64. Sedikit perubahan

42 41 0
                                    


Sedikit perubahan
*******

Azoya berpikir keras mencoba menggali satu persatu ingatannya, merasa kalau dia sudah melakukan suatu kesalahan hingga Juni saat ini bersikap tidak seperti biasa. Motor sport yang dikenakannya melesat laju membelah jalan hingga Azoya yang di bonceng mengeratkan pegangannya di ujung seragam Juni. Jujur saja, Azoya takut saat Juni begini.

Suasana hati Juni tampaknya sedang tak baik. Terlebih kemarin cowok itu menghampiri Azoya dengan keadaan seperti tengah terluka karena suatu hal, sayangnya Azoya tak bisa baca pikiran apalagi perasaan yang tengah cowok itu pendam.

Azoya hanya bisa bersikap seolah dia tidak menyadari kalau cowok itu sedang memendam sesuatu dalam  sambil berharap Juni mau terbuka terhadapnya.

"Udah sampai," ucan Juni tanpa memperlihatkan ekspresi.

"Juni kenapa? Kok, diam aja dari tadi?" tanya Azoya tak tertahankan

Azoya turun saat laju kendaraan itu terhenti, sedangkan Juni masih duduk di atas motor miliknya. Termenung sesaat dengan banyak kebimbangan di dalam benak cowok itu, Azoya bahkan melihat dengan jelas kerutan dahi Juni saat ini.

"Loh duluan aja. Gue ada urusan."

"Kemana?" Azoya memandang lekat cowok itu. "Loh ada masalah apa, sih? Dari kemarin gak pengen ngomong jujur sama gue. Gue segak penting itu, yah, buat ngertiin masalah loh?"

"Ada yang perlu gue lakuin. Gak masalah, kan, gak di temenin?" balas Juni tanpa menangapi pertanyaan cewek itu.

Azoya mengeha nafas lesu. "Kenapa, sih, loh gak mau cerita? Gue gak bisa di percaya atau apa?"

"Bukan itu. Suasana hati gue emang lagi gak baik aja."

"Iya. Gue tau pun, gak bakal bisa bantu apapun. Cuma sekedar tau, doang. Buat apa?" gumam Azoya menyimpulkan, masih dapat Juni dengar.

Juni turun dari motor dan melangkah lebar menuju Azoya yang menatap cowok itu penuh tanda tanya. Juni menggelengkan kepala, menggerakkan telunjuk di depan wajah Azoya. Sebagai tanda bahwa ia tak suka pacarnya berpikir berlebihan mengenai masalahnya.

"Semua bakal kembali seperti semula. Loh tunggu aja. Gue minta jangan pernah lepas gengaman tangan gue," ungkap Juni tanpa dapat Azoya cerna.

"Maksud loh apa? Gue gak paham."

"Masuk aja. Jangan khawatir sama gue." Juni menampilkan senyum kecil di bibirnya, mengacak rambut Azoya sebentar.

Juni hendak berbalik, tapi langkanya tertahan karna Azoya mengapai ujung seragamnya. Cowok itu menghadap Azoya kembali sementara cewek yang di tatapannya memperlihatkan jam yang tertera di layar handphone tepat didepan wajah Juni.

"Lima menit lagi bakal bel masuk bakal berbunyi. Loh hati-hati, jangan ngebut-ngebut. Telat dikit gak ngaruh," pesan Azoya mengalah.

"Tenang aja. Gue gak bakal dateng sebelum jam pertama mulai. Buat jadi cowok loh harus jadi murid teladan, kan? Biar loh gak malu, pas, mau ngakuin."

"Gak gitu! Gue juga bego!" elak Azoya tidak sependapat. "Harusnya gue yang ngomong gitu sama loh. Jadi pacar cowok pintar, tapi gak punya kelebihan."

"Ini kisah cinta. Bukan mau ngelamar kerja yang harus punya privilege, passion atau semacamnya."

Mata Azoya berubah sendu. Menyadari banyak kekurangan dalam dirinya. "Tetap aja. Gue gak bisa banyak hal, loh aja bahkan masih ragu terbuka sama gue. Gak bisa di andalkan. Benar, kan, Juni?"

"Cukup hubungan saling suka itu paling utama. Gue gak butuh apa-apa."

Setelah mengatakan hal itu Juni segera menuju motornya. Suara deru mesin yang baru di nyalakan mulai terdengar,  melaju perlahan dengan cowok itu di atas kendaraan. Sebelum benar-benar pergi Juni melirik sekilas di balik helm full face yang di kenakan. 

STOP SINGLE(Tahap Revisi)Where stories live. Discover now