Maurel terkekeh mendengarnya. "Apa pun bau badan kamu, buat Mommy kamu selalu wangi."
"Sini, Sayang, peluk Mommy," ucap Maurel merentangkan tangannya. Menyambut tubuh Lesya untuk didekap.
"I miss you, Mom. Maaf baru pulang," ucap Lesya di dalam dekapan Maurel. Merasakan kehangatan dan kenyamanan dari tubuh sang Mommy.
"It's okay, Sayang. Nggak papa. Gimana kabar kamu? Baik?" tanya Maurel sambil mengusap punggung Lesya dengan sayang.
"Aku baik, Mom," jawab Lesya.
"Syukurlah. Gimana tempat tinggal kamu? Nyaman tinggal di apartement?"
"Nyaman, Mom. Mom, nggak perlu khawatir. Aku juga selalu makan tepat waktu."
"Kalau hari ini sudah makan belum?"
Lesya nyengir, mendongakan kepala sengaja agar Maurel melihat. "Belum."
Maurel tersenyum lebar menatap wajah cantik putrinya. Wanita itu sangat merindukan Lesya. Setiap hari dia selalu menunggu kabar dari putrinya yang tinggal jauh di Aussie. Rasanya hampa jika tidak melihat putrinya saat dia bangun tidur. Namun, kini dia dapat melihatnya setiap hari karena Lesya memutuskan untuk menetap di Indonesia.
Walaupun harus ada yang pergi.
Maurel berusaha ikhlas. Dia tau betul putranya adalah anak yang baik. Makanya Tuhan mengambilnya cepat.
"Kalau gitu, ayok kita makan. Mom juga belum makan."
•••
Hari ini adalah hari yang paling ditunggu-tunggu siswa siswi Aregas. Hari dimana Aregas berulang tahun dan selalu melaksanakam kegiatan yang berbeda dalam merayakannya. OSIS Aregas kali ini mengadakan berbagai lomba selama tiga hari berturut-turut. Mereka mempersiapkannya secara baik dan matang. Saling bekerja sama agar acara ulang tahun ini berjalan dengan sempurna.
Cuaca pagi itu terlihat sangat cerah mendukung suasana ramai di lapangan upacara. Menyambut kedatangan pemilik sekolah Aregas untuk membuka acara tahunan.
Lesya berdiri paling belakang dengan Riana karena tubuh mereka paling tinggi di antara anak-anak cewek. Karena sistemnya yang paling tinggi berdiri di belakang, begitu pula yang paling pendek harus berdiri di paling depan. Hal itu membuat semua siswa siswinya rata terkena sinar mentari pagi.
Lesya menundukan kepalanya menghalau teriknya sinar matahari yang menyilaukan mata. Pandangannya sudah tertutup oleh topi dengan tangan terlipat di belakang tubuh.
Riana, Naura dan Hujan sedang asyik mengobrol. Lesya sesekali nimbrung, tapi lebih banyak diamnya. Gadis itu lebih suka memerhatikan, menilai seseorang dari sikap, cara bicara dan memandang orang lain. Dia mempelajarinya untuk mengenal karakter orang. Maka dari itu Lesya selalu diajak pergi ke acara-acara penting untuk mengasah kemampuannya yang sudah bisa menjadi pemimpin perusahaan di usianya yang masih muda.
"Gue penasaran deh, sama anaknya yang punya sekolah," celetuk Naura sambil memicingkan matanya ke arah depan dimana kepala sekolah staf dan dewan guru berdiri di depan ratusan murid Aregas.
"Kenapa emang?" tanya Riana.
"Katanya anaknya cowok ya, terus ganteng banget?" tebak Hujan tepat sasaran. Terbukti Naura langsung menganggukan kepalanya semangat.
"IYA, ANJIR!" seru gadis itu mengundang banyak pasang mata menatap aneh, kaget dan penasaran ke arah mereka.
Riana menutup mulut Naura dengan telapak tangannya. Menatap Naura tajam. "Mulut lo tolong dikondisikan. Gue yang malu kampret."
Naura nyengir dibalik telapak tangan Riana. Riana menjauhkan kembali tangannya. "Gue keceplosan sumpah! Gue sendiri nggak tau kenapa mulut gue bisa setoa itu," katanya sok sedih.
YOU ARE READING
Dangerous Nerd
Fantasy#AREGAS SERIES 2 Lesya yang merupakan seoarang cold girl yang memiliki mata setajam elang dan disegani anak buah Papanya berubah menjadi gadis cupu yang masuk ke dalam sekolah swasta elite dan terkenal di Ibukota untuk mencari tau alasan meninggalny...
•| Chapter 11 |•
Start from the beginning
