Chapter FIVE

0 0 0
                                    

- k e l i m a -

🧟

Salah satu kemampuan makhluk itu adalah memanjat, tak peduli seberapa tinggi.
Tingkat penciuman mereka sangatlah tajam, meskipun tinggi SMA York mencapai 4 lantai, besarkah tekat mereka untuk meraih mangsa diatas sana.
Tepatnya di atap, ada Jake dan Victor yang melihat kebawah, mereka yang masih mengenakan seragam hari sebelumnya, bahkan Eden dan Eugene saling berpelukan.

"Eden, ada apa disana?" Tanya Eugene dengan suara yang serak dan ketakutan.

Eden hanya menggelengkan kepalanya, dan sama takutnya. "Kita harus bisa lari dari sini."

Dari sudut lain atap, tanpa diketahui oleh Jake dan Victor, ada satu zombie yang berhasil naik, sehingga mereka terengah-engah.
Karena kelengahan mereka dalam melawan zombie, Eden dan Eugene menggunakan waktu itu untuk lari tertatih-tatih menuruni tangga.
Tatapan Eugene benar-benar kosong, tak tahu apa yang sedang terjadi, ia hanya mengandalkan gandengan tangan Eden.
Disaat sampai di lantai tiga, keduanya hendak turun lagi, dan menyaksikan ratusan siswa-siswi menubruk mereka.

"Eugene, kita lari ke kantin." Ujar Eden, saat mereka berhasil turun walau terlalu sering tersandung dan jatuh.

Sementara itu, Nathan, Joeden, Excel, dan Brycen mulai meninggalkan kekacauan di kantin, mereka mengira orang-orang telah berubah dan mustahil ada yang selamat.
Keempatnya menutup pintu besar kantin yang seratus persen berbahan kaca itu, dan mengurung semua zombie yang menggila di dalam sana.
Tentu saja mereka tak bisa langsung pergi, zombie-zombie itu tentu sangat kuat, berat, pintu itu mungkin akan rubuh nantinya.

"Nathan, kita ke lantai tiga!" Joeden berseru, saat dirinya berusaha mati-matian menahan pintu itu.

"Hei, ku hitung, kita langsung lari!" Tambah Joeden, pandangannya selalu ke Nathan.

"Ah, sialan! Pintu ini akan rubuh." Imbuh Excel, tangannya menahan begitu kencang, seluruh tenaganya ia kerahkan.

"Semuanya—siap, 1—2—3. RUN!"

Detik itu juga mereka berempat lari sekencang mungkin, tak mempedulikan keadaan di belakang.
Tapi yang terjadi, saat mereka hendak naik ke tangga lantai dua, Nathan justru memisah dirinya dari Joe, Excel, dan Brycen.

"Aishhhhh, Nath!" Excel yang menyadari hendak kembali turun menyusul temannya itu.

Namun Joe menahannya begitu keras.

"Jangan kesana! Dia pasti mengutamakan Leine, yakin dia pasti selamat. Ayo kita keatas!"

Namun jalan mereka tak semudah itu, di lantai dua juga telah menyebar zombie-zombie itu, meskipun tak banyak.
Dan sekarang, Joe melihat Eden dan Eugene di seberangnya, mereka terlihat kehilangan harapan, dan takut.
Lantas Joe memancing zombie-zombie itu agar datang padanya.

"Dasar tak berguna!" Seloroh Brycen ketika melihat zombie-zombie itu mengarah mereka.

Tanpa merespon pun ia dan Excel memanfaatkan vas bunga disana untuk memukul zombie hingga berkali-kali sampai mereka bisa menyebrang.
Joeden dengan sigap langsung menggenggam tangan Eugene, mereka langsung menuju lantai tiga.

Perlawanan Leine terhadap makhluk itu benar-benar belum usai, ia bermodal tabung APAR berwarna merah, memukul mereka satu persatu, disaat Nathan tak kunjung sampai.
Karena kaki Avery malah terkilir, sehingga dirinya sulit untuk berdiri.
Ia bergerak bak ular, dan mencoba berdiri guna menolong sahabat nya.

Sementara jalan Nathan tak semulus itu, bajunya sudah dipenuhi bercak darah akibat melawan makhluk-makhluk liar itu.
Nathan harus menggunakan anggota tubuhnya untuk melawan, dan tetap hati-hati, karena kelengahan bisa menjadi celah zombie untuk menggigit nya.
Dari kejauhan, mata Nathan samar-samar melihat Leine dan Avery yang sepertinya akan kewalahan.

Around Us Are Dead : YorkWhere stories live. Discover now