*****

"ALU!"

Mendengar seseorang meneriakkan namanya, Alusha berbalik untuk melihat siapa orang yang telah memanggil namanya.

"Fuschia?" lirihnya.

Gadis itu tampak terengah-engah karena usai berlari dari ujung koridor sampai berada tepat di hadapan Alusha.

"Lo udah punya kelompok biologi belum?" tanyanya setelah beberapa menit merilekskan nafasnya.

Alusha menggeleng. Melihat respon Alusha, Fuschia menarik napas lega. "Itu artinya, nggak sia-sia dong, gue lari dari ujung koridor demi ngejar lo."

"Mau bikin tugas biologi bareng gue?" tanya Alusha yang sudah mengerti maksud dan tujuan Fuschia mengejar dirinya.

Fuschia mengangguk kuat ketika ditanya oleh Alusha. Fuschia baru saja kembali dari luar kota karena menemani sang Ibu control dengan dokter spesialis kejiwaan langganannya yang berada di luar Jakarta. Ketika baru saja kembali bersekolah, salah satu teman memberitahunya jika mereka mendapat tugas biologi penelitian makhluk hidup dari Pak Risky, besok adalah pengumpulan terakhir tugas biologi tersebut, Fuschia tau Pak Risky takkan menerima alasan apapun dan takkan memberi dispensasi apapun jika tugas yang ia berikan tak terselesaikan oleh salah satu murid, ia akan langsung memberikan kertas remedial pada siswa tersebut, dan juga meminta tanda tangan orang tua sebagai bukti, bahwa ia mengetahui nilai anaknya yang remedial karena tak menyelesaikan tugas.

"Nanti sepulang sekolah, kita ke kolam yang ada di pojok baca belakang ya," ucap Alusha kemudian berbalik pergi meninggalkan Fuschia.

Fuschia mengejar langkah kaki Alusha yang tak terlalu cepat, mencoba menyamai langkah gadis itu adalah sebuah keberanian tingkat dewa bagi para siswi di SMA Merfiteria, mengingat sifat Alusha yang begitu arogan, sulit di dekati, dan tak terlalu ramah jika berbicara pada seseorang membuat Alusha sulit mendapatkan teman, jangankan teman, bahkan untuk berjalan disebelahnya saja tak ada yang mau kecuali Marshal dan Fuschia, namun gadis itu juga berani menegur Alusha ketika dia membutuhkan keberadaan Alusha saja. Ya, Alusha dan Fuschia tak begitu dekat seperti Alusha dan Marshal.

"Gue dari tadi malem udah kirim pesan ke lo, kok nggak lo bales-bales sih?" tanya Fuschia yang merasa kesal karena Alusha tak membalas satupun pesan yang ia kirim bahkan sampai detik ini, pesan itu masih centang dua abu.

"HP gue rusak."

"Rusak? Sampai sekarang? Karena apa? Kok bisa?" cerocosnya panjang lebar menanyakan perihal kondisi ponsel Alusha yang katanya sedang 'rusak' itu.

"Kebanting dua hari yang lalu, kayaknya masih mati sampai sekarang."

"Jadi sekarang HP lo sama siapa?" tanya Fuschia.

"Alesha," singkat Alusha menyebutkan nama kembarannya.

Fuschia sedikit mengangguk ketika mendengar jawaban Alusha. "Kayaknya HP lo udah hidup lagi deh, soalnya pesan yang gue kirim ke lo dari kemarin centang dua mulu," ucap Fuschia sambil memperlihatkan beranda chatnya dengan Alusha.

Alusha menautkan kedua alisnya merasa heran, kenapa Alesha tak mengembalikan ponselnya jika ponsel itu sudah bisa dinyalakan? Dua hari yang lalu ponsel itu mati karena Alusha tak sengaja menjatuhkannya dari atas nakas, Alusha ingin membawa ponsel miliknya itu ke Phone Service terdekat, namun Alesha mencegahnya dengan alasan, biar ia saja yang pergi untuk memperbaiki ponsel Alusha. Alusha mempercayai ucapan Alesha, tanpa ragu ia menyerahkan ponselnya pada Alesha. Alusha kembali mencoba berpikir jernih tentang kembarannya.

'Mungkin aja HP itu emang lagi ada di Phone Service, dan sekarang emang udah nyala aja.'

"Lo mau ngikutin gue sampai kapan?" tanya Alusha pada Fuschia yang jelas-jelas mengikutinya sampai ke kamar mandi.

"Sampai lo balik ke kelas," jawab Alusha enteng.

Alusha tak lagi menanggapi ucapan Fuschia, ia segera masuk ke salah satu bilik kamar mandi untuk mengganti pakaian olahraga nya menjadi pakaian pramuka.

Saat jam pulang sekolah, seperti yang sudah di rencanakan, Alusha kini sudah berada di dekat kolam belakang pojok baca, sambil menunggu kedatangan Fuschia, ia mengeluarkan diari miliknya dan menulis apapun yang ia rasakan hari ini agar bisa dibaca esok hari, tujuannya adalah agar apapun perasaan bahagia yang datang di hari ini, esok, ia bisa mengingat kembali ingatan bahagia itu karena Alusha memang sangat buruk dalam soal mengingat sesuatu.

"Boom!" Fuschia datang mengejutkan Alusha. Namun gadis itu tak terkejut sama sekali, bahkan menoleh ke arah Fuschia pun tidak.

"Udah lama ya?" tanya Fuschia sambil menggaruk tengkuknya yang tiba-tiba terasa gatal.

"Lumayan, dari setengah jam yang lalu."

"Weh buset! Kemana aja gue ampe setengah jam gitu?!" tanyanya dengan perasaan tak percaya pada ucapan Alusha, ia mengeluarkan ponselnya dari dalam tas, untuk melihat jam yang ada pada layar kunci ponselnya, dan benar saja, jam pulang sekolah sudah dari dua puluh lima menit yang lalu.

Fuschia cekikikan tak jelas, tadi sepulang sekolah, ia sempat pergi sebentar ke gerbang depan, niatnya ingin membeli pentol mang Asep yang biasa mangkal saat jam pulang sekolah di gerbang depan. Eh, ternyata di sana ada teman-temannya Marshal yang lagi nongkrong sambil makan bakso mercon, Fuschia tak ingin kesempatan emas untuk mendekati teman-temannya Marshal sirna begitu saja, alhasil ia ikut nongkrong sambil makan bakso mercon juga.

"Kita teliti ikan Koi yang ada di kolam ini aja," ucap Alusha tak peduli dengan alasan kenapa Fuschia terlambat.

"Di sini apa nggak terlalu sederhana?" tanya Fuschia yang sepertinya sedikit keberatan jika tugas biologinya ia selesaikan dengan menulis hal-hal tentang ikan Koi.

"Maksudnya?" tanya Alusha yang tetap menulis hasil penelitiannya terhadap ikan Koi yang ada didalam kolam.

"Maksudnya, gue rasa tugas kita nggak bakal jadi tugas yang paling perfect."

"Karena tempat ini terlalu sederhana, setiap orang pasti berlomba-lomba untuk menjadi yang terbaik. Gue rasa udah ada yang nulis tugas penelitian biologinya pakai ikan Koi yang ada di sini juga," sambungnya panjang lebar menjelaskan opininya.

Untuk beberapa saat, tak ada jawaban dari Alusha, tangannya sibuk menulis apa saja hasil dari penelitian matanya pada ikan Koi. Sampai beberapa menit kemudian, ia mulai bersuara.

"Lo harus belajar lagi tentang arti sederhana."

"Ha?" Fuschia tak mengerti apa yang dikatakan oleh Alusha.

"Justru gue suka sama hal-hal yang sederhana. Di saat orang lain berlomba-lomba menjadi yang terbaik, gue cukup dengan apa yang baik bagi gue dan orang lain."

Alusha berdiri, menutup buku catatannya, memasukkan kembali pulpen yang ia gunakan untuk membuat laporan kedalam pencil case berwarna pink miliknya dan merapikan kembali semuanya ke dalam ransel.

"Gue udah siap, lo jadi ngerjain tugas atau nggak? Kalau enggak, gue mau pulang."

"E-eh, jadi kok jadi, tapi... Masa iya aku harus beliti sendirian disini?" Fuschia tak bisa membayang jika dirinya harus meneliti ika Koi yang ada di kolam belakang sekolah sendirian? Sekarang sudah pukul 15.46,mau pulang jam berapa dia? Langit juga sudah mulai gelap.

"Mau gue temenin lo neliti sendiri, atau mau foto hasil penelitian gue aja?" tanya Alusha dengan air muka datar seperti biasanya.

"Foto punya lo aja deh ya, udah mendung juga. Yang ada kita kehujanan kalau tetap disini."

"Bisa neduh, koridor belum hancur kok."

Memang jika bersama Alusha, tak ada aura positif yang terpancar dari gadis itu, hanya ada aura gelap yang setia mengelilingi Alusha, sepertinya jika dilihat menggunakan kacamata 3D, Fuschia bisa melihat ada awan hitam pekat yang selalu bertengger di atas kepala Alusha.

Alusha langsung menyerahkan buku catatannya pada Fuschia untuk segera di foto, gadis itu seakan tau apa yang sedang dipikirkan oleh Fuschia sehingga terdiam selama beberapa saat.

I'M NOT PERFECTHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin