|14|

51 15 0
                                    

“hentikan!”

Suara keras dan tampak terdengar dalam satu arah langkah kaki orang berlari menghampiri ruangan ini.

Seorang pria tak di undang datang menghampiri gudang dan hendak menyelamatkan kami berdua. Papa yang berusaha melindungi ku saat ini namun tumbang, dia menahan sakit akan peluru yang mengenai punggungnya.

Pria yang diperkirakan usianya jauh lebih muda dari pria yang ada disini, wajahnya yang tak sedikit asing seolah aku pernah bertemu dengan pria itu. Tapi siapa? Aku tidak ingat siapa dia.

Wajahnya tampak familliar tapi aku tidak mengingatnya dimana. Papa yang bersender pada tembok melihat pria yang hendak menyelamatkan kami berdua bisa dilihat dari ekpresinya yang sulit di gambarkan.

Kedua pupil matanya membesar, ia terkejut akan kedatangan sosoknya saat ini. Dan inilah yang membuat ku ingat akan pria tanpa nama tersebut.

“Lukas?” panggilnya pelan,“kenapa kau ada disini”

Dia menoleh kearah kami terutama pada Papa, senyumnya penuh arti lalu kembali memasang ekpresi sinis nya kearah paman Robert dan bawahan nya. “aku kesini untuk menyelamatkan mu kak”

Kakak?

Aku jadi teringat tukang paket itu, ah iya kurir yang mengantar penghisap debu Papa yang di beli saat iklan produk Ibu Rumah Tangga, Papa membeli penghisap debu yang baru. Saat aku mencari teman di perumahan tempat ku tinggal secara tidak sengaja bertemu dengan pria itu.

Dia menanyakan alamat rumah Papa dan berakhir aku yang memandu untuk menuju kerumah Papa agar pria itu bisa mengantarkan paketnya. Niatnya aku memanggil dia paman atau om tapi karena dia tampak lebih muda juga dia tidak mau dipanggil dengan sebutan 'Om' tetapi kakak.

Kesan ku, kesan ku ketika melihat adik dari Papa. Dia lumayan mirip dengan Papa hanya saja dia dalam versi lebih muda dan sedikit agak pendek dan kurusan. Kalau dalam situasi seperti ini aku tidak yakin jika dia bisa bertarung dengan Paman Robert dan para bawahan nya, aku tidak yakin dia bisa.

“siapa kau? Apakah kau adik dari Haneishi?” tanya Paman Robert memastikan, nadanya yang tersirat angkuh dan merendahkan.

Kakak itu mengangguk angguk, “tentu saja, dan kalian sudah menyiksa kakak ku dan juga keponakan ku” nadanya terdengar santai namun aku bisa melihat sikap tubuhnya yang bergetar.

“lalu apa mau mu, culun?” kata 'culun' yang di lontarkan oleh paman Robert bermakna ejekan pada nya.

Tentu saja dia tidak terima, tanpa kami sadari dia menggambil sebuah kayu besar nan tinggi dan memutarinya di hadapan mereka berempat. Dari gerakan tangan nya, sepertinya dia lumayan walau aku tidak yakin dia bisa sehebat Papa dalam kemampuan beladiri.

“apa mau ku?” dia mencoba mencerna pertanyaan remeh dari Paman Robert, “tentu saja menyelamatkan mereka. Aku tahu aku memang terlihat culun bagi mu tapi untuk bertarung bisa di uji” dia masih sibuk memutarkan kayu yang ia pegang.

Sudut bibirnya tertarik ke samping, Paman Robert masih meremehkan kebisaan dari kakak itu, “jangan harap, aku bisa mengalahkan mu dengam mudah, dasar anak kemarin sore”

“seolah umur mu sudah berkepala empat saja, usia kita mungkin hanya terpaut lima tahun”

Dibandingkan dengan Papa dan dia, dia jauh lebih santai dalam menjawab perkataan Paman Robert. Mungkin dalam situasi dan posisi yang berbeda membuat kakak itu tampak seolah lebih santai.

Mereka kemudian bertarung, mereka bertarung dan saling beradu pukulan. Kakak itu bernama Lukas seperti yang di sebutkan oleh Papa tadi, dengan kayu yang di bawanya berusaha untuk menyerang mereka. Paman Robert berusaha untuk menyerang kak Lukas namun dengan mudah ia menghindar.

PAPA {HANEISHI}Where stories live. Discover now