•| Chapter 11 |•

Start from the beginning
                                        

"Ya sudah. Sampai sini saja. Terima kasih buat kalian. Semoga acara yang sudah di rencanakan dan di susun berjalan dengan lancar. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh."

"Walaikum salam warahmatullahi wabarakatuh." Kompak semua siswa dan siswi membalas salam dari Pak Darmawan. Termasuk kepala sekolah, staf dan dewan guru.

Pak Darmawan turun dari podium diiringi gemuruh tepuk tangan dari semua siswa siswi, kepala sekolah, staf dan dewan guru. Tidak lupa sorakan heboh yang menjadi awal dari lomba-lomba yang akan mereka laksanakan.

•••

"Gue nggak nyangka pak Darmawan bakal seramah dan sereceh itu. Gue kira orangnya selalu serius terus bakalan komen tentang apa yang OSIS buat. Keliatan dari mukanya kayak gitu. Eh ternyata," ujar Riana yang duduk di kursi Naura, sementara Naura duduk di atas meja. Lesya tetap duduk di tempatnya, ada Hujan yang ikut bergabung.

Mereka sudah mengganti seragam batik mereka dengan kaos olahraga karena di hari pertama lomba, olahraga yang akan ditandingkan adalah basket.

Mereka berempat bersama teman sekelas yang lain sedang menunggu teman mereka yang sedang berganti baju karena gantian. Sambil menunggu pengumuman kapan dimulainya lomba.

Naura menganggukan kepalanya. "Sama. Gue kira dia bakalan bawa aura-aura yang nggak ngenakin gitu. Eh, ternyata gue banyak ketawa tadi. Sampe Hujan risih sendiri gue jadiin pegangan bahunya."

"Nggak papa kok, Ra. Nggak papa," balas Hujan dengan senyuman tabah.

"Betah banget kalau punya guru kayak gitu. Sayangnya pak Darmawan cuman jadi pemiliknya doang," timpal Hujan yang langsung diangguki setuju teman-temannya.

Damar yang baru saja selesai ganti baju berjalan memasuki kelas. Melihat teman-teman sekelasnya yang sedang asyik mengobrol dan becanda. Bahkan, Chico, Haidar, Bani, Danny dan yang lain sudah meramaikan suasana dengan bernyanyi.

Haidar berdiri di atas meja paling belakang dengan rusuhnya. Menjadikan buku yang digulung sebagai mikropone. "YOK SEMUANYA KITA NYANYI BERSAMAAA!!!"

Chico, Bani, Danny, Januar dan Opik siap dengan alat musiknya masing-masing. Meja yang siap di pukul, papan tulis dan beras di dalam botol.

"Bang Jali, Bang Jali

Goyangnya bikin hepi

Bikin lu ketagihan

Semua jadi goyang

Bang Jali, Bang Jali

Goyangnya bikin hepi

Bikin lu ketagihan

Semua jadi riang~"

Semuanya tertawa melihat Haidar tiba-tiba goyang Bang Jali dengan luwesnya. Benar-benar mirip seperti Deni Cagur.

Naura tertawa terpingkal-pingkal sampai jatuh tiduran di atas meja. Riana juga, begitu pula dengan Hujan. Lesya beda sendiri, gadis itu cuman tertawa kecil walau sebenarnya lucu juga melihat tingkah Haidar yang selalu mengundang tawa.

"Anjir, gue seketika malu punya temen kayak dia," ucap Riana sambil menghapus jejak air matanya saking gelinya tertawa.

"GUYS, GUYS. Udah, yuk! Kita langsung ke lapangan!" seru Damar setelah memukul papan tulis agar semua teman sekelasnya mendengar.

"Sekarang, Dam?!" seru Naura bertanya sambil turun dari atas meja, berjalan ke depan.

"Taon depan, Ra. Halah! Udah tau pake nanya lo," sewot Damar siap mendamprat Naura dengan penghapus papan tulis. Naura nyengir saja tidak berdosa.

"Jangan lupa buat pelengkap kelas kita dibawa!" seru Damar. Yang dimaksud adalah lidi yang ditempeli foto anak-anak yang ikut lomba hari ini.

Lesya terkejut melihat ada wajahnya di pegang salah satu teman sekelasnya. "Ada muka gue?"

Dangerous NerdWhere stories live. Discover now