Chapter 18.

38.6K 2.7K 127
                                    

Tiga hari kemudian tersebar video Rachel yang bertengkar dengan keluarganya, bahkan orang tuanya bilang Rachel pembawa sial. Tiga hari juga Rachel selalu dipersulit oleh Eve membuat orang-orang semakin membenci Rachel, sedangkan sahabatnya menatap iba kepada Rachel kecuali Nete yang masih bersikap santai.

"Bukan gue pelakunya!" Seru Rachel tidak terima dirinya disalahkan mengambil ponsel milik Nete yang berharga miliaran dengan berlian dibelakangnya.

"Tapi nyatanya, ponsel Nete ada di tas Lo!" Seru salah satu murid, yang memang membenci Rachel.

"Ck udah pembawa sial, sekarang nyuri ponsel milik orang lain."

"Mungkin karena pembawa sial, makanya ga dikasih jatah sama orang tuanya."

"Ini sih dia yang nusuk dari belakang."

"Dasar pembawa sial!"

"Pantes aja kaya antagonis, wong dia ga ada yang urus." Dan masih banyak lagi yang mencibir Rachel dan memvideokan kejadian tersebut.

Brak

Nete menggebrak meja karena kesal ketenangannya diganggu dengan ocehan mereka, berbeda dengan mereka yang mengira Nete marah ponselnya diambil.

"Berisik! Kalo Rachel mau ponsel gue ya tinggal ambil, ribet banget." Seru Nete dengan wajah kesal lalu menunjuk Rachel.

"Dan Lo, ikut gue." Nete pergi dari hadapan mereka dengan wajah datar, Rachel yang menunduk mengikuti Nete karena disepanjang jalan banyak yang membicarakan dirinya.

Nete membawa Rachel kelantai paling atas, tempat pemilik dan donatur sekolah. "Duduk." Titah Nete, dirinya mengambil minuman dan memberikan satu kepada Rachel. Tak lupa ia juga mengabari Aska dan menyuruhnya datang beberapa menit lagi.

"Gimana, seru ga?" Tanya Nete santai.

"Maksud Lo?" Rachel tersadar, ia menatap Nete tajam. "Jadi, semua ini ulah Lo?!"

Nete tertawa merdu. "Bukanlah, ngapain gue lakuin itu... Ga ada untungnya."

"Ngapain Lo bawa gue kesini?"

"Pengen aja."

"Nete, gue serius." Sahut Rachel dengan wajah yang Lelah.

"Lo nyaman ga tinggal dirumah orang tua Lo yang ga peduli sama Lo?" Tanya Nete tiba-tiba, membuat Rachel terdiam membisu.

"Lo diam berarti Lo nyaman? Pernah ga sih, Lo mikir sampai kapan semuanya berakhir dan terus menerus menunggu mereka berubah. Tapi nyatanya, semuanya ga akan berakhir sampe Lo mati. Kecuali... Mereka sendiri yang sadar atas kesalahannya." Nete bersandar di sofa dengan tangan yang menggoyangkan minumannya, tatapannya terlihat kosong.

"Lo melakukan itu semua, seperti menghancurkan diri Lo sendiri Rachel. Gue ngerti seorang anak membutuhkan perhatian orang tuanya, tapi yang Lo lakuin itu salah. Apakah mereka pernah berpikir Lo melakukan itu untuk menarik perhatian mereka? Jawabannya tidak Rachel. Mereka akan berkata 'semuanya salah Lo', 'anak pembawa sial', 'saya menyesal melahirkan anak seperti kamu' dan yang lebih parah 'saya ingin kamu mati'. itulah yang mereka katakan, meskipun ada setitik rasa kasih sayang pada diri mereka, tapi mereka akan menyangkalnya karena ego nya sendiri." Nete tidak membicarakan Rachel tapi Nete membicarakan dirinya sendiri di kehidupan pertamanya yang selalu mengharapkan perhatian dari bibi dan pamannya sampai rela banting tulang dan menjadi penulis untuk mendapatkan uang demi mereka tapi semuanya sia-sia sampai dirinya mati dan memasuki dunia novel ini.

Rachel terdiam terpaku mendengar ucapan Nete yang sangat tepat sasaran, memang itulah yang selalu orang tuanya ucapkan kepadanya. Tapi dirinya tidak ingin menyerah dan terus melakukan kesalahan, dan ya hidupnya hancur karena keegoisan keluarganya.

Figuran Menjadi Tunangan Protagonis Donde viven las historias. Descúbrelo ahora