22

8.4K 906 34
                                    

Zoe Avery Skyline

Hari sudah larut, dan kami masih menyusuri hutan. Niall sudah berkali- kali protes karena ia lapar, tapi Harry tidak menggubrisnya. Aku hanya berjalan mengikuti Harry, dan hanya bisa mendengar geraman Niall. Lalu, aku dapat merasakan Niall berhenti berjalan.

"Harry! Sampai kapan kita akan berjalan, huh? Apa kau tidak haus sedikitpun?", tanya Niall keras-keras. Aku ikut berhenti, dan menoleh kearah Niall.

"Sampai kita menemukan Megan. Dan aku tidak haus sedikitpun.", ucap Harry dengan cepat. Harry tetap berjalan, seolah-olah ia tidak tahu jika aku dan Niall berhenti.

"Kau egois, Harry! Bisakah kita berhenti sebentar?", ucap Niall frustasi. Ucapan Niall membuat Harry berhenti, dan aku bisa merasakan amarah yang terlihat di diri Harry. Harry menoleh kearah Harry, dan dengan sekejap Harry berada didepan Niall.

"Apa katamu?", geram Harry pelan. Niall terlihat kesal, dan mereka saling menatap satu sama lain dengan pandangan tajam. Sial, aku benci jika ada dua laki laki berseteru.

"Aku bilang, kau egois.", ucap Niall, menekan kata 'egois'. Saat Harry akan membalas perkataan Niall, aku menyela terlebih dahulu.

"Harry!", ucapku. Harry pun menoleh kearahku, dan kusadari bahwa matanya sudah berubah jadi merah.

"Ucapan Niall benar, Harry. Kita tidak selamanya tangguh, kita perlu istirahat dan juga darah. Bisakah kita berhenti sebentar?", ucapku, membela Niall. Harry mendengus, dan meletakkan tas nya ditanah, lalu ia berjalan pergi.

"Nikmatilah.", ucapnya singkat, sebelum menghilang di pepohonan. Aku menghembuskan napas dalam-dalam, dan berjalan kearah Niall yang sedang merogoh isi tas.

"Dia egois sekali!", geramnya, masih merogoh tas. Aku hanya diam, dan duduk di batu besar. Niall mengambil dua kantung darah, dan ia memberikan satu kepadaku. Niall duduk disebelahku dan segera mengisap darah. Aku masih melihat cairan merah pekat ditanganku, masih belum terbiasa dengan ini.

"Apa kau akan meminumnya atau tidak?", tanya Niall dengan nada humor. Aku membalasnya dengan senyuman kecil, dan meminum habis darah itu. Aku mengernyit, dan memaksa diriku untuk membiasakan diri dengan rasa darah. Niall kembali mengambil kantong darah dari tasnya dan meminumnya, dia pasti sangat haus. Aku pun beranjak, ingin menemui Harry.

Harry sedang berdiri, dengan kedua tangannya dilipat kebelakang layaknya prajurit. Aku pun menghampiri Harry, dan menepuk pundaknya. Harry menoleh kearahku, dan menghela napas dalam.

"Bagaimana? Kau dan Niall sudah puas?", gumam Harry, kembali melihat kearah depan.

"Aku sudah, tapi Niall sepertinya belum. Kau tidak mau minum juga?", balasku dengan menendang batu kecil.

"Tidak. Aku kuat, tidak sepertinya.", ucap Harry dengan tegas.

"Kau tidak perlu seperti ini, Harry. Ni--"

"Mengapa kau terus membelanya, Zoe!? Mengapa aku selalu salah?", geram Harry, melirik kearahku. Aku terkejut atas ucapannya, dan agak menjauh darinya.

"Dia benar, Harry! Kau juga harus memperhatikan temanmu, jangan hanya dirimu saja!", balasku, tak kalah kencang dari suaranya. Aku melihat mata Harry mulai berubah menjadi merah, begitu pula dengan munculnya taring-taring tajam dibalik bibirnya.

"Jika kita tidak segera menemukan Megan, tidak akan selesai masalah kita! Aku ingin ini segera selesai, agar kita bisa hidup damai seperti yang kudambakan selama ini.", ucap Harry, yang menatapku dengan tajam.

Aku memutuskan untuk diam, dan menghembuskan napas. Seketika, suasana berubah menjadi hening. Hanya ada suara burung yang saling bersaut-sautan. Aku mendengar Harry menggeram,

"Dimana Niall?", tanyanya sambil menoleh kearahku.

Sebelum aku dapat menjawab, sebuah suara terdengar dan membuatku dan Harry langsung menoleh ke sumber suara.

"Mencarinya?"

Disitulah Niall, dengan keadaan pingsan, terkapar di depan Megan. Megan tentu tidak sendiri, ia bersama kelompok vampirenya. Megan menyeringai kearahku, dan Harry menggeram kearahnya.

Well, that's unexpected.

[]

A/N : maafkan hamba.

vote&comments?

Mine (Harry Styles Vampire)Where stories live. Discover now