"Sha," panggilnya membuat si pemilik nama sedikit tersentak dari lamunannya sendiri.

"Ada satu lagi yang mau gue omongin sama lo," ucapnya.

"Apa?"

"Gue suka sama lo."

Mendengar hal itu sontak membuat kedua bola mata Alusha membulat sempurna. "gue mau nyatain perasaan gue selama ini sama lo, gue nggak nyuruh lo buat nunggu gue kembali ke Indonesia dari Kanada. Tapi setidaknya, dengan ini, sesuatu yang awalnya mengganjal di hati gue bisa sedikit lepas."

Alusha lagi-lagi terdiam, namun tak berselang beberapa detik, ia menghempaskan tangan Marshal dengan kasar. Matanya menatap nyaman ke arah lelaki yang sedikit terkejut dengan perubahan sikap gadis pujaannya.

"Apa maksud lo ngungkapin perasaan konyol itu ke gue?!" serunya menyorotkan kemarahan terhadap Marshal.

"Seharusnya lo ngaca! Lo itu nggak pantes punya perasaan se-bodoh itu buat gue! Dan ini? Apa ini? Cuma gelang murahan yang biasa di jual di pinggir jalan," cercanya sambil melepaskan gelang buatan Marshal dengan paksa.

Marshal menatap Alusha tak percaya, Alusha memang terkenal sebagai gadis yang jutek di sekolah, tapi meskipun begitu, Alusha memiliki hati yang sangat lembut. Marshal memang tak pernah mengharapkan perasaannya di terima oleh Alusha, tapi penolakan kasar ini? Ini bukanlah cara Alusha untuk menolak perasaan seseorang.

"Sha, are you okay?" tanya Marshal tanpa ingin menghentikan gerakan Alusha yang masih berusaha melepaskan gelang buatan Marshal dari tangannya dengan paksa. Mata lelaki itu sibuk melihat ke arah badge name di baju Alusha, namun sayangnya, benda itu tak terlihat karena tertutup rambut Alusha. Marshal masih mengira jika gadis yang ada di hadapannya ini bukanlah gadis yang ia cintai, meskipun tetap, hati yang sakit akan kalah dengan otak yang mulai menyerap perasaan dendam.

"Are you okay? Lo nanya are you okay sama gue? Seharusnya gue yang nanya itu sama lo! Are you okay Marshal? you're still sane, right?"

Hati Marshal seakan diremas kuat ketika Alusha, gadis yang ia cintai dengan sangat malah mempertanyakan kewarasannya di hari dimana dia mengungkapkan isi hatinya pada gadis tersebut.

"Gelang murahan ini cuma bisa bikin kulit gue lecet!" Alusha melempar gelang itu tepat di depan muka Marshal.

"Gue harap, lo ngerti apa jawaban gue buat perasaan lo sekarang," ucapnya berbalik hendak meninggalkan Marshal yang ingin meraih gelang manik buatannya.

"Paham, gue paham apa jawaban lo sekarang," ucapnya. Alusha menghentikan langkah kakinya, tubuhnya dikit berbalik untuk menoleh ke arah Marshal, melihat bagaimana hancurnya perasaan cowok itu sekarang.

"Oh iya, satu lagi. Soal Ibu lo yang penyakitan itu," Marshal tersentak, kepalanya mendongak untuk menatap wajah Alusha, tatapan yang awalnya adalah tatapan cinta dan kasih sayang kini berubah menjadi tatapan penuh amarah dan dendam.

"Gue nggak peduli gimana kondisinya. Menurut gue, lebih baik manusia penyakitan kayak Ibu lo itu lenyap aja dari dunia yang sempit ini, paling enggak itu bisa mengurangi spesies beban masyarakat."

Marshal mengeratkan gerahamnya sampai gigi-giginya bergemeletuk saking kuatnya. Tak ada lagi tatapan kasih sayang dari seorang Marshal Araseo Regan, tak ada lagi kata-kata manis untuk menggambarkan sosok Alusha Valeria Agustin. Hanya ada amarah, dendam, dan sumpah serapah yang ingin Marshal lontarkan pada gadis menjijikkan seperti Alusha. Alusha, baginya sekarang adalah target bagi Marshal untuk melampiaskan dendamnya, Alusha sudah bukan gadis manis yang ingin ia jaga sepenuh hati lagi melainkan ingin ia hancurkan sehancur-hancurnya seperti bagaimana Alusha menghancurkan perasaan dan juga harapannya.

I'M NOT PERFECTWhere stories live. Discover now