Bab 20 Epilog (Tamat)

5 2 21
                                    

5 Bulan  Kemudian.

Aku akhirnya mempunyai kesempatan untuk pulang ke kampung halaman. Selama 5  hari kedepan,, aku akan menginap di rumah tanteku. Sudah lama sekali aku tak berjumpa dengan beliau.

Ternyata, kota ini sudah banyak berubah. Kota Kediri yang banyak menyimpan kenangan masa lalu bersama mama, teman, dan dirinya. Meski kini, aku sudah tak tau bagaimana kabar darinya.

"Tante, Devika mau jalan-jalan sebentar ya. Udah lama gak jalan-jalan disini.

"Yaudah, tapi jangan pulang malam ya, hati-hati lho," tutur Tante Ratih.

"Oke Tante. Makasih ya."

Kemudian, aku menghidupkan motor matic milik Tante Ratih. Aku sedikit lupa dengan jalan di sini mengingat, sudah banyak yang berubah. Aku kemudian berhenti di salah satu taman yang populer di sini. Sambil menikmati pemandangan alam. Aku membeli air minum di supermarket terdekat.

Aku membuka chat yang memenuhi notifikasiku. Hanya ada notifikasi grub chat dari rekan kerjaku yang membahas masalah pekerjaan.

Saat sedang meminum, aku bertemu dengan seseorang yang sudah lama tak aku jumpai. Aku menatap laki-laki yang sedang duduk sendiri di taman itu. Sepertinya, dia sedang menunggu seseorang. Aku ragu apakah laki-laki adalah Devian karena, aku sangat tau betul postur tubuhnya.

Aku mendekati laki-laki itu, dia menatapku kaget. Aku pun juga tak kalah kaget. Ternyata, Laki-laki itu adalah Devian.

"Vian?"

Laki-laki itu masih menatapku tak percaya. Ia masih menatapku lamat-lamat.

"Devika?"

"Eh, gak nyangka ya, kita ketemu lagi." Aku memulai obrolan dengan nya walaupun rasanya sangat canggung setelah pertemuan terakhir itu.

"Ya Vik, gimana kabarnya?" tanyanya.

"Baik. Kamu gimana?"

"Baik juga. Sama siapa Vik?"

"Sendiri sih, kamu?"

Saat pertanyaan itu terucap, tiba-tiba ada seseorang wanita berambut panjang dengan wajah cantikendekat ke arah kami. Ia tersenyum manis pada Devian.

"Aku sama Sandra. Kenalin Vik, ini Sandra, pacarku," tutur Devian. Aku terdiam sejenak. Otakku belum sepenuhnya mencerna kalimat dari Devian. Ada desir nyeri di hatiku saat Devian memperkenalkan wanita itu.

"Kenalin aku Sandra, pacarnya Devian. Kamu siapanya Devian?" tanya Sandra.

"Aku Devika, temen SMP nya Devian. Aku baru ketemu sama dia disini," ucapku kaku. Sandra manggut-manggut.

"Kalian udah lama pacaran?" tanyaku pelan. Aku ingin tau hubungan mereka sudah berapa lama.

"Ya lumayan Vik. Udah hampir 2 tahun," jawab Devian. Aku hanya mengangguk.

"Oh, gitu. Selamat ya. Semoga kalian langgeng," tuturku. Biar bagaimanapun, aku harus mengikhlaskan Devian bahagia.

"Makasih Vik, kamu gimana?"

"Udah punya pacar?" tanya Devian. Aku terkesiap dengan pertanyaan Devian.

"Oh, aku gak punya pacar. Nanti aja langsung nikah kalau udah ketemu jodohnya," jawabku.

"Semoga, kamu cepet ketemu jodoh kamu ya."

"Aamiin Vian, makasih doanya," jawabku.

"Yaudah Vik, aku sama Sandra duluan ya," pamit Devian.

"Iya Vian."

"Aku duluan ya Vik," pamit Sandra. Kemudian, pasangan itu berlalu dari hadapanku.

Aku hanya bisa menatap kepergian Devian. Ternyata, aku harus benar-benar mengubur perasaanku pada Devian. Laki-laki itu sudah bahagia bersama wanita lain.

***

Aku masih terdiam di kamar. Aku masih membayangkan kejadian tadi siang saat bertemu kembali dengan Devian. Ternyata, perasaanku masih sakit mendengar Devian sudah memiliki pasangan namun, aku tak berhak apapun atas hidup Devian. Aku harus ikhlas dengan perasaanku dengan membiarkan dirinya bahagia dengan pilihannya.

Waktuku tinggal 2 hari lagi. Aku akan meluangkan waktu untuk berkunjung ke makam mama serta bertemu dengan teman dekatku dulu.

***

Aku sudah tiba di kota Semarang. Kembali ke rutinitas untuk kembali bekerja. Aku sudah menyelesaikan perasaanku di masa lalu. Aku sudah lebih tenang sekarang meskipun masih ada rasa sakit namun, hidup terus berjalan.

Semua yang terjadi di hidupku pasti ada alasannya. Baik itu bahagia atau sedih. Aku harus belajar ikhlas dan mengambil hikmah yang terjadi dari pengalaman itu. Bahagia tak selalu bersama orang yang kita cintai. Bahagia itu ada ketika kita bisa berdamai dengan diri sendiri dan menciptakan bahagia untuk diri sendiri.

Biarlah aku habiskan rasa rinduku pada dirinya. Suatu saat nanti, aku pasti bisa untuk melupakan laki-laki itu tanpa ada beban dalam hati. Biarlah waktu yang akan menjawabnya. Aku akan kembali melanjutkan kisah hidupku, sendiri.

Huaa akhirnya, Kisah untuk Devian Tamat 😭🙌. Selesai sudah kisah Devian dan Devika. Semoga, kita bisa mengambil pelajaran dari kisah mereka ya.

Ketemu lagi dengan ceritaku yang lainnya. Terimakasih telah menemani Devika dalam kisahnya 🙌

Jangan lupa vote dan komennya 🤗

See you next story 🙌🤗


Kisah untuk Devian ( Tamat )Where stories live. Discover now