11. Berburu Hadiah

73 10 1
                                    

—

اوووه! هذه الصورة لا تتبع إرشادات المحتوى الخاصة بنا. لمتابعة النشر، يرجى إزالتها أو تحميل صورة أخرى.


"Sepupu lo orangnya gimana, Drew?”

Aku bertanya seraya menyusuri rak berisi lilin aroma terapi yang berjajar rapi. Melihat itu membuatku teringat pada vila pribadi di Lombok yang kusambangi saat liburan tahun lalu. Tentu saja masih dalam rangkaian kegiatan manggung Seta yang seabrek itu. Kamar mandinya berhadapan langsung dengan lautan biru yang cantik. Aku menghabiskan satu sesi berendam di sana sembari melihat matahari kembali ke peraduannya. Air hangat, busa sabun yang lembut, juga aroma terapi dari lilin yang sengaja kunyalakan saat itu. Aku bahkan masih ingat betul bagaimana tenangnya suasana saat itu. Dan lilin aroma terapi ini membuatku tergoda untuk membeli.

“Nggak gimana-gimana, sih.” Drew bersedekap di sisiku. “Anaknya agak cerewet, suka K-Pop, suka jajan juga.”

“Kenapa nggak beliin album K-Pop aja?”

“Gue udah kasih itu tahun lalu. Nggak kreatif banget kalau gue kasih album lagi.”

“Oh, gitu. Makanya lo ngajak gue, kan? Karena nggak kreatif?”

Drew terbahak. Sama sekali tidak membantah selorohanku. “Lo, kan, cewek. Siapa tahu bisa lebih ngerti urusan begini.”

“Memangnya nggak ada cewek lain yang bisa lo mintain tolong?” Aku berjalan pelan ke rak lainnya. Kali ini ke jajaran sabun aneka warna dan rupa. “Gebetan lo misalnya? Atau justru pacar?”

Kepala Drew menggeleng pelan. “Nggak punya.”

“Masa, sih?” Seorang Drew dengan wajah kualifikasi model majalah fesyen itu tidak punya gebetan?

Well, kalau lo masuk klasifikasi gebetan, berarti gue punya satu.”

Ucapannya membuatku terkejut. Meski jarang menjalin hubungan, bukan berarti aku awam sama sekali dengan hal-hal semacam ini. Tendensi yang Drew pancarkan, sinyal-sinyal yang ia berikan, rayuan-rayuan yang Drew lancarkan. Aku tahu dan mengerti dengan jelas ke mana semua itu bermuara. Hanya saja, aku tidak menyangka Drew akan melakukannya dengan terang-terangan seperti ini. Dan ia bahkan tidak memberiku kesempatan untuk mencerna ucapannya lebih jauh.

“Eh, ini Instagram-nya Lulu.” Drew menyodorkan ponselnya padaku. “Siapa tahu bisa jadi referensi.”

Aku berdeham kecil untuk menyembunyikan apa pun yang sedari tadi bermain di balik dada. Sebagai gantinya, aku meraih ponsel Drew dan mulai berfokus pada akun Instagram milik sepupunya, Lulu. Di sana, aku melihat potret seorang remaja perempuan berambut pendek yang sekilas mirip dengan Drew. Kulit terang, wajah oriental, mata legam dengan kelopak kecil.

Seperti yang sebelumnya dikatakan Drew, Lulu tampak cukup aktif membagikan momen-momen fangirling terhadap salah satu boygroup asal Korea Selatan. Potret saat ia nonton konser, mengikuti acara fanmeeting daring, juga beberapa kali video dance cover bersama teman-temannya. Itu, hingga aku menyadari sesuatu yang hampir selalu terlihat di setiap foto yang Lulu unggah.

Semesta Raiaحيث تعيش القصص. اكتشف الآن