Aska menggeram, ia menghampiri Rachel dengan amarah lalu mencekik Rachel lumayan kuat. "Lo cukup turuti gue."

Bukannya takut Rachel justru terkekeh. "Dan gue harus diam aja, saat gue ga ngelakuin kesalahan tapi gue selalu disalahkan. Apa gue harus seperti itu Aska?"

Aska mematung melihat air mata Rachel yang menetes, ia melepaskan cekikannya.

Uhuk uhuk uhuk

Rachel benci seperti ini, kenapa ia harus mengeluarkan air matanya. Rachel tidak tahu kenapa ia ingin mengeluarkan keluhannya kepada orang didepannya, apakah karena Aska yang membawanya kesini dan ia berpikir Aska peduli padanya? Entahlah Rachel tidak tahu.

"Lo tahu Aska, gue cape selalu jadi orang yang salah. Kalo Lo mau cekik gue silahkan, bagus juga kalo gue mati jadi ga ada yang ganggu Eve Lo." Ucapnya sambil tertawa melupakan kesedihan yang tadi Rachel rasakan.

Bukannya menuruti ucapan Rachel, Aska menatap Rachel tajam. "Ga usah natap gue kaya gitu, sana pergi. Kita impas ya, Lo lempar bola ke gue dan Lo udah gendong gue... Terimakasih Aska." Rachel tersenyum manis, Aska memalingkan wajahnya lalu pergi keluar.

Senyum Rachel pudar, ia menekuk lututnya dan kembali menangis. Nete yang dari awal menguping pembicaraan keduanya mematung, bahkan air matanya menetes.

"Apa gue salah ya misahin Rachel sama Nathan? Tapi gue lakuin itu untuk kebaikannya juga, aduh gue jadi ngerasa bersalah apa gue ubah lagi aja ceritanya dan mempersatukan Rachel dan Nathan?" Ucap Nete tidak enak hati, sehabis dari toilet tadinya ia ingin ke kantin tapi tidak jadi karena ingin mendengar pembicaraan kedua tokoh. Apakah rencananya berhasil, tapi sayang dirinya malah mendengar kesedihan Rachel.

"Tidak perlu." Bisik seseorang disampingnya, Nete terkejut ia melihat siapa orang itu.

"Nath- hemmm." Nete ingin berseru tapi suaranya terhenti karena Nathan menutup mulut Nete dengan tangannya lalu membawanya ke perpustakaan di sebelah UKS.

Akhh

Nete mengigit tangan Nathan, ia menatap tajam Nathan. "Tangan Lo bau tai."

"Ck dasar vampir." Sahutnya, ya Nathan yang berbisik kepada Nete.

"Ngapain Lo nutupin mulut gue hah!" Nathan berjalan mendekati Nete, tapi Nete malah berjalan mundur.

"Mau-mau ap-apa loh." Gugup Nete, sial dibelakangnya ada rak buku jadi sekarang dirinya sudah terhimpit lengan berotot Nathan.

"Jangan macam-macam!" Ujar Nete menunjuk wajah Nathan.

Nathan menangkap tangan Nete. "Hanya satu macam."

"Dasar gila!" Nete memejamkan matanya saat melihat Nathan mendekatkan wajah keduanya.

"Jangan diubah, gue cuman milik Lo." Bisik Nathan, Nete membuka matanya terkejut.

"Mak-maksud Lo?" Nete was-was, apa jangan-jangan Nathan tahu sesuatu tentangnya? Bisa gawat, bukannya menjawab Nathan malah ingin pergi tapi Nete menghentikannya dengan cara menahan tangan Nathan.

"Jawab gue Nathan, apa maksud Lo?"

Nathan melepaskan tangan Nete, ia berbalik menghadap nete dan mengangkat alisnya sebelah. "Bukannya gue cuman milik Lo, Karena kita di jodohkan." Ucapnya santai.

Nete bernafas lega. "Ya benar, Lo cuman milik gue."

"Kenapa merem?" Tanya Nathan mengalihkan pembicaraan tadi.

"Hah!" Sungguh Nete Blang sekarang.

"Berharap gue cium?"

Blus, wajah Nete memerah malu mendengarnya ia menabol lengan Nathan tapi yang meringis malah dirinya. Gila! Itu otot atau besi? Kuat bener- pikirnya.

"Pede, gue merem karena takut sama Lo." Jawab Nete jujur,

"Oh." Setelah mengatakan itu Nathan pergi tanpa melihat kebelakang lagi, Rachel menatap punggung Nathan tajam.

"Ada yang salah, kenapa Nathan bilang seperti itu sama gue. Apa dia tahu sesuatu? Ga mungkin, kecuali kalo Nathan sama seperti Gue." Gumam Nete, ia jalan kesana-kemari memikirkan perkataan Nathan.

"Argggggg Nathan sialan! Awas Lo dirumah gue interogasi." Seru Nete kesal.

"Kalian serumah?" Bisik seseorang dengan nada jahil dan menggoda, seketika Nete merinding mendengarnya.

Bersambung....

|F M T P|
Rabu, 08 Mei 2024
_nmh_



Sekarang target vote 200, yukk semangat 💪💪💪💪💪🥳

Figuran Menjadi Tunangan Protagonis Où les histoires vivent. Découvrez maintenant