Chapter 18

366 49 7
                                    

"Om Sakha."

"Kamu kenal saya?"Tanya Papah Sean yang bernama Sakha.

"Om lupa sama saya? Saya Rafi om, sahabat Sean."Jawab Rafi sembari menatap mata Sakha yang benar-benar mirip dengan Sean.

"Rafi? Ini kamu? Kamu banyak berubah jadi om ngira kamu orang lain tadi. Maaf ya."Ucap Sakha sedikit terkejut.

"Iya om."Ucap Rafi.

"Gimana kabar Sean? Terus kamu ngapain di rumah sakit? Bukannya hari ini kalian ada study tour ya?"Tanya Sakha heran.

Rafi yang mendengar nama Sean, langsung teringat akan permasalahan Sean dan papahnya. Rafi langsung menatap orang di hadapannya dengan datar.

"Buat apa om nanyain tentang Sean? Bukannya om udah gak peduli ya? Terus apa-apaan dengan study tour, om tau darimana?"Tanya Rafi balik sinis.

"Apa maksudmu om tidak peduli? Selama ini om selalu bertukar pesan dengan Sean dan bahkan masih membiayai kebutuhan Sean. Dan yang memberi tahu om tentang study tour juga Sean semalam."Jawab Sakha tak terima. Selama ini dirinya selalu bertukar pesan dengan Sean dan selalu mengirim barang ataupun uang untuk kebutuhan Sean. Jadi dari segi mananya Sakha tak peduli. Justru Sean yang tak ingin di temui.

"Gimana cara Sean bertukar pesan sama om, kalo Sean sendiri gak punya kontak om sama sekali. Bahkan selama ini Sean hidup pas-pasan, kendaraan pun Sean hanya punya mobil peninggalan om serta motor yang Sean cicil."Ucap Rafi heran, karna merasa ada yang janggal di sini.

"Jadi, selama ini om bertukar pesan dan mengirim barang serta uang kepada siapa? Kamu tidak berbohong kan Raf tentang Sean?"Tanya Sakha bingung.

"Mana ada saya bohong om. Asal om tau, setelah om nikah lagi, Sean tinggal sendirian di rumah itu."Ucap Rafi lirih.

"Apa maksudmu? Livia kemana? Bukankah Sean bersama mamanya?"Tanya Sakha untuk ke sekian kalinya.

Rafi dan Sakha memilih pergi ke taman rumah sakit. Setelah sampai, Rafi langsung menceritakan semua yang terjadi selama Sakha tak ada. Perasaan Sakha setelah mendengar semuanya menjadi campur aduk. Namun yang paling dominan adalah perasaan marah. Sakha marah pada Livia dan Sakha marah pada orang yang mengaku-ngaku sebagai Sean selama ini.

" Terimakasih Rafi, sudah menceritakan semuanya. Om akan segera menyelesaikan segalanya, lalu mengurus hak asuh Sean."Ucap Sakha setelah terdiam cukup lama.

"Apakah om akan membawa Sean pergi?"Tanya Rafi dengan perasaan campur aduk.

"Tentu saja, di negara A. Seluruh keluarga besar Asteria menanti ke datangan Sean. Lagipun, hak asuh Sean di tangan Livia hanya sampai Sean berusia 17 tahun dan itu tinggal 2 bulan lagi."Jawab Sakha yakin.

"Ada perjanjian seperti itu?"Tanya Rafi terkejut.

"Ya. Dan yang membuat perjanjian itu adalah Livia sendiri. Dirinya berjanji akan memulangkan Sean pada keluarga Asteria saat Sean berusia 17 tahun.Saat itu tiba, Sean akan di perkenalkan ke hadapan publik sebagai salah satu anggota keluarga Asteria."Jawab Sakha.

Rafi terdiam, tak tau harus mengatakan apa. Ia juga baru tau mengenai perjanjian tersebut. Perasaannya juga kalut, memikirkan suatu saat nanti Sean akan pergi jauh dan tinggal di Negara A. Jika saja ia dapat bolak balik ke negara A dengan mudah, ia tak akan memikirkan itu semua. Namun negara A adalah negara yang sangat sulit untuk di tembus, jika tak memiliki status sosial yang sangat tinggi. Hanya keluarga-keluarga tertentu yang dapat keluar masuk di negara A. Untuk Rafi itu adalah hal yang sangat mustahil jika hanya mengandalkan keluarganya.

"Kamu tak perlu khawatir. Om akan memberikan kamu akses untuk keluar masuk ke negara A." Ucap Sakha yang seolah tau isi pikiran Rafi.

Rafi langsung menatap Sakha berbinar. Dirinya masih memiliki kesempatan untuk bersama Sean. Terlebih negara A juga adalah negara impian Rafi untuk di kunjungi.

FATEWhere stories live. Discover now