"Apa? Emang salah gue nyamperin ayang gue?"

"WHAT?!" Alan menyemburkan air yang hampir ia minum sangking kaget nya. Glora pun hanya diam tidak bisa berkata-kata lagi.

"Lan, lo serius pacaran sama Laura?!" Tanya Fahri mendesak.

Dilan diam, Laura juga diam. Glora diam, semua diam, dan pembaca juga diam.

"Ya, gue resmi jadian." Dan seketika akibat dari pengakuan seorang Dilan semua yang ada di kantin heboh dan jadi sangat berisik.

"Hahahaha, anjir! Akhirnya kembaran gue gak jomblo lagii. Gue kira dia gay, tapi syukurlah enggak," seru Alan.

"Jadi yang lo bilang semalam serius?" Tanya Glora pada Laura.

"Serius lah, iya gak sayang?" Laura memberikan susu pisang itu pada Dilan. Dilan tersenyum tipis dan mengambil nya. Bahkan ia meminumnya dengan santai.

"Iya."

"Tangkap gue Al. Gue mau pingsan," ujar Fahri dramatis.

"Alay lo jamet!" Alan memukul pelan punggung Fahri gemas.

"Sejak kapan kalian pacaran?" Fahri bertanya dengan nada yang serius.

"Kepo," balas Dilan. Fahri tersenyum berusaha agar tidak meninju wajah menyebalkan Dilan. Sayangnya Dilan dan Alan sama, tapi tingkahnya sama saja menurut Fahri. Sama-sama menyebalkan.

Glora jadi duduk di samping Alan dengan perlahan. "Pj nya mana nih?"

(Pj= pajak jadian)

"Nanti gue beliin negara ini mau?" Laura menurun naikkan alisnya.

"Anjy, gue jadi presiden dong?" Canda Glora.

Laura jadi berpikir dua kali. "Jangan deh, hancur negara ini kalau lo yang mimpin."

"Pasti sih," sahut Alan.

"Njir, gue di bully," ucap Glora dramatis.

Glora langsung berdiri tegak seperti orang waras, dia baru ingat suami fiksinya tidak ada di sini. "Eh, Gafa mana?"

"Lo dari tadi kemana aja? Lo gak tau kalau di kelas nya ada murid baru? Dia lagi sama murid baru itu," jawab Alan.

Glora memakan makanan nya heran. "Kenapa sekolah ini banyak banget murid baru? Penampungan ni sekolah?"

"Kayak lo gak tau aja," sahut Fahri.

"Eh, murid baru nya cewek atau cowok?" Tanya Laura sambil menyuapi Dilan batagor. Ajaibnya, si kulkas itu menurut saja.

"Cewek," balas Dilan.

"What! Suami gue sama cewek lain?!" Glora langsung berdiri dan menepuk meja gemas.

Alan yang ingin menyuap bakso nya kaget dan baksonya jatuh ke lantai. "Bisa kalem gak?! Gafa bukan suami lo, lo nya banyak halu tuh gini!"

Glora cengengesan tak bersalah. "Btw, nama cewek itu siapa?" Ia duduk lagi ke kursinya dengan tenang.

Tidak ada yang menjawab di sana, semua mengangkat bahu mereka pertanda tidak tau apa-apa. Glora melirik kearah Dilan yang sedang asik di suapi oleh Laura.

Itu kulkas kok cair?

"Apa?" Dilan sadar bahwa dia terus di lihat oleh Glora.

"Lo tau nama cewek itu?" Tanya Glora pelan, dia tidak terlalu akrab dengan Dilan. Takutnya Dilan malah makan dia hidup-hidup.

"Aurora, gadis tunawicara."

"Hah?"

***

Glora berlari menuju ke dalam kelasnya Gafandra, tapi ia sempat berpapasan dengan Zora. Tapi ia berusaha untuk tidak terlibat lagi dengan masalah gadis itu. Yang Glora pikirkan saat ini adalah Aurora yang bisa nyasar ke sekolah ini. Padahal di dalam novel sama sekali tidak pernah terjadi.

Setengah koridor Glora jalani, tapi sama sekali tidak terlihat di mana nenek lampir itu berada. "Sial, mentang-mentang sekolah tempat banyak kejadian, malah di bawa semua ke sini!" Gerutunya.

Tanpa sadar, Glora merasakan dadanya berdegup kencang, ia bingung dan berhenti sejenak. "Kenapa ni?" Monolognya.

"Glora?" Panggilan itu membuat Glora senang dan langsung menoleh kebelakang. Tapi senyumnya pudar saat tau, Gafandra sedang bersama dengan si nenek lampir.

"Oh, lo? Ngapain lo disini," ketus Glora.

Aurora hanya terdiam sambil tersenyum manis. Gafandra membuka suara. "Dia murid baru ra, gue lagi nunjukin letak bangunan di sini."

Glora menatap tidak suka pada Aurora. "Dia kan bisa minta tolong sama yang lain, iya kan?" Tanyanya.

Aurora tersenyum hambar, ia mengangguk sekilas dan matanya sedikit berkaca-kaca. Sedangkan Gafandra diam.

"Ngomong kek," celetuk Glora mendesak.

Bisa ngomong malah gak mau, agak laen. Batin Glora.

"Ra, lo gak ke kelas? Bell bentar lagi bunyi," sahut Gafa mengubah topik.

Glora mengangguk. "Okedeh, lo juga masuk kelas fa. Biarin aja ni cewek sama yang lain kelilingnya, manja banget," cibirnya.

"Ra," tengur Gafa.

"Iya-iya!" Glora ingin berjalan melewati mereka berdua karena letak kelasnya berlawanan arah. Tapi saat berpapasan dengan Aurora, gadis itu malah sengaja menjulurkan kakinya agar Glora terjatuh.

Bugh

"Aw." Glora tersungkur, untung saja tidak terlalu kencang.

Gafa langsung menghampiri Glora. "Lo gapapa? Ada yang sakit?"

Glora tersenyum manis, sangat manis. Dia mengabaikan Gafa dan mulai bangkit hingga langsung mendorong tubuh Aurora kasar.

"Lo sengaja kan bangsat?!" Umpatnya.

Aurora menggeleng dengan wajah yang tidak tau apa-apa. Ia kemudian menunduk takut.

Glora mengupat dalam hati. Jika saja tidak ada Gafa di sini, habis sudah riwayat nenek lampir itu. "Cih, Poltak lo!"

(Poltak= Polos tak berotak)

Bersambung....

Bangus jg julukan nya hahaha.

Change FateWhere stories live. Discover now