•| Chapter 10 |•

Start from the beginning
                                        

"Diobatin dulu biar sakitnya ilang," kata Maurel sambil menurunkan Lesya pada sofa.

"Quin, maaf," ucap Zios duduk di samping Lesya merasa bersalah.

Lesya sudah menghentikan tangisnya. Bibirnya cemberut, wajahnya sembap. Menatap Zios sebal sambil melipat tangan di depan dada.

"Nggak mau!" tolak gadis kecil itu sambil buang muka.

Bibir Zios merengut, merasa sangat sedih dan bersalah. "Maafin, janji deh nanti aku beliin es krim."

Garis wajah Lesya melunak. Gadis kecil itu menatap Zios sambil mengulurkan jari kelingnya. "Janji, ya?"

Zios tersenyum senang. "Iya!"

"Daddy, pulang!"

"Daddy!"

"Daddy!"

Gadis itu terkekeh sambil mengusap air mata. Kenangan yang sudah lama itu sering kali hadir saat Lesya duduk diam termenung. Kelelahan menjalani hari untuk selalu menjadi sempurna. Atau saat di tempat keramaian, tapi tetap merasa sendirian.

Ting!

Ting!

Ting!

Lesya menoleh, mendengar ada notifikasi pesan masuk tangannya segera mengambil ponsel yang tergeletak. Membuka grup kelasnya, ternyata Damar sudah mulai membahas bazar yang belum mereka bahas saat di sekolah.

Eleven Science Lesson Four

Damar : Cek.

Damar : Dimulai sekarang, ya.

Damar : Jangan ada yang sider.

Naura : Siap, Pak Ketu.

Hujan : Siap, Pak Ketu (2)

Riana : Siap, Pak Ketu (3)

Chico : SIAP, BEIBEH!

Lesya terkekeh melihat pesan dari Chico. Cowok itu memang selalu bertingkah konyol bersama Haidar untuk menghidupkan suasana. Membuat teman-teman sekelasnya tertawa dengan tingkah dan obrolan mereka yang lucu.

Jika, ditanya apakah Lesya senang memiliki teman sekelas seperti mereka. Jawabannya iya. Lesya sangat senang.

Dia terhibur. Saat masih sekolah di Australia, Lesya tidak pernah tertawa lepas seperti sekarang. Mungkin, dia masih bisa tersenyum, tapi hanya untuk formalitas

Naura : Tingkah lo nggak usah menajiskan dulu bisa nggak, Chik?

Chico : Nggak bisa, Beibeh.

Haidar : Ada apa ini kawan?

Hujan : Bahas bazar, Dar.

Hujan : Suruh yang lain online buat nimbrung. Kita omongin rame-rame.

Haidar : Siape lo nyuruh-nyuruh gue, hah?!

Danny : Hadir.

Januar : Nggak di absen bego.

Opik : Eh, gue lagi futsal.

Naura : Berhenti dulu! Bilang sama pelatihnya mau rapat sebentar sama anak kelas.

Naura : Kalau nggak diijinin, bola yang ada di lapangan dikempesin sama giginya Haidar.

Haidar : Gue diem. Gue kalem.

Haidar : Tapi, orang yang namanya Naura minta disentil ginjalnya.

Hujan : Oke, Guys! Serius, ya.

Chico : Lo mau gue seriusin?

Bani : Anjay, Chico. Slebewww.

Danny : Hahaha, anjir. Ngakak.

Dangerous NerdWhere stories live. Discover now