"Masa?" Asena menyahut.
Amel mengangguk. "Iya katanya, tadi malem kan si Arkan ngasih bolu susu lembang."
"Iya sama, gue juga dikasih." Ujar Elda, "Masa lo gak dikasih juga si?" Elda bertanya pada Asena.
Asena hanya mengidikan bahu, malas memperpanjang dan memilih fokus pada makanannya.
"Padahal kalian kan deket," Ucap Elda.
"Deket apaan anjir," Asena memprotes.
"Iya maksudnya sering berantem becandaan gitu daripada sama gue kan? Gue sama dia kan cuma temen kelas doang gak sering interaksi juga," Ucap Elda yang disetujui oleh Amel.
"Tau deh ah, gitu doang kan?"
"Padahalkan lo udah baik sama dia, ya terlepas dari sering berantemnya, lo sering ngebagi bekel kalo kita gak bawa bekel, atau pinjem alat tulis juga," Ucap Amel.
Asena membenarkan dalam hati. "Yaudahlah gitu doang." Meski dalam hati bertanya tanya, kenapa semua orang begitu menggilai kedua sahabatnya, apa segala sesuatu harus dari rupa? Dan kenapa ia sebegitu tak dianggapnya sampai kebaikannya pun tak ada imbalannya, ia bukan pamrih, meski ia tak mengharap timbal balik tapi setidakny --ia menggeleng mengenyahkan pikirannya.
□□□
Ketua kelas 9-B memukul pelan whiteboard didepan, mencuri perhatian penghuni kelas yang sebagian tengah mengobrol. "Perhatian perhatian!" Anak-anak yang tadi sibuk dengan dunianya langsung terdiam memperhatikan.
"Bu siti gak masuk-"
"YEEE!!!" Belum selesai dengan kalimatnya, anak-anak sudah bersorak.
Asena memukul-mukul mejanya dengan teriakan 'horee'. Sedang ketua kelas kembali memukul whaiteboard nya lebih keras, berhasil membuat suasana kembali hening. "Denger dulu! Kita disuruh nulis, ntar dikumpulin inget DIKUMPULIN!" ujar ketua kelas bernama Ady dengan mempertajam diakhir kalimatnya.
Anak-anak tentu langsung berseru 'yahh' dengan raut kecewanya.
"Bukunya di perpustakaan yang warna biru, nulisnya mau disini atau di perpus?" Ady bertanya pada teman-temannya.
"Di Perus!!" Teriak penghuni kelas serentak.
"Yaudah." Ady mengangguk, mereka pun segera mengambil alat tulis dan pergi ke perpustakaan.
Sesampainya disana, dan setelah mendapatkan bukunya Asena bertanya. "Halaman berapa si dy?"
"Oh iya halaman 95 ya." Jawab ady dengan teriakan supaya bisa didengar oleh yang lain.
Asena duduk dibagian pojok memisahkan diri dari yang lain, berniat mempercepat menyelesaikan tulisannya.
Dan sekitar 10 menit, Asena berhasil menyelesaikan catetannya dengan tulisan yang hanya bisa dibaca olehnya. Gak papa, gak masalah yang penting bereskan?
"YESS beres alhamdulilaah." Teriak Asena ditengah keheningan ruangan, berhasil mengejutkan sebagian teman kelasnya. Ia hanya cekikikan ketika melihat pundak teman sekelasnya naik seketika saat mendengar teriakannya.
Ia lalu berjalan mendekati Arkan yang tengah sibuk mencatat, "Ciahh masih banyak."
Cowok itu hanya mendengus, "Diem lo." Ucapnya tanpa mengalihkan pandangan.
"Idih kok lo masih disini si lelet banget," Arkan tak memberi tanggapan. Asena lalu melihat catatan yang lain yang kebanyakan sudah hampir selesai, lalu ia kembali mendekati Arkan.
"Yang lain juga udah pada mau beres loh, kok lo masih bagian A, si," Arkan tak menjawab, ia hanya berdehem pelan. Malas menanggapi.
"Lelet huu,"
YOU ARE READING
WITHOUT MISTAKES
Teen FictionSemasa SMP semua orang di kelasnya pasti tau seberapa dekat hubungan Asena dan Arkan. Walaupun bukan tipe persahabatan yang di idam-idamkan tapi keduanya memiliki ciri khas kedekatan mereka sendiri, apalagi ketika sudah bergabung membuat kerusuhan d...
part. 2
Start from the beginning
