Kejadian seperti ini memang sudah jadi makanan sehari-harinya. Apalagi ketika ketiganya berada di tempat ramai seperti ini. Bukan hanya kedua laki-laki ini saja yang sering mendekati kedua sahabatnya tapi laki-laki lain yang 'gila cewe' pun melakukan hal yang sama.

Ia hanya bisa diam walau dalam benaknya dipenuhi sumpah serapah.

**********

Sedang Jam kosong seperti ini mana ada kelas yang hening tanpa suara. Kalaupun ada, Rasa-rasanya hal itu patut diberi penghargaan sebagai kelas terdisiplin.

Apalagi anak SMP seperti ini, kelas Asena yang pada dasarnya memang sudah diberi label buruk oleh para guru hingga tak ada yang mau menjadi walikelasnya pun menjadi surga bagi mereka ketika jam kosong berlangsung. Sebagai perayaannya, sebagian ada yang menyelenggarakan konser dadakan dalam kelas.

Lihat saja Arkan, sudah berdiri  di meja guru seraya mengangkat sampu yang dipegangnya tinggi tinggi. Sedang Asena berdiri di meja lain, tangan kanannya sudah memegang ember, sedang tangan kiri memegang kayu bekas sapu yang patah. Memukul-mukul ember dengan kayu yang dipegangnya seraya berteriak. "PERHATIAN PERHATIAN!!"

Anak-anak yang semula sibuk mengobrol pun mengalihkan atensinya, memutar bola matanya malas bersiap menahan kuping yang sebentar lagi akan bergetar.

Setelah penghuni menurut untuk diam, Asena mengacungkan jempol, beralih menatap Arkan yang tengah sibuk mengatur gitar ala-alanya, dengan raut serius Arkan sesekali mengangguk persis seperti orang yang tengah mengatur senar gitar, anak-anak hanya tergelak melihat itu. Setelah pas --menurutnya, ia mengacungkan jempol pada teman mainnya --Asena. "Siap siap hayu."

"Nyanyi apa kita hari ini guys?" Teriak Asena pada penghuni kelas menggunakan kayu --bekas sapu itu, sebagai ganti microfon.

"Apa aja."

"Cepetan," Sahut anak-anak kelas.

"Oke oke sebentar ya anak-anak." Asena mengetuk ujung kayu yang dipegangnya beberapa kali berlagak seperti menyeimbangkan bunyi dari mic. Sedang embernya ia letakan terlebih dulu.

Setelah dirasa cukup ia mengambil kembali ember dan memukulnya dengan nada dug dug dugdug. "Abang pilih yang mana." Ia mulai menyanyi seraya melirik Arkan dengan sebelah matanya mengerling genit. Musik diambil alih oleh anak cowok lain.

"Iya neng?" Arkan menyahut.

"Perawan atau janda,"

"Perawan atuh neng."

"Perawan memang cantik, janda lebih aduhay,"

"Menarik anjir." Teriak anak-anak kelas memprotes. 

"Emang iya?" Tanyanya pura-pura lupa.

"Bego." Ujar Arkan sambil terkekeh dan memukul pelan kepala cewek itu dengan gagang sapu yang ia dipegang.

**********

Pulang sekolah, Elda dan Amel sudah di halte, Menunggu Asena yang di kelas, tengah membereskan buku-buku yang berpencar. Entahlah, tiap hari bukunya memang suka berada di meja-meja orang entah itu ulahnya atau orang lain yang menjadikan jilid bukunya sebagai kipas.

Setelah dirasa siap, ia berjalan keluar menyusul sahabatnya. Di tengah perjalanan, Arkan datang dari arah belakang langsung menepuk pundaknya,"Oi."

Asena menatapnya dengan tatapan bertanya, "Apa?"

Arkan nampak melihat sekeliling, setelahnya ia mendekatkan mulutnya pada telinga Asena, "Si Amel gimana?"

Asena menatapnya dengan alis terangkat. "Gimana apanya?"

"Ck, itu ... lagi deket sama siapa sekarang?"

Asena menghela napas. "Kan lo tau, dia kaya gimana," Jawabnya.

Iya, Arkan tau tabiat Elda dan Amel  emang sama, sama-sama gak bisa stuck di satu cowok. Maksudnya bukan pacaran tapi deketnya, mungkin karna mereka masih SMP jadi masih belum ngerti asal ada cowok yang deketin ya ladenin gitu kali ya?

"Ya maksud gue yang kira kira paling menonjolnya gitu."

"Ya gak tau, orang dia kalo cerita cowonya beda beda tiap hari," Asena tak merasa kaya ngomongin sahabat sendiri di belakang, karna sebenarnya apa yang ditanyakan oleh Arkan itu sudah bukan rahasia bagi mereka.

Arkan menghela napas, membuat Asena yang melihatnya memutar bola mata, "Ya lo kalo suka deketin, bukan tanya tanya gue mulu."

"Ya lo kan tau gue gimana."

Asena hanya tersenyum tipis. Ya gimana ya, Arkan itu kang lawaknya dikelas mereka, jadi kalo semisal ia mendekati Amel pasti cewe itu nganggepnya cuma becanda, Asena juga berfikir begitu kalo diposisinya.

Tapi, Arkan salah kalo mengira Amel tak tau tentang perasaannya. Bukankah kaum hawa makhluk paling peka sedunia? Apalagi tentang perasaan seseorang.

*******

Awal dibuat : 25April2021
Revisi : 16Juli2024

Kalo sekiranya ada yang perlu di koreksi komen aja ya makasihh🙏

WITHOUT MISTAKES Donde viven las historias. Descúbrelo ahora