Bab 9

20 3 19
                                    

Semakin hari, hubunganku dengan Devian semakin renggang. Hanya ada sedikit kesempatan untuk berkomunikasi dengan Devian namun, itu tak berlangsung lama. Laki-laki itu seperti menjauh dariku. Sebagai seorang remaja yang baru merasakan cinta, itu rasanya sangat menyesakkan apalagi dirinya lebih nyaman dengan yang lain. Kegelisahan hati rasanya tak terkira.

"Dev, yuk kita ke kantin!" ajak Yuna.

"Yuk, aku ikutan ya," celetuk Refan tiba-tiba. Laki-laki itu akhir-akhir ini selalu muncul. Entah untuk meminjam sesuatu atau mengikuti ku. Bukannya aku terlalu percaya diri namun, kenyataannya seperti itu.

"Terserah deh. Yuk Dev!" seru Yuna mengajakku. Ia tak peduli dengan wajah cemberut Refan. Aku sebenarnya merasa kasihan dengan Refan tapi, aku lebih penasaran maksud dari tingkah lakunya yang seolah mendekatiku. Dari gosip teman-temanku, Refan sedang menyukai seorang perempuan yang berada di kelas lain satu angkatan denganku. Maka dari itu, aku sangat heran mengapa dirinya malah mendekatiku.

"Dev, tuh si Refan ngapain sih ngikut segala, bukanya dia itu lagi deket ya sama Ratu?" tanya Yuna penasaran.

"Gak tau Yun, aku juga heran sama dia."

Saat sedang menikmati makanan, aku melihat Refan yang berada disamping Ratu.

"Tuh kan Dev, dia deket sama Ratu. Kamu jangan sampek kepincut sama dia deh," tutur Yuna menasehatiku.

"Ya enggaklah Yun, tar aku makan hati kalau suka sama dia."

"Bagus kalau gitu," sahut Yuna.

***

"Fan, bantuin mikir napa jangan diem aja," kesal Yuna. Kali ini, aku Yuna dan Refan menjadi satu kelompok untuk tugas IPS. Laki-laki itu hanya diam dan sesekali bergurau dengan kelompok lain. Aku juga ikut kesal dengan dirinya yang pasif.

"Aku gak faham materinya Yun, aku pusing," cetus Refan dengan entengnya mengundang emosi Yuna.

"Makanya kalau ada guru jelasin tuh didengerin biar faham."

"Tau deh Yun, kamu aja yang mikir deh." Yuna sudah frustasi dengan Refan.

"Yaudah terserah deh nanti aku bilang ke Bu Tia kalau kamu gak ikut kerja kelompok," ancam Yuna. Aku hanya diam tak ikut berkomentar karena Yuna sudah mewakili kekesalanku pada Refan.

"Huh dasar tukang ngadu," ujar Refan.

"Biarin."

Akhirnya, Refan mengalah. Ia mengambil buku paket IPS dari mejaku dan membaca materi mulai awal. Yuna tersenyum puas melihat ekspresi kesal Refan. Aku pun ikut tersenyum melihat Refan yang akhirnya kalah karena ancaman Yuna.

***

Aku masih berdiri di dekat gerbang sekolah. Waktu itu, aku belum ada smartphone seperti sekarang ini. Dulu masih belum musim aplikasi chat seperti sekarang ini.

Aku masih betah berdiri berlama-lama. Menikmati semilir angin dan lalu lalang kendaraan. Sampai pandanganku tertuju pada laki-laki yang baru saja keluar gerbang sekolah.

Laki-laki dengan gayanya yang sederhana yang masih bertahan dalam hatiku. Aku hanya bisa memandanginya dari jauh. Mengamati gerak-geriknya sampai akhirnya laki-laki itu menghilang dari pandanganku.

Semesta Hatiku

Hening tercipta dalam diam
Menyimpan sejuta rasa
Mengikis jarak tercipta
Dirinya masih dihati
Menetap dalam sanubari
Akankah abadi?

Semesta dalam diksi
Tercipta sejuta rindu
Tertuang dalam goresan pena
Dalam setiap lembar kertas

Akankah kau tau?
Pemilik hati sedang merindu?
Menyimpan bayangmu dalam kata
Walaupun tak pernah bersatu



Halo selamat pagi readers. Selamat menjalankan ibadah puasa bagi yang menjalankan. Tetap semangat💪.

Author balik lagi ke kisah Devian dan Devika yuhuu. Kalian termasuk tim Devian-Devika atau Refan-Devika atau malah Devian-Nesya? Wkwk

Jangan lupa vote dan komennya ya.

See you next part 🤗.

Kisah untuk Devian ( Tamat )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang