69 | Rasa Takut Yang Mulai Menghantui

576 60 13
                                    

- UPDATE SETIAP HARI
- DUA EPISODE SETIAP UPDATE
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.

* * *

Setelah Reza pulang dan Rosna sudah tak berada di dalam ruang perawatan, Diana kembali masuk ke sana untuk menemani Rudi. Ia sudah membicarakan dengan Reza soal rencana yang telah disusun bersama Zuna. Kini Reza akan langsung berkoordinasi dengan Zuna, terkait apa yang akan mereka lakukan malam nanti. Diana sendiri kini hanya perlu terus berada di sisi Rudi, untuk memastikan bahwa Rudi tidak akan meninggalkan ruang perawatan meski hanya sebentar. Rudi tetap harus berada di sana, karena Zuna dan Reza akan masuk ke tempat yang sering Rudi datangi dirumah sakit itu.

"Pak Reza benar-benar pulang, Na?" tanya Rudi.

"Iya, Rud. Dia harus pulang. Bapaknya pasti sudah menunggu sendirian sejak tadi di rumah. Jadi Reza jelas harus pulang agar Bapaknya tidak merasa cemas," jawab Diana.

Wanita itu menuangkan air mineral ke dalam gelas, lalu memberi Rudi minum agar tidak mengalami dehidrasi. Rudi jelas merasa senang karena diberi perhatian lebih oleh Diana. Ia tidak pernah berani membayangkan kalau Diana akan menjadi sedekat ini dengannya, terutama saat masih bersaing dengan Beni. Zuna jelas tidak lagi dianggap saingan oleh Rudi, karena Zuna sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda suka terhadap Diana.

"Zuna akan datang ke sini juga, Na?"

"Iya. Dia akan datang ke sini setelah urusan pekerjaannya selesai. Nanti aku dan dia akan menjagamu di sini, karena kamu pasti butuh dibantu saat akan pergi ke kamar mandi. Aku tidak cukup kuat untuk memapahmu, Rud. Tadi saja di Ruang Guru aku hampir kewalahan saat menahan bobot tubuhmu yang cukup berat. Untungnya aku tetap bisa membawamu keluar, meski harus sedikit kuseret," ujar Diana.

Rudi terkekeh pelan saat mendengar betapa jujurnya Diana. Dulu semasa sekolah, ia sama sekali tidak kepikiran ingin memperhatikan Diana lebih dari seorang teman. Ia lebih banyak tertarik untuk memperhatikan orang-orang dari luar kelasnya, dan hanya sempat beberapa kali berbincang dengan Diana pada waktu-waktu tertentu. Ternyata tanpa Rudi tahu, Diana sangatlah menarik jika sudah diperhatikan lebih jauh. Wajar baginya apabila Zuna bisa menjadi sangat dekat dengan Diana dan bahkan sampai menjadi sahabatnya. Diana bukan tipe orang yang membosankan. Dia justru mudah sekali diajak mengobrol sampai membicarakan hal-hal yang tidak penting sekalipun. Dia sangat menyenangkan, terutama jika sedang bicara jujur seperti barusan.

"Tadi Zuna sempat mengirim pesan padaku, Rud. Katanya di sekolah saat ini keadaannya sudah jauh lebih tenang. Cleaning service sudah membenahi kekacauan yang terjadi di Ruang Guru, dan sekarang semuanya sudah kembali rapi seperti semula. Para siswa dan siswi dipulangkan lebih cepat, karena para Guru merasa cemas setelah adanya serangan gaib siang tadi. Kalau Mita, entah di mana keberadaannya setelah dia diusir oleh Ibumu dari sini. Intinya saat Zuna tiba di sana, dia sudah tidak ada di sekolah," Diana menyampaikan.

"Sebaiknya memang para siswa dan siswi dipulangkan lebih cepat. Itu sudah keputusan paling tepat. Kalau sampai ada yang kesurupan, keadaan sekolah bisa lebih kacau lagi jadinya. Soal Mita, biarkan saja. Dia tidak perlu terlalu diurus oleh kita, karena kita tidak ada sangkut paut dengan kehidupan pribadinya," tanggap Rudi.

Diana terdiam sejenak sambil memperhatikan Rudi. Ia ingin tahu apakah Rudi bisa dibuat banyak bicara lagi--seperti di restoran waktu itu--atau tidak. Ia tidak ingin gegabah dan membuat Rudi mencurigainya. Langkah untuk menemukan jenazah Sekar hanya tinggal sedikit lagi. Jadi Diana jelas harus sangat berhati-hati terhadap Rudi saat ini.

"Rud, menurutmu serangan gaib tadi terjadi karena apa?" tanya Diana.

Rudi pun langsung menoleh kembali dan menatap Diana dengan ekspresi yang berbeda. Diana tahu soal perubahan ekspresi itu, namun ia terus berpura-pura tidak menyadari.

"Maaf, ya, kalau pertanyaanku agak aneh. Aku belum pernah mengalami hal seperti tadi, Rud. Jujur ... aku merasa kaget dengan kejadian tadi. Aku bahkan sampai abai terhadapmu karena harus membantu Reza mengeluarkan semua orang dari Ruang Guru. Kalau takut, aku rasa tidak. Aku sama sekali tidak takut dengan hal-hal yang tak kasat mata. Tapi kalau cemas, aku rasa iya. Aku jelas cemas kalau kejadian seperti tadi akan terulang lagi. Melihat apa yang terjadi padamu hari ini membuat aku merasa jadi sering cemas. Itulah sebabnya aku berunding dengan Zuna, sampai dia menyarankan padaku untuk menjagamu di sini bersamanya. Kami tidak tenang, Rud. Kami benar-benar tidak bisa tenang," jelas Diana, mencoba kembali menetralkan suasana.

Ekspresi Rudi pun kembali seperti biasa setelah mendengar penjelasan itu. Perasaannya mendadak lega, karena ternyata Diana sama sekali tidak ada niatan mengorek informasi apa pun darinya. Tadi ia sudah berpikir kalau Diana akan mencoba membantu Zuna mencari tahu soal kasus kematian Helmi, karena saat ini Zuna sedang berkesempatan menyelidiki SMP GENTAWIRA setelah ia memberi izin. Tapi nyatanya tidak begitu. Diana dan Zuna justru berdiskusi tentang kondisinya karena merasa sangat khawatir. Zuna juga tampaknya tidak lagi ingin membahas soal kematian Helmi terhadap Rudi, jadi Rudi merasa tidak perlu cemas terlalu berlebihan mulai sekarang.

"Entahlah, Na. Aku juga tidak paham soal  terjadinya serangan gaib tadi. Tapi yang jelas, di SMP GENTAWIRA memang sering terjadi hal-hal aneh seperti itu. Kadang seseorang bisa tersandung tanpa tahu apa penyebabnya. Kadang juga bisa terpeleset. Dan tadi adalah kejadian terparah yang terjadi di sekolah itu. Aku menjadi Kepala Sekolah di sana sudah hampir delapan tahun, dan kejadian-kejadian seperti itu sudah kuanggap biasa bahkan sering aku abaikan. Tapi entah kenapa akhir-akhir ini kejadiannya semakin intens," ungkap Rudi, apa adanya.

"Apakah menurutmu SMP GENTAWIRA ada penunggunya? Misalnya ... apakah ada yang pernah meninggal di sana atau pernah dibunuh, sehingga arwahnya gentayangan dan mau membalas dendam?" Diana memasang wajah heran.

Rudi kembali menatapnya namun tidak lagi menaruh rasa curiga.

"Aku tahu soal kematian Almarhum Helmi yang meninggal karena bunuh diri di salah satu ruang kelas, di sekolah kita. Tapi dia 'kan bunuh diri. Jadi untuk apa arwahnya gentayangan dan ingin membalas dendam? Itu jelas sama sekali tidak masuk akal. Jadi, sudah jelas kalau itu bukan arwahnya Helmi yang berulah seperti tadi. Pasti ada arwah lain yang bergentayangan di sekolah dan memiliki niat balas dendam," pancing Diana, seakan itu adalah isi pikirannya semata.

Sayangnya, ingatan Rudi jelas langsung terpancing dan membuatnya ingat kepada Sekar. Karena Rudi memang tahu fakta sebenarnya, bahwa Sekar adalah salah satu orang yang meninggal karena dibunuh di SMP GENTAWIRA.

"Akulah pembunuhnya. Aku yang membunuh Sekar dan jasadnya masih kusimpan sampai detik ini. Jadi kalau memang arwah Sekar yang bergentayangan di sekolah dan memiliki niat untuk membalas dendam, maka sudah jelas serangan tadi memang terarah kepadaku. Arwah Sekar mungkin ingin membalas dendam padaku sekarang, dan dia jelas tidak akan berhenti sampai aku benar-benar mati," batin Rudi, mulai dipenuhi rasa takut.

* * *

SAMPAI JUMPA BESOK 🥰

Rahasia Di SekolahWhere stories live. Discover now