•| Chapter 17 |•

Start from the beginning
                                        

"Ada apa dengan malem minggu sih, Kawan?" tanya Bani yang baru saja duduk di samping Januar.

"Danny! Minumannya?" Riana berjalan kecil menghampiri Danny yang sedang fokus pada ponsel.

"Dibuat entar sama bibi," jawab Danny, melirik sekilas ke arah Riana.

"Rumah lo kok gede banget sih, Dan? Gue jadi iri tau nggak?" Riana mengedarkan pandangannya memandangi rumah baru Danny yang baru dibeli tiga bulan lalu. Riana baru pertama kali datang ke rumah Danny yang baru. Dulu dia sering main ke rumah Danny yang lama karena satu komplek, hanya beda jalan. Namun, semenjak Danny pindah Riana jadi jarang main dan keluar rumah. Dia juga sibuk belajar.

Danny tertawa pelan. Memasukan ponselnya ke dalam saku celana. "Sering-sering napah main ke sini."

Riana menyikut perut Danny dengan bibir mencebik kesal. "Dulu waktu kita masih satu komplek, gue bisa main terus ke rumah lo. Tapi, sekarang? Gue mau naik apa anjay ke rumah lo?"

"Gue jemputlah," jawab Danny. "Tinggal bilang kalo mau main. Gue jadi siap sedia langsung OTW ke rumah lo."

Riana tertawa pelan. "Bener, ya?" pintanya berjanji dengan jari telunjuk mengacung ke arah Danny.

Danny ikut terkekeh. "Bener."

Intearaksi mereka berdua dilihat oleh Lesya dengan tatapan datar. Gadis itu mengalihkan pandangannya ke arah lain. Memerhatikan teman-temannya yang sedang sibuk entah melakukan apa. Apa lagi Naura terus berteriak dan memarahi anak cowok karena tidak benar mengerjakan tugas.

"Aduh, pizzanya kapan dateng, sih?" tanya Naura sambil merebahkan dirinya di atas tikar. Menggunakan paha Lesya sebagai bantalan. Memeluk perutnya sendiri. "Gue udah laper banget, nih. Tiga bulan nggak makan."

Lesya tertawa mendengar perkataan Naura.

"Nanti kalo udah nyampe pizzanya. Gue mau satu box buat gue!" ucap Naura tidak ingin dibantah.

"Bilang sekali lagi lo! Bilang sekali lagi!" tantang Haidar sambil mencengkeram pipi Naura dengan satu tangan. Satu tangannya yang lain memegang gelas berisi cairan merah.

"Aaa! Haidar, psikopat!" teriak Naura sambil berdiri. Lalu, kejar-kejaran sama Haidar.

"Lesya! Ayok, kita foto!" ajak Hujan sambil mengangkat ponselnya tinggi. Berpose tersenyum manis.

Lesya menarik kedua sudut bibirnya, membentuk senyuman manis dengan satu alis terangkat. Lalu, mereka berdua melihat hasilnya.

"Lagi! Lagi!" seru Hujan.

"Boleh ikutan nggak?" tanya Priyanka. Berdiri di samping Lesya.

Lesya dan Hujan menoleh. "Boleh," jawab Lesya.

Priyanka lalu duduk di samping Lesya. Hujan kembali berpose dan mengabadikan mereka bertiga.

Hujan, Lesya dan Priyanka asyik berfoto dengan gaya yang berbeda-beda. Selain berfoto, mereka juga membuat boomerang.

Hujan menoleh pada Lesya saat melihat gadis itu bergerak tidak nyaman. "Kenapa, Sya?"

"Gue kebelet," jawab Lesya. "Gue buang air kecil dulu, ya."

"Ya udah, sana," balas Hujan.

Lesya kemudian berdiri. Berjalan menghampiri Danny. "Dan."

Danny yang sedang mengobrol dengan Damar menoleh. "Oit?"

"Kamar mandi dimana?" tanya Lesya.

"Ayok, gue anter," balas Danny. Jalan duluan diikuti Lesya di belakangnya. Mereka berdua memasuki rumah.

Lesya mengedarkan pandangannya menatap isi rumah Danny yang sangat rapi. Melihat barang-barang yang berada di tempat seharusnya.

Danny berhenti melangkah, menunjuk pintu di sampingnya. "Ini kamar mandinya. Gue balik duluan nggak papa?"

"Enggak papa," balas Lesya.

"Inget 'kan jalannya?"

"Inget kok."

"Okey." Setelahnya Danny pergi meninggalkan Lesya sendirian. Kembali pada teman-temannya.

Lesya masuk ke dalam kamar mandi, tak membutuhkan waktu lama Lesya sudah selesai. Dia kembali ke halaman belakang rumah Danny. Suara teman-temannya terdengar sampai ke dalam rumah.

Namun, langkah Lesya terhenti saat melihat nama di buku yang ada di dalam kardus. Lesya berjalan mendekat, mengambil buku tersebut.

Mackenzie Zioshaka.

Buku PR matematikanya Zios. Kening Lesya mengernyit. Bertanya-tanya mengapa ada buku Zios di rumah Danny.

Atau mungkin buku ini tertinggal?

Lesya memasukan buku peninggalan Zios ke dalam tas. Lalu, kembali melangkah menuju halaman belakang.

Dangerous NerdWhere stories live. Discover now