5 | Mendadak Terasa Dingin

1.1K 89 15
                                    

- UPDATE SETIAP HARI KAMIS & JUM'AT
- DUA EPISODE SETIAP UPDATE
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.

* * *

Setelah makan siang, Zuna kembali mengantar Diana sampai ke halaman SMP GENTAWIRA. Zuna membiarkan Diana merangkul lengannya sejak tadi sambil berbincang tentang hal-hal bebas seperti yang biasanya mereka lakukan. Mereka tetap harus terlihat natural, meski saat itu sedang menjalani sebuah sandiwara. Karena setelah Diana masuk kembali ke SMP GENTAWIRA, maka Diana akan kembali bertugas tanpa didampingi oleh Zuna.

"Nanti akhir pekan kita nonton ke bioskop, ya. Aku mau mengajakmu nonton film Catatan Si Boy," ajak Zuna.

"Oke, sip! Aku mau, kok. Wajah ganteng Angga Yunanda jelas tidak akan aku lewatkan begitu saja akhir pekan ini," sambut Diana, begitu bersemangat.

Mita, Beni, ataupun Kalingga bisa melihat ekspresi Diana dengan jelas, meski mereka menatapnya dari belakang. Diana tampak begitu senang dengan ajakan dari Zuna dan Zuna juga antusias saat mengajak Diana nonton.

"Aku juga ganteng, Na. Aku malah lebih ganteng dari Angga Yunanda, loh," ujar Zuna.

Diana langsung mengerenyitkan keningnya sambil memberikan ekspresi sebal ke arah Zuna.

"Uh ... sepertinya rasa percaya dirimu yang setinggi Burj Khalifa itu harus kuberi apresiasi, Zu. Tinggi sekali ... sampai kamu lupa bahwa tiang listrik pun belum tentu bisa kamu panjat," sindir Diana, blak-blakan.

Zuna langsung tertawa lepas dan meraih Diana ke dalam pelukannya. Langkah Kalingga terhenti seketika, karena itu adalah momen pertama kalinya ia melihat Zuna dan Diana berpelukan. Mita dan Beni yang sudah menyaksikan hal yang sama sejak tadi tidak lagi merasa kaget, meski kini mereka jadi memperlambat langkah agar tidak cepat sampai ditempat Zuna dan Diana berada.

"Ya sudah, terserah apa pun katamu soal kepercayaan diriku. Segeralah masuk. Aku harus kembali ke kantor dan kembali bekerja lagi," titah Zuna, usai melepaskan pelukannya dari Diana.

"M-hm, aku akan langsung masuk. Terima kasih karena sudah meluangkan waktu untuk menemuiku di sini, meski kamu sedang sibuk," ucap Diana.

"Enggak masalah, Na. Insya Allah, aku akan datang setiap hari untuk mengunjungi kamu saat jam istirahat di sekolah ini berlangsung. Jadi ... ini jelas bukan kunjungan sesekali yang akan kamu terima," balas Zuna, sambil melangkah mundur menuju ke arah mobilnya.

"Hati-hati, Zu. Jangan ngebut saat menyetir," pesan Diana.

"Iya, Na. Insya Allah aku pasti akan berhati-hati saat menyetir. Assalamu'alaikum. Jangan lupa sering-sering kabari aku," pinta Zuna.

"Oke, Zu. Wa'alaikumsalam."

Setelah mobil milik Zuna meninggalkan halaman SMP GENTAWIRA, Diana pun berbalik dan hendak masuk ke area sekolah. Mita dan Beni mengejar langkahnya dengan cepat, sehingga berhasil mensejajarinya.

"Bu Diana," sapa Mita, mencoba tetap tenang.

Diana menoleh ke arah wanita itu seraya tersenyum. Kentara sekali, bahwa Mita saat ini sedang menahan-nahan rasa cemburu terhadap Diana yang begitu dekat dengan Zuna. Diana bisa menebak itu, setelah mendengar nada suara Mita yang sedikit bergetar ketika memanggilnya.

"Iya, Bu Mita. Ada apa?" tanya Diana, pura-pura bodoh dan tidak peka atas kecemburuan yang wanita itu alami.

"Anu, kami ingin meminta nomor telepon Bu Diana agar bisa saling menghubungi jika ada sesuatu yang penting," jawab Mita, seraya menyodorkan ponsel miliknya dan milik Beni.

Diana pun segera menerima kedua ponsel itu dan mencatat nomor ponselnya di sana. Umpan yang ia lemparkan benar-benar diraih dengan sempurna oleh Mita dan Beni. Pada saat yang sama, ia juga melihat nomor ponsel milik Rudi dari ponsel Beni dan mengingatnya agar nanti bisa segera ia simpan pada ponselnya sendiri.

"Sudah. Aku harap kalian berdua segera mengirimkan satu pesan padaku, agar nomor ponsel kalian juga bisa kusimpan pada ponselku," harap Diana.

"Ya, tentu saja kami akan segera mengirimkan pesan kepada anda, Bu Diana. Silakan simpan nomor kami, dan mari saling menghubungi ke depannya agar bisa mempererat jalinan pertemanan," ujar Beni, seraya tersenyum untuk menunjukkan pesonanya di hadapan Diana.

Diana hanya membalas dengan senyum seadanya, karena saat itu semuanya bertepatan dengan berbunyinya bel yang menandakan bahwa waktu istirahat telah berakhir. Mereka bertiga segera beranjak menuju Ruang Guru untuk melihat jadwal mengajar selanjutnya. Diana pergi lebih dulu ke kelas yang akan diajarnya, sementara Mita kini sedang sibuk melihat WhatsApp story milik Diana yang tadi diunggah oleh wanita itu. Beni juga melakukan hal yang sama, dan saat ini rasa marah tengah menguasai hatinya ketika melihat hasil foto yang diambil oleh Zuna.

"Sialan! Sedikit saja dia menoleh ke arah Diana, maka pipi Diana akan terkecup oleh bibirnya!" batin Beni.

Mita mengambil screenshot dari WhatsApp story milik Diana, lalu mengirim foto itu ke WhatsApp milik Kalingga.

MITA
Mau membantuku memisahkan mereka? Aku benar-benar tidak tahan melihat kedekatan mereka, meski mereka menyatakan bahwa hubungan yang mereka jalani hanyalah sebatas sahabat.

Diana kembali melewati ruang kelas tempat tadi ia melihat sosok gadis remaja yang menatap sendu ke arahnya. Ia berharap bisa melihat sosok itu lagi karena merasa penasaran. Namun sayangnya, ia tidak mendapati sosok itu di sudut tempatnya berada tadi. Diana cukup kecewa akan hal itu, sehingga membuatnya mendesah pelan dan berniat melanjutkan langkahnya menuju kelas yang akan diajarnya. Tapi langkah Diana kembali terhenti ketika sosok itu mendadak menghadangnya. Diana bisa menatapnya begitu jelas dan dekat, sekarang. Wajah sosok gadis remaja itu tampak sangat cantik meskipun pucat. Diana melambaikan tangannya diam-diam ke arah sosok itu, agar tidak menarik perhatian orang-orang yang mungkin saja akan melihat sikapnya.

"Hai," bisik Diana. "Siapa namamu?"

Sosok itu menunjuk ke arah bagian dalam jas sekolahnya, sehingga membuat Diana berusaha mengintip. Namun sebelum ia berhasil melihat nama dari sosok yang tengah ia hadapi, seorang siswi dari kelas yang akan diajarnya datang menghampiri.

"Bu Diana, mari kita ke kelas, Bu. Semua anggota kelas 1-B sudah menunggu kedatangan Ibu," ajak gadis itu.

Diana pun tersenyum ke arah siswi tersebut, sambil memperlihatkan ekspresi seakan dirinya memang sedang mencari-cari di mana kelas 1-B berada.

"Wah, untung Ibu bertemu dengan kamu di sini, Nak. Hampir saja Ibu akan naik ke lantai atas untuk mencari di mana kelas 1-B," ujar Diana.

Siswi tersebut pun tersenyum, lalu mempersilakan Diana untuk berjalan bersamanya. Diana melirik sekilas ke arah sosok yang masih berdiri di tempatnya tersebut. Ia memberi tanda pada sosok itu untuk ikut dengannya ke kelas 1-B. Diana jelas ingin benar-benar tahu siapa nama sosok gadis remaja itu, sehingga membuatnya tidak ingin membiarkan sosok itu menghilang kembali dari pandangannya.

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh," sapa Diana, ketika akhirnya tiba di kelas satu B.

"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh!!!" jawab semua anggota kelas tersebut.

"Bagaimana kabar kalian semua? Apakah sudah siap untuk belajar bersama Ibu hari ini?" tanya Diana.

"Kami sudah siap, Bu Guru. Tapi ... entah kenapa kami mendadak merasa kedinginan, Bu. Padahal sejak tadi ruang kelas ini sangat panas," jawab Ketua Kelas, mewakili yang lainnya.

Diana pun tersenyum begitu tenang agar tidak perlu ada yang merasa panik.

"Kondisi cuaca saat ini sedang tidak menentu, anak-anak. Jadi wajar saja apabila terkadang kalian merasa panas dan sesaat kemudian kalian akan merasa begitu dingin. Mari kita mulai saja pelajaran Biologi hari ini, tolong buka buku cetak kalian halaman tiga puluh delapan," titah Diana, lalu menatap ke arah sosok gadis remaja yang benar-benar mengikuti langkahnya ke ruang kelas tersebut.

* * *

Rahasia Di SekolahWhere stories live. Discover now