Tinnn!!!
"Iya iya, elah. Santai aja kenapa, sih?" omel Naura ketika suara klakson mobil tersebut mengganggu indra pendengarannya.
"Kenapa sih, setiap gue di jalan selalu aja di klaksonin sama motor atau mobil?" omel Naura saat motor kembali melaju dengan benar. Tepat berada di paling belakang rombongan.
"Karena lo kurang bener bawanya, Nau," balas Lesya kalem.
"Gue udah benar, Sya. Bawanya kayak Rossi. Tapi, tetep aja. Selalu diomelin sama yang lain."
Dan Lesya hanya menjadi pendengar saat Naura terus mencerocos tanpa henti. Menceritakan keluh kesahnya yang sering ditegur oleh pengendara lain. Kadang Lesya heran, kok bisa ya dirinya sabar banget ngadepin sifat Naura yang bawelnya minta ampun. Apa aja bisa dibahas dan topiknya tidak pernah mati. Sudah gitu Lesya tau aja apa balasan yang bisa dibahas sama Naura.
Mungkin ini yang dimaksud Tuhan. Mengirimkannya teman agar Lesya tidak sendirian lagi, tapi dapatnya modelan kayak Naura. Walau kadang capek sendiri dengerin dia ngomong, tapi Lesya tetap mendengarkan dengan telinga lebar. Menjadi pendengar yang baik. Dengan menjadikan kisah hidup orang-orang yang menceritakan masalahnya sebagai pelajaran untuknya di kemudian hari.
Lesya jadi berpikir, dulu sebelum ada dirinya. Siapa yang mendengar semua ocehan Naura?
"Lo emang suka cerita-cerita kayak gini ya, Nau?" tanya Lesya sedikit memajukan kepalanya agar Naura dapat mendengar suaranya.
"Kenapa? Gue cerewet banget, ya?" Naura bertanya balik.
"Lumayan," jawab Lesya.
"Gue sendiri nggak tau kenapa mulut gue tuh suka banget nyerocos sama hal-hal yang nggak penting sampe penting sekaligus. Kadang gue mikir kalo gue diem aja di kira sombong sama orang yang lagi di deket gue atau yang lagi gue bonceng. Kadang juga kalo ngomong terus juga takut dia keganggu. Jadi, gue bingung harus gimana," balas Naura.
Naura terdiam sebentar dan Lesya setia menunggu karena Lesya tau ada yang mau Naura katakan lagi.
"Tapi, kalau lo ngerasa terbebani sama kebawelan gue, bilang aja nggak papa, Sya," katanya lagi.
"Gue nggak ngerasa terbebani kok, Nau," ucap Lesya dan Naura merasa saat ini sahabatnya itu tengah tersenyum. "Gue seneng malah denger lo banyak omong. Cerita random."
Naura tertawa. "Thank you, Sya."
"You are welcome, Nau," balas Lesya.
"Terus sebelum ada gue yang jadi temen lo. Lo suka ngobrol sama siapa?" tanya Lesya penasaran.
"Zios," jawab Naura. Nada bicaranya berubah, terdengar jelas di telinga Lesya saat dia menyebutkan nama Zios suaranya terdengar sedih. "Kadang kalo ngobrol sama lo, gue ngerasa kayak lagi ngobrol sama Zios. Lo pendengar yang baik, Zios juga. Lo temen yang baik, Zios juga. Lo selalu nemenin gue waktu mesen makanan, Zios juga. Jadi, lo tuh banyak banget kesamaan sama Zios."
"Terus pas Zios udah nggak ada gue ngerasa kesepian. Padahal, gue masih punya sahabat deket. Terus nggak lama lo dateng, jadi murid pindahan. Sikap lo juga sama kayak Zios ... bikin gue kangen sama dia."
Lesya mengalihkan pandangannya ke arah lain, menghalau cairan kristal yang hendak keluar dari pelupuk matanya. Suasana yang terjadi di antara mereka berubah menjadi sedih dan rindu. Sesak rasanya mengingat orang yang mereka sayang sudah pergi selamanya.
Bukan hanya Naura yang merindukan Zios, tapi Lesya juga.
Lesya sangat sangat merindukan Zios. Terlebih mereka adalah saudara kembar walau tidak identik.
YOU ARE READING
Dangerous Nerd
Fantasy#AREGAS SERIES 2 Lesya yang merupakan seoarang cold girl yang memiliki mata setajam elang dan disegani anak buah Papanya berubah menjadi gadis cupu yang masuk ke dalam sekolah swasta elite dan terkenal di Ibukota untuk mencari tau alasan meninggalny...
•| Chapter 17 |•
Start from the beginning
