalu tersenyum manis.

Lesya menatap Billy jijik sambil mendorong wajahnya dengan telapak tangan. "Jijik tau, nggak?!"

Billy tersenyum datar, sabar. "Nona, kita harus positif thingking."

Lesya menghela napas panjang. Tidak menghiraukan.

"Coba kita liat besok. Bagaimana sikap dia sama Nona," ucap Billy lagi.

Tak lama wanita yang Lesya suruh ambil kunci kamar Zios datang. Memberikan kunci tersebut.

"Terima kasih," ucap Lesya.

Wanita itu menganggukan kepalanya sekali dan pergi dari sana.

Billy mengedipkan matanya polos, melihat kunci di tangan Lesya.

"Kunci apa itu, Nona?" tanya Billy.

"Kamar Zios. Gue mau ngecek sesuatu," jawab Lesya sambil beranjak.

"Mau saya temenin?" tawar Billy.

"Ga!"

•••

Ceklek!

Setelah sekian lama pintu itu kembali terbuka. Tampak Lesya berjalan masuk sembari melihat isi kamar bernuansa monokrom tersebut. Berjalan mengitari ruangan yang terasa sepi dan sunyi.

Langkahnya membawa Lesya menuju meja belajar. Melihat deretan buku yang berjajar rapi dari yang paling tinggi ke rendah. Alat tulis berada di tempat yang seharusnya.

Tatapan Lesya terhenti pada sebuah bingkai foto yang terpajang di sana. Dua anak kecil, laki-laki yang sedang menggendong adik perempuannya-tengah tersenyum lebar ke arah kamera.

"Zios! Aku maunya digendong," rengek Lesya.

"Ya udah, ayok! Aku gendong!"

"CIIISS!!"

Lesya menelan ludahnya getir. Mengambil bingkai foto tersebut, mengusap kacanya.

"Aku nggak tau, sebenernya aku udah ikhlas atau belum. Rasanya selalu nyesek kalau liat foto kita berdua, Zios," ucap Lesya lirih.

Mengembalikan foto tersebut pada tempatnya. Lesya mulai menenangkan diri. Melanjutkan apa yang sedang dia lakukan.

Tak ada satu pun yang Lesya lewatkan dari sana. Saat membuka laci, alis Lesya tertaut samar melihat buku diary warna pink. Lesya ingin melihat isinya. Sayangnya terkunci.

"Ck! Dimana sih kuncinya?" gerutu gadis itu. Mencari kunci di sekitaran meja belajar. Namun, tak menemukannya.

Berjalan menjauhi meja belajar, duduk di pinggir ranjang. Gadis itu malah menggoyang-goyangkan buku diary tersebut berharap kuncinya disembunyikan dibagian belakang.

Bruk!

"Bodo amat, gue cape, anjir," katanya kesal, melempar buku diary tersebut ke atas nakas.

Lesya membuka asal laci-laci di nakas. Matanya berbinar menemukan ponsel Zios tergeletak begitu saja di sana. Segera Lesya mengambil ponsel tersebut dan menyalakannya.

Dangerous NerdWhere stories live. Discover now