Chapter SIX

0 0 0
                                    

- k e e n a m -

🧟

Namun semuanya diluar dugaan, Bu Ellen telah membuka kunci pintu ruang konseling tersebut, dan tangannya mengendur, ia seakan-akan tak ada niat untuk menahan pintu kembali.
Zombie-zombie diluar sana memiliki kekuatan yang melebihi manusia normal, sehingga secara spontan Max menyingkir dari samping Bu Ellen.
Greece menjauhkan langkahnya perlahan-lahan.

"Bu Ellen, kenapa Anda lakukan ini?" Terselip amarah dicampur kepanikan dalam diri Max.

"Menjauhlah!" Ujar Bu Ellen.

Disaat pintu itu mulai membukakan celah sedikit demi sedikit, seolah tak akan dapat menahan beban sebanyak itu.

"GO!" Teriak Bu Ellen sekali lagi.

Kebingungan dan kepanikan terus mengguncang diri Greece begitu juga Max.
Mereka tak tahu harus apa, sementara diluar zombie-zombie sedang mengincar ruang konseling.

"Greece, kau dibelakang ku." Kata Max.

Sepertinya dia memiliki ide.
Ia mengambil meja berukuran sedang di ruang itu, dan pergi kearah jendela besar disana.
Bahkan dalam hitungan detik, pintu itu roboh dan zombie-zombie menimpa Bu Ellen tanpa ampun.
Mereka mengigit wanita tersebut, jumlah yang sangat banyak menumpuk disana, dan mustahil Bu Ellen bisa selamat.

Juga Max berkali-kali memecahkan jendela, dan sadar niat Bu Ellen adalah guna memancing zombie-zombie itu mengarah kepadanya, sehingga Greece dan Max bisa pergi dari sana.

"Greece, tetaplah di belakang ku." Pesannya sekali lagi, kala jendela berhasil dihancurkan dan zombie-zombie itu punya gerakan lambat untuk meraih Max dan Greece. Mereka fokus pada Bu Ellen yang belum terkontaminasi parasit.

🧟

Berbanding terbalik dengan Avery, yang sedari tadi menunggu keamanan dari dalam kamar mandi, tiba-tiba mendapat telepon.
Ponselnya berdering menampilkan sejumlah nomor tak dikenal.
Berharap itu salah satu dari teman-temannya yang selamat, atau mungkin Leine, Avery cepat-cepat menerima panggilan.

"Hey, Avery. Kau baik-baik saja? Ini aku Leine. Kami ada di ruang musik lantai tiga."

Jantungnya merasa sedikit lega dikala Leine berhasil menghubungi nya.

"Iya Leine. Aku akan kesana."

Avery mengelus-elus kakinya, ia meyakinkan kalau kakinya pasti akan sembuh saat dibuat berlari.
Walau itu akan sangat menyakitkan baginya, ia lebih baik bersama teman-temannya daripada sendirian di kamar mandi.

Dengan bantuan meraba tembok kamar mandi, Avery berusaha berdiri, memaksakan kakinya untuk kuat berjalan.
Dan dari dalam, memang tak ada keributan lagi.
Sepertinya para zombie itu telah lenyap dari koridor lantai satu.
Avery membuka pintu pelan-pelan, mengintip dan hanya menyisakan kerusakan-kerusakan, matanya tak melihat satupun zombie.

Gadis tersebut membuka lebih lebar pintunya, dan berjalan keluar dengan langkah tertatih-tatih.
Ia harus tetap menutup mulut, wajahnya was-was mengamati sekeliling, dan tetap hati-hati terhadap tikungan di tangga.
Seketika saat baru menginjakkan kaki pada anak tangga, telinganya mendengar suara langkah kaki yang berlari.
Mengira itu pasti manusia, Avery diam sejenak, keringat meluncur deras di permukaan jidatnya.

Around Us Are Dead : YorkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang