"Itu namanya gue peduli dan tanggung jawab," balas Xavier. "Gue tanya, emang lo mau tanggung jawab bawa dia ke UKS?"
Garry langsung nyengir. Tentu jawabannya tidak. Dia paling malas menolong orang padahal itu kesalahannya sendiri.
Bastian datang, duduk di samping Xavier.
"Lo suka sama Hera?" tanya Xavier to the point membuat Bastian menatapnya malas.
"Nggak," jawabnya.
"Massa?"
"Nanya lagi gue colok mata lo."
Xavier mengangkat bahunya acuh, memusatkan kembali perhatiannya ke arah lapangan dimana bola dilambungkan dan dengan cepat Lesya melompat tinggi, mengambil bola basket dan mengopernya pada anak timnya.
Pertandingan berlangsung seru. Masing-masing kelas berteriak menyemangati jagoan mereka. Terutama kelas XI IPA 1 dan XII IPS 3 yang sedang tanding. Suara mereka meramaikan suasana yang sudah ramai seperti pasar.
Lesya mendribble bola masuk ke daerah lawan. Gadis itu hendak mengoper bola ke arah Shalu. Namun, dari arah samping tubuhnya ditabrak dengan keras membuatnya jatuh dan bola jatuh menggelinding.
"WOI! PELANGGARAN ITU NAMANYA!!!" teriak Naura marah membuat hampir semua pasang menatap ke arahnya. "ANJING YA LO KAGAK BISA MAIN!"
Naura benar-benar marah melihat temannya jatuh dengan sangat keras. Mereka melihat jelas saat Rani—salah satu dayang Ziva yang ikut tanding menabrak tubuh Lesya dengan sengaja.
Riana segera berdiri, memegangi kedua lengan Naura mengajaknya duduk kembali. "Udah, Nau. Malu diliatin banyak orang."
"Gue keselll," kata Naura dengan wajah menekuk sebal melihat lapangan dimana Lesya dikerubungi Sheva, Gia, Shalu dan Priyanka.
"Lesya lo nggak papa?" tanya Priyanka memastikan dengan sorot mata khawatir menatap Lesya.
Lesya menganggukan kepalanya mantap. "Nggak papa, kok."
"Sakit nggak?"
"Nggak."
"Masih kuat, sya?" tanya Shalu.
"Kuat," jawab Lesya. Kemudian, gadis itu beranjak berdiri dengan bantuan Shalu dan Priyanka yang menarik tangannya. Lesya tertawa membuat mereka berempat juga ikut tertawa.
"Curang sekali lagi, gue lempar muka lo pake bola," ancam Sheva tidak main-main. Dia sama sekali tidak takut dengan Rani yang merupakan seniornya dan backingannya adalah Ziva.
Ranii mendengus, membuang pandangannya ke arah lain.
Permainan kembali berlanjut setelah Pak Rama menanyakan keadaan Lesya, mampukah Lesya kembali melanjutkan pertandingan. Lesya menjawab mampu dan ingin main lagi. Basket adalah olahraga kesukaannya, apa pun keadaannya. Lesya akan berusaha melakukan yang terbaik.
Keringat membasahi kaos olahraga Lesya. Waktu pertandingan sebentar lagi habis, sementara point mereka sama. Lesya menerima operan dari Sheva. Tanpa pikir panjang dia langsung melambungkan bola ke arah ring. Semua penonton terkejut melihat posisi Lesya berada di garis lengkungan three point. Gadis itu terbilang nekat, banyak yang berpikir Lesya tidak akan berhasil. Namun, ternyata pikiran mereka salah.
Lesya berhasil melakukan three point. Semua penonton bersorak senang. Bahkan, tak jarang ada yang melompat kegirangan. Naura adalah salah satu siswa yang senangnya bukan main. Dia sampai meminjam megaphone yang dipegang anak OSIS untuk memberi selamat pada Lesya.
"JI DOUBLE O DI JI O BI GOOD JOB! GOOD JOB!" teriaknya seperti orang kesetanan membuat Lesya yang melihatnya tertawa malu.
"GOOD JOB! GOOD JOB!" balas anak-anak XI IPA 1 kompak. Tidak hanya teman sekelasnya, anak IPA yang lain juga ikut berteriak membalas karena apa yang dilakukan Lesya adalah kejadian langka. Iya, langka. Soalnya belum ada yang pernah anak cewek Aregas masukin bola three point.
Sheva datang menghampiri Lesya, merangkul bahunya sambil tersenyum lebar. "Liat! Mereka semua bangga sama lo."
Lesya menoleh dan tersenyum lebar melihat keadaan kelasnya yang jauh dari kata kondusif. Naura, Riana dan Hujan terusan-terusan berteriak memberikan mereka selamat. Tidak ada hentinya, tidak ada lelahnya. Mereka senang, mereka bangga.
Pantas saja Zios betah bersekolah di sini dan menolak ajakan Lesya sekolah di Australia. Karena di sini dia bisa merasakan banyak hal yang tidak bisa Lesya rasakan. Rasa dihargai yang membuat perasaan kita senang bukan main. Keluarga kedua teman sekelas yang selalu mengerti keadaan kita.
Xavier tersenyum miring melihat betapa bahagianya gadis itu sebelum akhirnya pergi bersama ketiga temannya dari sana.
Sementara, di tribun paling belakang. Haidar tersenyum, ikut senang, tapi juga sedih. Cowok itu senang Lesya bisa menyetak banyak poin membuat kelasnya menang di pertandingan pertama dan lanjut ke babak selanjutnya. Sedih karena tidak bisa seperti Lesya yang ternyata jago main basket.
Cowok itu pergi dari sana dengan kepala menunduk lesu.
VOCÊ ESTÁ LENDO
Dangerous Nerd
Fantasia#AREGAS SERIES 2 Lesya yang merupakan seoarang cold girl yang memiliki mata setajam elang dan disegani anak buah Papanya berubah menjadi gadis cupu yang masuk ke dalam sekolah swasta elite dan terkenal di Ibukota untuk mencari tau alasan meninggalny...
•| Chapter 12 |•
Começar do início
