Chapter 8

410 45 4
                                    

   Jam istirahat tiba. Sean saat ini sedang berjalan sendiri di koridor sekolah yang sepi. Lagi-lagi guru BK menyuruhnya keliling memeriksa anak-anak yang bolos dan merokok di tempat sepi. Jadilah Sean berada di sini sekarang, di bagian ujung sekolah di lorong kelas tak terpakai. Karna jumlah murid yang kian berkurang. Jadilah kelas-kelas tersebut tak terpakai. Para murid yang suka bolos dan merokok biasanya datang ke sana.

   Saat sedang serius memeriksa, Sean di kejutkan dengan tepukan pada pundaknya. Lantas Sean langsung berbalik melihat siapa yang menepuk pundaknya. Setelah berbalik, Sean mengernyit bingung tak mengenali sosok di hadapannya.

"Hai, lama tak berjumpa."Sapa sosok itu sok akrab.

"Siapa?"Tanya Sean datar.

   Sean benar-benar tak tau siapa orang yang berada di hadapannya. Sean juga tak pernah melihatnya di sekitaran sekolah. Mungkin murid baru, pikir Sean.

"Apa setelah gue pukul, Lo mendadak amnesia? Hahaha oke karna gue baik hati, gue bakal perkenalan ulang. Gue Gempa anak tiri papah Lo."Ucap Gempa di depan wajah Sean.

   Sean membulatkan matanya tak percaya. Sean sekarang ingat siapa orang di hadapannya. Gempa adalah anak tiri papahnya yang sangat membencinya. Terakhir bertemu Gempa memukul kepala Sean hingga pingsan, bukan hanya itu setiap ada kesempatan Gempa akan memukuli Sean tanpa henti atau melontarkan kata-kata benci setiap mereka bertemu.

   Wajar jika Sean tak mengenali Gempa sekarang. Gempa telah banyak berubah.  Dulu tinggi mereka sama, wajah Gempa dulu juga bulat. Hampir semua bagian dari diri Gempa berubah.

"Udah ingat kan sekarang?"Ucap Gempa sambil tersenyum sinis.

   Sean masih saja terdiam. Masih tak berniat meladeni ucapan Gempa. Sean hanya menatap anak itu tajam nan dingin membuat Gempa sedikit terintimidasi.

"Kebetulan sekali ya kita kembali satu sekolah. Lama tak bertemu jadi bisu Lo?"Ucap Gempa jengkel. Dari tadi dia sibuk berbicara, orang di depannya hanya diam saja.

"Segera kembali ke kelas mu. Bell masuk sudah berbunyi. Kau di maklumi karna masih baru, lain kali namamu akan tercatat di ruang BK jika sudah bell masuk kau masih berkeliaran."Ucap Sean lalu beranjak pergi dari sana meninggalkan Gempa yang tersulut emosi.

"Heh, makin berani aja tuh anak. Liat aja apa yang bakal gue lakuin. Gue pastiin Lo bakal menderita Sean. Lo itu gak pantas bahagia."Ucap Gempa menatap kepergian Sean begitu benci.

°°°°°°°°°°°°

   Sementara itu, saat ini Nazran dan Jeremy mengikuti kemanapun Azora pergi seperti anak ayam mengikuti induknya. Azora memilih acuh dan mengabaikan keberadaan mereka. Namun makin lama, Azora merasa kedua anak itu makin dekat. Yang awalnya mereka mengikuti diam-diam dari jauh, sekarang begitu dekat dengannya. Mereka hanya berjarak satu meter sekarang.

"Stop ngikutin gue mulu. Gue risih tau gak."Ucap Azora yang merasa jengkel. Gimana enggak jengkel. Ini Azora mau ke toilet mereka ikut juga. Makin marahlah Azora ini.

"Maafin kita dulu baru kita berhenti."Ucap Jeremy melas.

"Gak ada, gue masih mau marah sama kalian. Pergi gak."Usir Azora tanpa melihat wajah mereka.

"Gak mau, pokoknya maafin kita dulu baru kita gak ikutin lagi."Ucap Nazran memaksa.

"Lah kok maksa. Situ yang marah atau gue? Suka-suka gue dong."Ucap Azora sinis.

"Plis deh Ra maafin kita ya, janji deh gak jail lagi. Kita kasih susu kotak 3 deh."Bujuk Jeremy dengan wajah memelasnya bersama Nazran.

   Azora yang melihat itu jadi kasihan sekaligus gemas. Azora tak menyangka wajah mereka akan imut jika memasang wajah seperti itu.

FATEWhere stories live. Discover now