BAB 15 : Keadaan Rumah Januarta

32 3 0
                                    


🕊Happy Reading🕊

|

|

|

|

Enjoy

.

.

.

Keadaan rumah kacau balau, semuanya berantakan, suasananya mencekam. Bahkan, banyak tetangga membicarakan perihal rumah kediaman Januarta ini. Elga—Ayah Aluna—sering mabuk dan melampiaskan amarahnya pada Arkana dan juga Alula.

Hingga Elga mendapatkan kabar yang tidak mengenakkan tentang putrinya, Alula.

"ALULA!" jerit Elga, membuat Alula turun menemui Elga.

PLAKK!

Satu tamparan mendarat di pipi mulus Alula hingga meninggalkan bekas, Alula dapat merasakan perihnya bekas tamparan Elga itu.

"Pa? Papa kenapa? Kenapa Alula ditampar?" Alula mulai menanyakan alasannya pada Elga dengan nada yang mulai tinggi.

"SAYA MEMBENCI KAMU, ALULA ELMIRA." Elga mendekat ke arah Alula dengan tatapan kebencian sembari menenteng sabuk yang jika terkena kulit dengan kuat akan sangat menyakitkan.

PRANGG!

PRANGG!

PRANGG!

Sabuk itu berhasil mendarat di pinggang Alula yang kecil, Alula merintih kesakitan. Bekas itu menghasilkan karya, darah mengalir deras. Tiga kali, tiga kali Alula terkena sabuk itu, lukanya besar dan perih.

"Pa, kenapa harus Alula? Kenapa Papa sakiti Alula? Jawab Alula Pa," ujar Alula.

"Kamu, kamu bukan anak saya, Alula. Saya menyesal memberikan akhiran nama saya ke kamu." Elga menendang pinggang Alula yang terluka.

Alula diam mematung, pandangannya kosong dan pikirannya berantakan. Pikirannya mengatakan bahwa ini hanyalah lelucon di siang hari.

'Tidak mungkin, Alula anak Papa dan bukan anak orang lain. Apakah ini 'karma', Tuhan?' batin Alula sembari mengeratkan pegangannya pada rok mini yang dia gunakan.

"Papa berbohong, Alula anak Papa dan bukan anak orang lain!" jerit Alula.

"Pasti Papa sedang mabuk lagi kan?" tambahnya.

CTASS!

Vas bunga kesayangan Alula pecah karena Elga melemparnya ke arah Alula hingga mengenai kaki Alula.

"Sakit, Pa," rintih Alula.

"Kamu memang pantas mendapatkan itu, kamu dan Aluna sama saja. Sama-sama anak sial dan tak berguna, dasar anak haram," hardik Elga.

"Alula tidak sama dengan Aluna! Alula bukan anak haram, Alula anak Papa!" jerit Alula.

"Mama kamu itu telah selingkuh dengan sahabat saya disaat saya sedang bertugas ke Amerika, dan bodohnya lagi saya percaya dengan berita kehamilannya yang menyebutkan bahwa anak itu adalah darah daging saya." Alula hanya mampu tertunduk dan mulai menangis histeris, dia tidak menyangka kebenaran itu.

"Helena wanita jalang, dia hanya perempuan bertampilan lembut yang latar belakangnya itu hanyalah seorang tokoh antagonis sesungguhnya," lanjutnya.

"Mama bukan jalang, Pa. Mama itu wanita baik-baik, dia Mama—"

1000/1Donde viven las historias. Descúbrelo ahora