Bab 3

27 5 38
                                    

Akhirnya sampai juga pada hari ketiga, hari terakhir MOS. Hari ini, ada pentas seni sebagai penutupan MOS. Pentas seni ini sekaligus untuk memperkenalkan ekstrakurikuler di sekolahku ini. Oh ya, aku belum memberi tau SMP aku ya hehe. Aku bersekolah di salah satu SMP negeri yang ada di kota Kediri. Saat mendaftar, aku tidak ada pandangan kalau akan bersekolah disini tapi, takdir membawaku kesini dan bertemu dia. Ah, aku jadi teringat lagi dengan laki-laki itu. Jika saja aku dulu tak bersekolah disini, mungkin aku tidak akan bertemu dengan dirinya. Seseorang yang memberikan kesan yang tak bisa dihapus begitu saja. Bahkan alasan aku menulis cerita ini.

Oke kembali pada cerita. Aku sangat menikmati pertunjukan pentas seni yang ditampilkan oleh kakak-kakak kelasku. Mereka adalah anggota masing-masing ekstrakurikuler yang juga bertugas untuk mempromosikan ekskul pada kami.

"Dev, kamu mau ikut ekstra apa nih?" tanya Yuna disampingku. Aku berfikir sejenak. Bingung harus ikut apa.

"Tau nih masih bingung," cetusku. Yuna hanya menghela nafas.

"Kalau kamu mau ikut ekskul apa Yun?" tanyaku.

"Mungkin panduan suara," jawab Yuna dengan nada yang kurang yakin.

Aku kembali memikirkan ekstrakurikuler apa yang harus aku pilih selama bersekolah disini. Jujur saja, aku tak punya bakat yang menonjol seperti teman-temanku. Aku sendiri pun bingung bakatku apa. Aku hanya suka menulis puisi. Sebenarnya ada ekskul jurnalistik tapi, aku gak berminat untuk mengikutinya.

Sampai pada akhirnya pertunjukan pentas seni drama atau teater. Aku sangat menikmati cerita yang disajikan. Mereka sangat bagus memainkan drama tersebut. Aku sampai terhibur dan tertawa menonton mereka. Terbersit dipikiranku kalau seru juga ikut teater.

Aku mengedarkan pandangan dan tertuju pada Devian. Laki-laki itu tertawa bahagia bersama teman-temannya saat menonton pertunjukan drama. Aku tersenyum memandangnya dari kejauhan.

"Ciee yang lagi liatin doi, senyumnya manis bener," goda Yuna sambil cekikikan.

"Apaan sih Yun," sewotku.

"Kamu beneran suka kan sama Devian, udahlah jujur aja."

"Ya gitu deh," jawabku ambigu.

Yuna kemudian tertawa mengejekku. Yuna adalah orang pertama yang tau bagaimana perasaanku pada Devian saat itu. Awal masuk SMP yang dimulai dengan cinta pertama.

***

"Dev, Kamu mau ikut ekskul apa?" tanyaku.

"Kayaknya musik sih, Vik," sahut Devian. Aku hanya manggut-manggut.

"Eh, kayaknya aku manggil kamu Vian aja ya soalnya nama kita mirip jadi biar beda aja gitu."

"Ya gak papa, terserah aja," jawab Devian santai. Aku hanya tersenyum simpul. Aku akui, Devian memang seru namun, dia juga sedikit cuek. Aku tak menyerah, aku yang selalu mengajaknya ngobrol agar ada percakapan diantara kita.

Tak lama kemudian, guru pengajar datang untuk memberi kabar tentang perpindahan kelas. Aku sangat khawatir kalau akan berpisah dengan Devian. Aku tak sanggup.

"Baik, untuk anak-anak 7D, silahkan kalian melihat informasi daftar nama yang sudah tertempel di jendela kelas. Jika sudah, silahkan langsung menuju kelas yang baru," tutur Bu Lani.

Kami semua berbondong-bondong keluar kelas untuk melihat daftar nama di jendela.

"Waduh, aku di kelas 7G nih," seru Tasya. Nasya disebelahnya pun tambak bersedih.

"Yah, kita gak sekelas lagi dong, aku di kelas 7E nih," sahut Nesya.

"Ah sial, dapet kelas 7A, yang isinya nanti pasti anak pinter-pinter," celetuk Bagas.

"Yess, Alhamdulillah ya Dev kita masih sekelas 7D," girang Yuna sambil memelukku. Aku juga senang masih bisa sekelas lagi dengan Yuna.

Aku kemudian kembali melihat daftar nama itu mencari keberadaan Devian berharap masih bisa bersama dengannya.

Aku sangat bahagia. Harapanku terkabul. Akhirnya, aku masih bisa bersama dengannya 3 tahun yang akan datang. Yuna yang mengerti gerak-gerikku tertawa.

"Ciee kayaknya ada yang lagi seneng banget nih, akhirnya masih bisa satu kelas lagi sama gebetan ya haha," ledek Yuna.

"Eh, kita sekelas lagi nih Dev," celetuk Refan disebelahku. Aku menanggapi dengan kata yang singkat.

"Iya, Fan," ucapku.

"Berarti harapanku terwujud ya Dev, akhirnya kita sekelas lagi," ucap Refan. Sungguh, aku tak nyaman dengan Refan. Rasanya ingin menghindar saja.

Aku hanya membalas senyuman kaku ucapan Refan. Entah mengapa laki-laki ini ingin berinteraksi lebih dekat denganku. Padahal, aku hanya menginginkan Devian seorang udah itu saja. Berharap bisa bersama suatu saat nanti itupun kalau jodoh kalau bukan ya, harus ikhlas walaupun susah hehe.

Setelah selesai pembagian kelas, hari ini pulang lebih cepat karena belum ada pelajaran. Aku mencatat jadwal pelajaran untuk besok. Aku melirik Devian juga masih sibuk mencatat.

"Vian, kamu jadi ikut ekskul musik?" tanyaku sekali lagi pada Devian. Laki-laki itu menatapku sebentar kemudian menjawab,"Jadi kok."

"Wah keren dong, emangnya pengen bagian apa kalau boleh tau?" tanyaku.

Laki-laki itu berpikir sejenak.

"Pengennya sih gitaris atau enggak drummer," jawabnya. Aku manggut-manggut meresponnya.

"Oh oke, good luck ya Vian," ucapku menyemangati Devian.

"Oke, makasih, Vik," sahutnya.

Setelah selesai kegiatan hari ini, waktunya kita pulang. Aku membereskan alat tulisku.

Dari kejauhan, aku melihat Devian sedang berbincang dengan Nesya. Entah apa yang mereka bicarakan. Seperti kemarin, Devian sangat antusias jika berbicara dengan Nesya berbeda saat sedang denganku. Seperti layaknya orang yang cemburu saat pasangannya bersama orang lain padahal aku sama sekali tak ada hak apapun pada Devian. Dia bebas ingin bersama dengan siapa bahkan, berpacaran dengan perempuan manapun. Tapi, kalau boleh jujur, aku tak rela jika melihat Devian dengan perempuan lain. Rasanya sungguh menyakitkan.

"Eh, ketemu lagi sama Devika," seru seseorang disampingku. Lagi-lagi orang itu muncul. Hatiku yang sedang tak karuan ini semakin kacau karena kehadirannya yang membuatku badmood.

Antara cinta & cemburu

Pada hati yang sedang kalut
Dimana rasa cemburu berkecamuk
Bisakah kau mengerti rasa ini?
Andai kau berada diposisiku, pasti tau rasanya
Melihat pujaan hati bersama yang lain

Aku ingin marah
Aku kesal, aku resah
Pikiranku kacau tak terarah
Bisakah kau mengerti rasa ini?

Bagaimana bisa mencintai tanpa dicintai balik?
Rasanya pasti menyesakkan
Kau tau, aku tak terima seperti ini
Mungkin aku egois
Aku bahkan bukan yang penting bagimu
Kau bahkan lebih suka berbincang dengan gadis itu
Gadis manis yang membuatku tertawa bahagia, bukan aku

Mengertilah sedikit walaupun tak penting
Beri aku kesempatan untuk berjuang
Demi rasa ini
Rasa yang belum tau akan berakhir seperti apa

Kediri, pada tahun 2012. (Saat itu masih bisa memandangmu secara dekat)

Note: tahun yang aku cantumkan itu untuk puisi yang menggambarkan perasaan ditahun itu ya. Jadi, bukan tahun kejadian ceritanya. Terimakasih atas perhatiannya.



Halo readers setia author gimana hari ini? Semoga selalu sehat dan semangat ya🤗.

Wah, gimana nih? Kok nyesek banget ya Devika 😭

Jangan lupa vote dan komennya biar author tambah semangat lagi 💙💙

Semoga tetap nungguin ceritaku ini. Terimakasih udah suka dan baca karyaku huhu.

See you next part 🤗




Kisah untuk Devian ( Tamat )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang