BAB 14 : Sakit ya Aluna?

27 3 0
                                    

Mentari pagi menerangi seisi sel tahanan, termasuk sel nomor 132—tempat Aluna ditahan—dan luka baru tergores. Aluna belum kembali ke sel tahanan, kondisinya belum stabil. Kakinya semakin mati rasa, berharap keajaiban dari sang pencipta bisa menyembuhkan-Nya. Sedangkan keadaan Sel 132 kalut.

"Gue takut, Gia. Jangan bawa-bawa gue kalau, Aluna mati." Kacau, semuanya kacau. Anasera ketakutan setengah mati.

"Lo kenapa, Ser? Kenapa tiba-tiba lo ngomong gini?" Gishara bingung dengan Anasera, mendadak ketakutan entah apa alasannya.

"Gue, gue takut, Gia. Kalau dia mati bagaimana?" tangan Anasera gemetar.

"Aluna masih hidup, dia ga mati. Kamu takut, Ser. Tapi kenapa saat kamu menghalagi kami saat itu, pikiran itu tidak terlintas di otak kamu?" sahut Amira.

"Shutt, kamu ga perlu ikut-ikut dalam masalah ini. Cukup lihat dan diam." Gishara pergi menarik tangan Anasera kembali ke pojokan.

"Amira, udah ya? Aku yakin sekarang, Aluna akan baik-baik saja. Aluna gadis kuat, bukan?" bujuk Zevira.

***

Kembali ke ruangan Aluna di rawat, Aluna sendirian dalam keadaan belum sadar. Tiba-tiba bayangan dengan tinggi badan yang ideal datang lalu membekap wajah Aluna dengan bantal sofa. Dia membekap wajah Aluna dengan kuat sampai Aluna hampir tidak bernapas.

"Kamu harus mati, Aluna." Dia terus membekap Aluna tanpa ampun.

"Aku benci kamu, tidak ada yang menyayangi kamu dengan tulus." Dia hampir menghilangkan nyawa Aluna dengan bekapannya jika suster disana tidak datang bersama Ibu Polisi dan penjaga kamar 132. Dia langsung sigap duduk di bahu kasur agar tidak ada yang curiga dengan dirinya.

"Kamu baik-baik saja kan? Ini penjaga sel kamu," ujar Ibu Polisi itu.
"Galen, bawa dia ke Sel 132 ya," lanjutnya dibalas anggukan oleh Galen.

Sosok 'Dia' itu dibawa pergi menuju Sel 132, sebelum menjauh dari ranjang Aluna dia meliriknya dengan tatapan kebencian.

'Kamu akan mati ditanganku, Aluna Esha Gabriella," batinnya sambil mengepalkan tangan indahnya dengan kuat.

Mereka sudah menghilang dari ruangan itu, kini yang tersisa hanyalah Suster dan Ibu Polisi itu sembari melihat keadaan Aluna.

"Apa yang menyebabkan dia seperti itu, Suster?" tanya Ibu Polisi itu.

"Kata Galen, dia dianiaya oleh teman satu selnya," jawab Suster itu.

"Dia di Sel?" belum sempat Suster menjawab pertanyaannya, Ibu Polisi itu segera pergi karena mendapat panggilan penting.

"Wajahnya membiru," ujar Suster itu pelan.
"Ada apa dengannya?" Suster itu memeriksa keadaan Aluna dan untungnya dia baik-baik saja.

Tiba-tiba jari lentik Aluna bergerak pelan, dia berusaha membuka matanya perlahan, pandangannya samar-samar. Kepalanya, kepalanya sakit hebat.

"S-sakit, kepa-la Aluna s-sakit," Aluna meringis kesakitan.

"Di mana letak yang sakit?" tanya Suster itu perlahan.

"Ke-pa-la, Suster," jawab Aluna terbata-bata.

Suster itu memeriksa Aluna bersamaan dengan Dokter yang datang menemui Aluna.

1000/1Donde viven las historias. Descúbrelo ahora