•| Chapter 11 |•

Start from the beginning
                                        

"Iya, dong!" jawab Hujan sambil merangkul bahu Lesya. "Kan, lo yang paling banyak ikut lombanya. WOI! FOTONYA LESYA JANGAN SAMPE ILANG! DIPAKE TIGA HARI BERTURUT-TURUT!"

Kelas XI IPA 1 berbondong-bondong berjalan di koridor menuju lapangan indoor basket. Kelas yang dikenal paling solid di Aregas itu memenuhi lorong sekolah, melewati kelas-kelas lain. Membuat anak-anak kelas lain iri melihat kebersamaan mereka.

Sesampainya di tempat tujuan, mereka duduk di tribun yang di bagian depan sudah ada papan kecil bertuliskan kelas mereka. Pemain basket putri duduk di paling depan, termasuk Lesya. Naura, Riana dan Hujan tepat berada di belakang gadis itu.

"Jangan deg-degan ya, Sya. Santai aja. Anggap aja bolanya temen lo. Terus nggak ada anak-anak Aregas yang nonton. Intinya lo harus semangat dan gue yakin lo pasti bisa," ucap Naura menggebu-gebu dengan tangan terkepal.

Lesya terkekeh, menganggukan kepalanya. "Iya, Ra. Lagian gue masih nanti."

"Hah? Emang kapan?" tanya Riana.

"Tiga kelas anak cowok selesai tanding," jawab Hujan.

"Masih lama, sih. Tapi, sumpah! Lo yang mau main, gue yang deg-degan," katanya lebay sambil pegang dada.

"Biasa aja, sih," balas Lesya dengan senyuman geli.

"Lo udah sarapan belum?" tanya Hujan perhatian.

Lesya menganggukan kepalanya. "Udah, kok."

"Kalo belum, Naura mau ngebeliin."

"Aduh, kuping gue panas berasa ada yang ngomongin," celetuk Naura sambil menoleh kanan kiri.

"Eh eh! Udah mulai! Udah mulai!" seru Damar mengintrupsi agar teman-teman sekelasnya berhenti ngobrol dan fokus pada pertandingan.

Sontak hal itu membuat semua pasang mata menatap ke arah lapangan. Dimana dua kubu tim berjalan masuk ke dalam lapangan dari arah yang berlawanan. Kebetulan tempat duduk anak cowok XI IPA 1 tepat berada di depan kelasnya sendiri.

"Anak kelas dua belas badannya gede-gede banget, anjir," gerutu Riana kesal sambil makan popcorn yang dia beli di kantin sebelum masuk ke lapangan.

"Gue nggak terima sebenernya kalo kelas kita main pertama," ucap Hujan dengan tatapan sendu. "Kayak belum ada persiapan gitu, lho."

"Tapi, kita harus yakin kalo temen-temen kita pasti bisa," ucap Lesya menenangkan. "Mereka pasti mau ngelakuin yang terbaik buat anak-anak kelas."

Naura mengangguk setuju. "Buat maju ngewakilin aja mereka udah hebat. Nggak papa nggak menang di basket putra. Masih da basket putri sama lomba lainnya."

Lesya seketika menahan napas. Dia takut tidak bisa memberikan yang terbaik untuk teman sekelasnya, tapi dia juga merasa percaya diri jika nanti saat pertandingannya dimulai, Lesya akan mencetak banyak point.

Gadis itu selalu berpikiran positif jika berada di situasi seperti ini. Makanya dia selalu bisa memenangkannya.

Pak Rama—selaku guru olahraga dan wasit hari ini berdiri di antara dua tim dengan bola basket di tangan. Pria idaman cewek-cewek Aregas itu menatap masing-masing ketua tim.

"Siap?"

Haidar perwakilan XI IPA 1 dan Regi perwakilan XII IPS 5 kompak menganggukan kepalanya. Tidak ada lagi raut becanda di wajah Haidar. Cowok itu terlihat sangat serius. Menambah ketampanan wajahnya.

Peluit ditiup, bola dilambungkan ke atas. Haidar dan Regi melompat tinggi untuk mengambil alih bola, bergerak sangat cepat. Sayangnya, Haidar kurang cepat sehingga bola berhasil diambil seniornya.

Chico menepuk bahu Haidar, memberi semangat lalu mengejar bola yang mengarah pada ring timnya. Haidar menghela napas sebelum ikut mengejar.

"CHICO! CHICO! CHICO!" teriak Hujan menyemangati dengan semangat empat lima. "SEMANGAT CHICO! LO PASTI BISA!!! WOOO!!!"

"HAIDAR AYO DONG SEMANGAT!!" teriak Naura tak kalah kencangnya. "NANTI KALO MENANG DITRAKTIR LESYA ES CENDOL DEPAN GARUDA!!!"

Lesya yang namanya disebut menoleh dengan tatapan bingung membuat Hujan, Naura dan Riana tertawa.

Riana menepuk bahu Lesya membuat sang empunya menoleh. "Intinya lo harus semangat. Lakuin sebisa lo."

Lesya tersenyum dan menganggukan kepalanya. "Thanks."

"Jangan tegang oke?" kata Hujan.

"Kalo lo berhasil bawa kelas kita juara satu. Gue traktir pizza satu meter," ucap Naura dengan raut wajah meyakinkan. Sontak hal itu membuat Naura dan Riana menoleh dengan mata berbinar.

"BENER YA?!"

Naura panik. "Eh? Kagak, anjir! Orang buat Lesya ngapa jadi lo yang seneng?"

"Ya, kan Lesya sukanya berbagi. Makannya bareng-bareng sama kita. Pizza semester mana abis buat dia sendirian," balas Hujan.

Naura langsung menatap Lesya dengan mata melotot. "Abis 'kan, Sya? Lo harus abis. Nggak boleh bagi-bagi. Apa lagi tujuannya sedekah buat mereka."

Lesya tertawa.

Pertandingan basket putra antara kelas XI IPA 1 dan XII IPS 5 selesai. Pemenang yang akan bermain di tahap selanjutnya adalah XII IPS 5.

Lesya menatap Haidar dan gerombolan anak cowok sekelasnya yang berjalan ke pinggir lapangan memasang wajah keruh.

Dangerous NerdWhere stories live. Discover now