Bab 12 : Kejanggalan Di Balik Kematian Helena

31 6 0
                                    

"Aluna akan bertindak, karena Aluna bukan pembunuh!"

-Aluna Esha Gabriella-

  Happy Reading

Elga membuka pintu gudang sekaligus melepaskan ikatan yang terjetat dikaki Aluna. Elga mengangkat tubuh Aluna untuk duduk di kursi rodanya, lalu dia bawa ke Kamar Mandi entah apa maunya.

"Pa, Papa mau apakan Aluna lagi? Papa belum puas dengan kemarin?" tanya Aluna yang berusaha menghentikan langkah Elga.

"DIAM! Kamu tidak perlu banyak bicara, ikuti saja kemauan saya." Elga semakin melajukan langkahnya.

"Pa, Aluna berhak berbicara dan membantah tentang perlakuan Papa terhadap Aluna. Ini sudah terlewat batas Pa," bantah Aluna membuat Elga mengetatkan rahangnya.

Brakk!

Elga menjatuhkan Aluna di tengah bathub yang berisi air panas yang tidak dicampur dengan air dingin membuat Aluna meringis kesakitan, dia tidak bisa berbuat apapun. Aluna memercikkan air panas itu ke arah Elga sehingga mengenai lengannya. Elga meringis kesakitan dan amarahnya semakin memuncak.

"Akhh, sial ... sudah mulai berani kamu dengan Saya. Tidak tahu diri!" Elga kembali menuangkan panci yang berisi air panas yang mendidih ke arah bathub yang Aluna tempati.

"Cukup Pa, untuk apa Papa menyiksa Aluna secara berlebihan seperti itu. Papa bukan Ayah yang —"

Plakk!

Pipi Aluna sebelah kanan ditampar dengan kekuatan penuh oleh Elga hingga Aluna dapat merasakan perih yang tertinggal dipipinya.

"Sudah cukup S1alan," jerit Elga yang mampu memecah keheningan.

Tiba-tiba Arkana datang dengan raut wajah panik sambil berkata, "Pa, Arkana mendapatkan rekaman CCTV dari Kamar rawat Mama. Tepat dimalam harinya." Arkana mulai menunjukkan rekaman seperti itu.

Elga terkejut dan tidak bisa berucap lagi, didalam rekaman itu ada seorang laki-laki misterius memakai masker hitam hingga hoodie berwarna hitam itu terlihat mengambil bantal sofa dan mulai membekap Helena dengan kekuatan penuh hingga Helena kehabisan napas.

"Siapa lelaki itu, Arkana kamu harus cari tahu itu," ujar Elga.

"Bisa saja itu orang suruhan Aluna Pa, dia itu pembunuh bukan?" Arkana menyudutkan Aluna.

"Selain pembunuh dia juga orang yang licik Kak, Pa." Alula datang menghampiri Arkana dan juga Elga didalam Kamar Mandi.

"Kenapa Aluna? Aluna tidak mungkin melakukan perbuatan menjijikkan seperti itu Pa. Alula, Arkan kalian percayakan dengan Kakak?" ujar Aluna berusaha meyakinkan bahwa bukan dirinya dalang dibalik kematian Helena.

"Siapa? Kami? Percaya dengan perempuan licik sepertimu? Sepertinya tidak, bahkan menatap wajahmu saja membuatku muak," pinta Alula dibalas anggukan oleh Arkana.

Elga semakin tersulut emosi hingga dia menghidupkan keran berisi air panas di dekat bathub lalu mengajak Alula dan Arkana pergi keluar, Elga menguncinya dari luar.

"Pa sakit, tolong hentikan. Tubuh Aluna perih," Aluna meringis kesakitan tetapi tidak dihiraukan oleh Elga dan kedua adiknya itu.

1000/1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang