|11|

58 15 0
                                    

Selamat tinggal.

Jika aku tidak pantas untuk hidup di dunia ini izinkanlah aku mati dengan tenang.

Di dunia manapun, kehidupan kedua dengan kebahagiaan yang hanya sementara. Orang orang selebihnya menginginkan ku untuk pergi selamanya.

Selamat tinggal dunia.

“hentikan!” teriak pria yang berada di sebrang sana.

Pria yang berada di hadapan ku sekarang kemudian menoleh kearah sumber suara, berkat nya membuat ia tidak membunuhku dengan pisau kecilnya.

Aku tidak tahu siapa dia, mataku terpenjam dan rintihan pelan berusaha untuk menahan rasa sakit yang di terima ku saat ini. Tapi kalau di dengar dari suaranya, suaranya yang khas nan familliar. Suara yang dapat di dengar sehari-hari.

Berikutnya suara bangku terhempas dan adu mulut antara dua pria yang salah satunya adalah Papa. Itu pasti Papa, Papa yang sudah sadar dan berhasil melepaskan diri. Tangan kakinya terikat ia bisa melepaskan nya dan menghempaskan kursi yang di dudukinya.

Aku tidak salah dengar, itu merupakan suara kursi yang terhempas apalagi ketika adu mulut dengan pria itu. Itu pasti Papa.

“apa yang kau lakukan pada anak ku brengsek?!” bentak Papa pada pria angkuh tersebut.

“aku hanya bermain bermain dengan anak mu” pria itu santai menjawab tanpa ada rasa bersalah.

“kau menyiksanya, anak yang tidak bersalah ini kau siksa. Dia anak ku, anak yang aku sayangi, jika kau membenciku jangan libatkan putriku!” setiap perkataan nya dari nadanya yang bergetar dengan rasa kecewa dan emosinya yang meluap-luap.

“apa kau tahu Bajingan? Anak mu itu yang sudah membuat Riena meninggal”

“tapi ini adalah anak yang tidak bersalah, tetap Helena tidak ada sangkut pautnya, kau harusnya tahu Robert”

“ayah dan anak sama aja, enyahlah kalian dari sini!”

Siapa itu Riena? Apa Riena adalah Mama, Istri dari Papa. Nama Riena sepertinya terdengar Familliar tapi siapa dan disinilah aku tahu kalau Riena itu merupakan Mama, Mama yang telah tiada karena telah melahirkan ku.

Dan Papa memanggil pria itu dengan sebutan Robert yang mungkin saja pria itu ada sangkut pautnya dengan Riena, entah itu merupakan kakak atau adik ipar Papa atau mantan kekasihnya, bisa saja bukan?

Atas kematian Mama, pria itu menyalahkan ku mengatakan aku adalah anak pembawa sial. Mendengar Paman Robert seperti itu membuat ku menangis, kata kata itu terdengar sangat menyakitkan dan sepertinya aku pernah mendengar kata-kata itu tapi tidak tahu dimana. Yang jelas bukan sekarang ini.

Mendengar kata kata itu, sepertinya aku ingat tapi tidak tahu dimana. Mama dan Ayah tidak mengatakan nya maupun teman teman lainnya tapi siapa orang yang mengatakan itu, seseorang mengakatakan itu tapi entah dimana.

Suara langkah kaki menggema dan melangkah kearah ku, aku tidak tahu siapa yang menghampiri ku sekarang ini. Langkah kakinya yang cepat, mata ku terpenjam erat setelah terekam siksaan tadi dan muncul menjadi rasa trauma yang baru.

“Helena sayang, bangun nak, ini Papa” ujar Papa sembari menepuk nepuk pipi ku.

Aku membuka dengan mata cepat, pria tampan itu tersenyum sendu sembari menatapku dengan nanar. “maafkan Papa sayang, Papa telat. Papa akan menyelamatkan mu”

Dia menggendong tubuhku dan berusaha membawa ku kabur dari sini begitupula dengan nya, Papa menggendong ala Britdal Style.

Kami kabur berusaha meninggalkan gudang ini, pria yang bernama Robert itu aku bisa melihatnya di belakang dia segera mengeluarkan pistol dibalik saku jasnya, kedua bola mata ku melebar dan memberitahu Papa bahwa pria itu segera menarik pelatuk pistol dan menembak kami berdua.

PAPA {HANEISHI}Where stories live. Discover now