83 | Akhir Bagi Rudi

718 74 9
                                    

- TIGA EPISODE TERAKHIR
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.

* * *

Zuna membuka paksa pintu mobil Rudi yang ringsek akibat benturan keras tadi. Ketika akhirnya pintu mobil itu berhasil dibuka, ia dan Diana segera melihat bagaimana kondisi Rudi di dalam mobil yang terbalik tersebut. Keadaannya sangat parah. Tubuh laki-laki itu sudah bermandikan darah sepenuhnya ketika mereka membuka pintu. Bahkan aspal di sekitar mereka pun mulai dialiri genangan darah begitu banyak.

"Ambulans!!! Biarkan ambulans mendekat ke sini!!!" perintah Diana, sangat keras.

Beberapa orang Polisi segera membantu membuka jalan bagi ambulans yang akhirnya tiba di lokasi kecelakaan. Tubuh Rudi segera dievakuasi oleh tim medis dari kepolisian lalu dilarikan kembali ke Rumah Sakit Bina Husada Prima, karena rumah sakit tersebut adalah yang terdekat dari posisi mereka saat itu. Rudi kembali masuk ke Ruang ICU dan mendapat penanganan darurat dari Dokter yang bertugas. Rosna sudah tidak lagi berada di sana setelah ditangkap oleh Polisi. Saat ini Rudi tidak lagi bisa bergantung pada siapa pun untuk bisa melarikan diri, jika laki-laki itu berhasil diselamatkan.

"Rudi tidak memakai seat belt ketika mengemudikan mobil itu. Sudah jelas keadaannya saat ini sangatlah parah, setelah mengalami kecelakaan hingga mobilnya terbalik," ujar Zuna.

"Terserah soal dia pakai seat belt ataupun tidak. Intinya dia harus selamat, karena aku tidak mau dia mati begitu saja setelah melakukan hal biadab terhadap Sekar ataupun Helmi," tanggap Diana, sangat dingin.

"Aku yakin Lia pun berharap begitu. Dia sempat akan masuk ke sini bersama Reza beberapa saat yang lalu. Tapi aku mencegah mereka dan lebih mengarahkan mereka untuk segera pergi ke Laboratorium Forensik. Aku juga mengatakan pada Lia untuk membantu Reza memberi penjelasan pada soal Sekar kepada Bapaknya."

"Ya, sebaiknya memang begitu. Hal terberat saat ini yang harus Reza lalui adalah memberi penjelasan soal Sekar kepada Bapaknya. Maka dari itulah Lia harus berada di sisi Reza. Dia yang akan membantunya, entah untuk memberi penjelasan ataupun untuk menguatkan hati mereka."

Lia langsung memarkirkan mobilnya di halaman rumah Reza, ketika akhirnya mereka tiba. Wahyu terlihat sudah berdiri di teras dan tampak gelisah saat Reza menatapnya. Reza ingat betul bahwa Wahyu tidak pernah terlihat segelisah itu sebelumnya. Ia hanya pernah melihat kegelisahan itu ketika Wahyu mendapati bahwa Sekar telah menghilang dari sekolah, delapan belas tahun lalu. Jika sekarang Wahyu kembali bersikap demikian, maka sudah jelas kalau Wahyu sudah mendengar sesuatu mengenai Sekar melalui berita televisi ataupun berita online di ponselnya.

Reza memberi tanda pada Lia agar mengikuti langkahnya. Kedua insan tersebut memilih untuk langsung menemui Wahyu, meski belum tahu harus memulai pembicaraan dari arah mana.

"Assalamu'alaikum, Pak," ujar Reza, seraya mencium punggung tangan Wahyu.

Lia pun melakukan hal yang sama, sehingga Wahyu kini bisa melihat wajah Lia dengan jelas serta langsung bisa mengenalinya.

"Wa'alaikumsalam. Apakah tadi Nak Lia juga ada di rumah sakit itu, Nak? Apakah dia juga ikut melihat jasad Sekar yang akhirnya ditemukan oleh Polisi?" tanya Wahyu, dengan kedua mata berkaca-kaca.

Pertanyaan itu langsung memperjelas segalanya. Wahyu sudah tahu mengenai penemuan jasad Sekar dan kini Reza hanya perlu menenangkan perasaan Wahyu sebelum mengajaknya pergi ke Laboratorium Forensik.

"I--iya, Pak. Dek Lia juga ada di sana saat kami menemukan jasad Sekar," jawab Reza, berupaya untuk tidak menangis lagi.

"Astaghfirullah ... kenapa kamu biarkan dia melihat jasadnya Sekar? Apakah kamu pikir dia tidak akan semakin stress memikirkan penyesalannya, kalau sampai dia ikut melihat jasad Sekar? Kenapa kamu tidak mencegahnya, Nak? Kenapa kamu biarkan?" sesal Wahyu, atas diri Reza yang dianggap tidak melakukan apa-apa untuk Lia.

Rahasia Di SekolahWhere stories live. Discover now