|8|

85 15 0
                                    

Jam menunjukkan pukul 10:00, belum adanya tanda tanda Lamborgini Merah yang terpakir di depan Sekolah. Para orang tua telah hadir didepan sekolah sembari menyambut kepulangan anak anak mereka dan mulai menanyakan bagaimana pengalaman mereka disekolah.

Rata rata para orang tua anak TK ini menjemput menggunakan kendaraan roda dua, sebagian kecil menggunakan mobil dan ada juga yang menggunakan angkutan umum. Ada juga anak kecil yang pulang sekolah tidak di jemput dan pulang sekolah sendirian lantaran rumah nya yang lumayan cukup dekat.

Jarak antar rumah dan sekolah memang lumayan cukup jauh, jadi itulah mengapa aku menunggu Papa untuk menjemput ku sekarang. Biasanya Papa datang menjemput tepat waktu, ketika aku pulang dan Papa sudah standby didepan gerbang.

Bu Vanessa yang mengantarkan anak anak TK menuju keluar gerbang perlahan mendekatiku dan duduk bersebelahan sembari bertanya tentang Papa yang belum menjemputku.

Ku jawab sekena nya dengan mengatakan bahwa Papa sedang sibuk di kantor yaitu seperti biasa yakni Meeting, berkat Meeting memang biasa untuk pria itu datang telat.

Selama aku hidup disini belum sekalipun pria itu terlambat menjemput, dia selalu tepat waktu mengutamakan diriku untuk dijemput. Jabatan nya sebagai seorang Direktur Utama seharusnya tidak masalah bukan kalau semisal ia terlambat Meeting kantor, tidak akan ada yang memarahinya karena dialah yang memimpin.

Aku sudah terbiasa menunggu Mama kalau telat menjemput bahkan sampai berjam jam pun aku pernah menunggu selama itu, Bu Vanessa juga setia menemani ku. Sembari mengobrol panjang untuk memecahkan kebosanan saat menunggu.

Wanita dua puluh tahunan awal bertanya banyak tentang diriku, apa yang dilakukan oleh ku setelah pulang sekolah, aktivitasku di rumah serta kedekatan ku dengan Papa. Yang membuatku heran dan sedikit tersipu malu ketika Bu Vanessa bilang kalau aku akan menangis jika Papa telat menjemput.

Saat aku masih TK, sebelumnya memang iya aku akan menangis bila Papa telat menjemput tapi kali ini tidak. Aku tidak akan menangis, aku akan tetap sabar menunggu Papa walau entah berapa lama Papa akan datang ke sekolah, sejujurnya aku sudah mulai bosan begitupula dengan Bu Vanessa yang tampak lelah menemaniku untuk menunggu.

Ini sudah setengah jam lamanya, diriku yang kecil ini mulai menunjukan kegelisahan nya. Gestur tubuhnya gerak ke kiri dan ke kanan sebagai bentuk rasa gelisahnya hingga dimana kemudian Bu Vanessa segera menelpon orang tua murid dengan ponsel jadulnya.

Kenapa tidak dari tadi? Harusnya aku tidak perlu menunggu selama itu. Bu Vanessa mengatakan sabar berulang kali sembari mencoba menelpon Papa. Terlihat raut wajah panik dan sedikit hembusan nafas kasar, dari sikap tubuhnya menginginkan bahwa seseorang di sebrang sana mengangkat telpon nya.

Tapi demikian ada yang membuat Bu Vanessa berekpresi aneh, aku tidak tahu apa maksud dari ekspresi aneh Bu Vanessa itu. Dia kemudian berjalan masuk kedalam sekolah entah untuk apa, sebelumnya dia menyuruhku untuk tetap tunggu di ruang duduk, ujarnya sebentar akan sedikit keperluan untuk masuk ke dalam gedung sekolah.

Lagi lagi aku menurut dan duduk di ruang tunggu, Bu Vanessa masuk kedalam sembari berlari kecil dengan setia memegangi ponsel jadul yang di dekatkan pada telinga miliknya, masih dalam sibuk menerima telpon. Sikap tubuhnya yang aneh membuat ku hanya mengangkat bahu.

Ada apa sebenarnya yang terjadi pada Bu Vanessa. Kenapa Bu Vanessa seperti nya aneh sekali.

Dalam jarak waktu dua menit setelah Bu Vanessa masuk kedalam terdapat Mobil Lamborgini Merah terpakir didepan gerbang sekolah, mobil itu jelas mobil milik Papa. Aku yang segera berdiri dari tempat duduk lalu menghampiri mobil merah tersebut.

PAPA {HANEISHI}Where stories live. Discover now