Bab 19

8 2 18
                                    

9 Tahun Kemudian

Aku segera membereskan pekerjaanku. Aku bekerja sebagai karyawan swasta di kota Semarang. Ya, setelah lulus SMA, aku memilih untuk bekerja untuk membantu orang tuaku. Sewaktu aku masih kelas 3 SMA, mama aku meninggal dunia dan aku harus membantu Ayahku bekerja. Bukan tak ingin kuliah namun, ada alasan mengapa aku tak bisa melanjutkan kuliah. Ayahku sudah lanjut usia dan sudah tak bekerja alhasil, aku yang menjadi tulang punggung keluarga.

"Dev, ngelamun aja disini. Belum pulang ya?" tanya Veni, rekan kerjaku.

"Bentar lagi, masih istirahat ini."

"Oh, gitu. Aku duluan ya," pamit Veni sambil berlalu di hadapanku.

"Oke Ven, hati-hati ya," jawabku.

Aku kembali membuka ponselku. Melihat beranda Instagram yang terupdate. Terlintas di pikiranku tentang laki-laki yang pernah singgah dihatiku di masa lalu. Apa kabar dia? Sudah lama sekali, aku tak mendengar kabar darinya.

Sudah lama, aku tak mengetahui kabar darinya. Aku sengaja mengetik di kolom pencaharian menulis namanya. Akhirnya, aku menemukan akun miliknya.

Laki-laki itu masih sama bahkan, sekarang dirinya sudah mahir bermain musik dan bergabung dalam grub band di kotanya.

"Apa kabar Vian?" Monologku.

Setelah pertemuan terakhir itu, aku dan dirinya sudah tak pernah bertemu lagi. Dia sudah sibuk dengan urusannya. Kita sudah mempunyai kehidupan masing-masing.

Aku meletakkan ponselku kedalam tas kemudian, aku bergegas untuk pulang karena waktu sudah malam.

***

Aku mencati keberadaan buku diary ku sewaktu SMP dulu. Akhirnya, aku menemukan buku itu. Aku membaca kembali halaman pertama. Aku ingat betul perasaanku saat pertama kali menulisnya. Seorang anak SMP yang pertama kali merasakan rasa suka pada seseorang. Banyak puisi yang aku tulis. Salah satunya, puisi terakhir untuk Devian ketika hari perpisahan itu.

Jujur saja setelah tak bertemu dengan Devian, aku sudah pernah menjalin hubungan baru dengan seseorang namun, ujungnya kandas. Pada kenyataannya, setelah bertahun-tahun berlalu, aku masih mengingat dirinya meskipun, aku sudah lama sekali tak berjumpa dengan laki-laki itu.

Aku kembali menyelami kisah masa remajaku. Aku tak peduli akhir kisah itu. Aku hanya rindu pada bagian awal kisah itu. Pada kenyataannya, perasaan tak bisa dipaksakan. Aku pun menghargai keputusan Devian waktu itu.

***

"Dev, kamu bisa kan pulang kampung?" tanya Tanteku.

"Insyaallah Tante, nanti Devika ambil cuti kerja. Nanti, Devika hubungi Tante lagi," ucapku diseberang telpon.

"Oke kalau gitu. Makasih Devika."

Aku menutup sambungan telpon itu. Tanteku memintaku pulang karena, dirinya rindu padaku. Ia ingin bertemu dengan keponakannya ini dan berlibur saat liburan tahun baru.

Aku sebenarnya juga ingin kembali kesana namun, aku belum punya kesempatan untuk pergi kesana karena pekerjaanku yang menumpuk disini.

Aku melihat kembali buku diary tentang Devian. Apakah laki-laki itu sudah menemukan pasangan hidupnya? Aku bertanya-tanya dalam hati.

Sepotong kenangan masa lalu

Pada masa lampau, ku melihat kau
Seorang laki-laki yang menarik hati
Tentang seorang gadis yang menyimpan perasaan

Rasa yang berujung pilu
Masa yang berisi tangis pedih
Andai saja, takdir tak mempertemukan mereka
Mungkin, gadis itu tak pernah tau
Rasa sakit akibat cinta

Haloo readers. Apa kabar pagi ini? Author update lagi 🙌. Menuju ending. Semoga masih ikuti kisahnya Devika ya.

Jangan lupa vote dan komennya 🤗

See you next part

Kisah untuk Devian ( Tamat )Where stories live. Discover now