|13|

51 15 0
                                    

Papa memang hebat. Pertarungan sengit terjadi antara anak buah paman Robert menyerangnya bersamaan namun dengan mudah Papa mengalahkan mereka. Mungkin bagi Papa memang tidak ada apa-apanya, dia bisa mengalahkan mereka dalam waktu singkat dengan tendangan dan pukulan. Tidak perlu diragukan lagi selain fisiknya yang macho tetapi pandai dalam beladiri.

Jatuh tersungkur tanpa bisa bangkit lagi, Papa memang luar biasa hebat dalam beladiri, aku juga ingin bisa seperti papa hebat dalam beladiri. Aku juga ingin hebat seperti Papa, dengan kemampuan beladiri ku aku bisa melindungi diri dari musuh.

Beladiri yang ku maksud adalah ada dua, olahraga bertarung dan pembelaan diri dalam menerima tuduhan atau hinaan. Mungkin pria itu bisa membantu untuk mengajariku.

Begitu mereka tidak bisa bangkit lagi dalam artian mereka pingsan saat ini juga lalu dimulailah duel antara dua pria berbadan kekar bak binaragawan atau atlet tinju. Di dalam hati aku berdoa supaya Papa menang, paman Robert bisa saja merupakan lawan yang sebanding dengan Papa atau mungkin kurang atau lebih.

Mereka masing-masing bersiap siap untuk menyerang, sikap mereka berdua yang menjadi penggambaran ku saat ini adalah mereka seolah bersikap tenang dan siap kapan saja menyerang atau menangkis.

Pertarungan baru saja dimulai sekarang. Baik Papa maupun paman Robert berlari keduanya mendekat dan saling melayangkan pukulan, Papa menyerang dan menangkis begitupula dengan lawan nya. Lawan yang seimbang membuat mereka harus berhati hati mencoba untuk membuat celah baru.

Yang bisa ku katakan atas pertarungan tadi ini memang benar benar pertarungan yang seimbang, mungkin seperti Naruto dan Sasuke bertarung di antara dua patung Hashirama dan Madara setelah Perang dunia ke Empat. Di kehidupan pertama aku menonton nya di GTV. Menjadikan pertarungan itu episode epick  dari semua episode seri Naruto. Baik Naruto maupun Naruto Shippuden.

Berlebihan memang, tapi mereka seimbang. Saling menangkis dan beradu pukulan tangan kadang tendangan kaki, Papa mundur kebelakang dengan gerakan salto nya. Begitupula sebaliknya. Seumur umur aku belum pernah bisa melakukan gerakan salto seperti itu.

Durasi bertarungnya begitu sangat lama, para bawahan Paman Robert masih dalam tak sadarkan diri, aku jadi menebak nebak jika para bawahan nya sudah sadar nanti dia pasti sudah mengepung Papa dan berakhir pria itu bisa dengan mudah mengalahkan nya. Tapi tidak.

Masih dikatakan sebagai lawan yang andil. Papa dan paman Robert.

Lebih cocok di sebut Robert atau paman Robert. Memanggil pria brengsek dengan sebutan Robert rasanya memang tidak sopan jika anak kecil memanggil dengan sebutan nama, dalam usia yang terpaut begitu jauh apakah pantas menyebut dengan sebutan nama.

Kalau di panggil dengan  sebutan Paman Robert rasanya aku tidak sudi memanggilnya begitu. Begitu sangat tidak sudi dan berat di bibir ketika memanggil dengan sebutan itu. Tapi mau bagaimana lagi, terkadang aku memanggilnya dengan sebutan Robert dan Paman Robert secara bergantian.

Posisiku dalam duduk diam menyender pada tembok, dari posisi tiduran yang membuat kepalaku pusing dan malah membuat pantat ku sakit. Duduk dilantai tanpa keramik hanya plaster halus, duduk di permukaan yang keras membuat pantat terasa sakit dan pegal. Ternyata selain aku, posisi juga bisa di serba salahkan. Entah kepala atau pantat menjadi target pegal atau sakit efek berlama-lama.

Pada akhirnya.

Kedua pria dengan pertarungan yang seimbang itu harus kalah disini. Mereka berdua terkapar dan tidak ada pemenang akan pertarungan yang tadi terlaksana. Baik Papa dan paman Robert tergeletak diatas lantai, mereka berusaha untuk mengatur nafasnya yang naik turun tak beraturan.

Mereka seperti tampaknya tidak bisa bangkit karena terlalu lelah.

Namun diluar perkiraan, Papa bangkit dengan tubuhnya yang lelah sehabis bertarung, dia sempat menggeliut seperti ular dan mencoba untuk menghampiri ku yang keadaan nya jauh dari kata bai lalu kemudian berdiri dengan tubuhnya yang sedikit oleng lalu menghampiri ku dan kemudian menciuminya dan memeluk dengan erat.

PAPA {HANEISHI}Where stories live. Discover now