Balai Desa Cinta

504 3 2
                                    

Sengaja kuberdandan tipis dan menyiapkan tubuh serta pakaian agar ia semakin puas menikmatiku.

Kadang ia lama menyenggamaiku, dan kadang sebentar karena banyak pekerjaan. Pernah ia menyetubuhiku sembari menggendong dan menyusui anakku.

"Bentar Mas," cegahku, "Biar bayi ini tidur dulu!"

"Keburu ada kerjaan Bu!" jawabnya menjamah vaginaku dari belakang dan berusaha melepaskan celana dalamku, "Saya cuma sebentar! Keburu ada kerjaan!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Keburu ada kerjaan Bu!" jawabnya menjamah vaginaku dari belakang dan berusaha melepaskan celana dalamku, "Saya cuma sebentar! Keburu ada kerjaan!"

Setelah berhasil memelorotkan celana dalam, segera ia tusuk vaginaku dari belakang. Uh!

Kucoba menjaga keseimbangan dengan berdiri disetubuhi dan menggendong anak. Untung saja ia membantuku agar tak terjatuh dengan memegangi anakku dan meremas dadaku.

Ia gumuli dan jilati leher, pipi serta kupingku sembari menyodok. Disaksikan oleh anakku yang belum juga terlelap.

Maafkan aku, anakku! Semoga saja kau akan melupakan kejadian ini.

Goyangan tubuh akibat sodokan Mas Setya membantu anakku terlelap. Satu tangannya turut menepuk-nepuk ringan bayiku.

Begitu anakku tertidur, lelaki itu lalu menyemburkan spermanya di dalam vaginaku dan segera pergi.

"Lain kali jangan pakai bh dan cd, Bu!" perintahnya sebelum pergi, "Biar gampang dianu!"

"Iya Mas!" jawabku patuh.

Ia elus pipi anakku yang tertidur dan mencium bibirku sebelum pergi.

Hari-hari berikutnya, aku tak pernah memakai bra dan celana dalam lagi. Jika lupa, Mas Setya akan membawanya pulang dan menghukumku.

Ia suka menghukum dengan menjambak rambut dan menampari kasar pantatku saat bersenggama. Atau kadang dipaksanya aku berdiri menghadap jendela dengan bugil dan disodok dari belakang. Untung saja sekitaran rumah dalam keadaan sepi.

Lain hari, bahkan kami pernah melakukannya di balai desa. Waktu itu aku mengembalikan buku ke perpustakaan.

Suasana balai desa sepi. Para perangkat tak ada. Hanya ada kami berdua.

Ia pun langsung memeluk dan menciumiku.

"Mas, nanti di rumah aja!" tolakku.

"Nanti saya sibuk Bu. Nggak sempat!"

Kubiarkan ia menciumi bibir dan wajahku. Bahkan menelusur ke leherku.

"Pengin makan ibu tiap hari!" burunya menjilati dan menggumuli leherku seperti vampir haus darah.

"Silakan Mas!" jawabku terlena.

"Nenen dong Bu!" desaknya meremas payudaraku, "Taruh anaknya di meja saja. Tidur kan?"

Dengan patuh, kurebahkan anakku di meja perpustakaan. Mas Setya langsung kembali dan menciumiku. Kubalas dengan penuh nafsu. Vaginaku sudah terasa basah dilecehkan di balai desa begini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 16 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bukit Bunga CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang