"Kamu salah Nete, jika Eve tahu dia anak orang kaya maka dia akan melakukan segala cara agar bisa bersama Nathan apalagi jika musuh papah mendukungnya."

"Ya, mungkin saja."

"Dan papah minta sama kamu tolong jaga Nathan. Jika bisa, jauhkan Nathan dari wanita itu. Ya, meskipun papah yakin Nathan sudah mengetahuinya." Ucap Xavier.

"Lalu untuk apa papah menyuruh Nete menjaga Nathan, jika Nathan saja bisa menjaga dirinya sendiri."

"Karena papah ingin, hubungan kalian semakin dekat." Itulah obrolan keduanya, sebenarnya Nete masih ingin bertanya tapi sayang dirinya sudah sampai sekolahnya.

Flashback end.

Nete tidak habis, semua alurnya benar-benar berubah. Tapi, kadang-kadang masih ada alur yang Nete buat akan muncul dan kita akan mulai saat jam istirahat dimulai.

"Nete." Panggil guru namanya Bu Nilam, tapi Nete tidak mendengarnya ia malah tersenyum.

Bu Nilam yang kesal melihat Nete tersenyum seperti sedang meledeknya pun menggebrak meja dengan penggaris. "NETE"

"Iya." Seru Nete terkejut, semua murid yang ada dikelas terkekeh melihat kelucuan Nete bahkan sahabatnya sudah tertawa ngakak sedangkan Amel hanya tersenyum tipis.

"Apa yang kamu lamunkan, sampai tidak mendengar penjelasan saya." Seru Bu Nilam.

"Kaya ibu ga pernah muda aja."

"Nete." Serunya lagi.

"Iya-iya maaf Bu."

"Saya tidak menoleransi kamu anak orang kaya atau bukan, selagi kamu tidak mematuhi peraturan saya tetap akan hukum kamu."

"Bu, janganlah."

"Keluar dari kelas saya dan lari 5 putaran dilapangan." Bukannya Nete marah, ia malah tersenyum.

"Saya suka pemikiran ibu, nanti saya bilang Daddy buat kasih bonus ibu." Nete mengedipkan matanya sebelah lalu pergi keluar kelas menuju lapangan meninggalkan murid-murid yang membatu mendengar anak emas keluarga terkaya berucap seperti itu.

Sahabat Nete menggelengkan kepalanya takjub, bagaimana jika nanti para guru malah membuat Nete selalu dihukum? Apakah Nete akan memberikan mereka bonus? Itulah pemikiran temannya.

Nete yang berada diluar tertawa melihat keterdiaman mereka, tentu saja ia pemilih lagian dirinya bisa melihat mana orang yang tulus dan mana orang yang bermuka dua.

Nete berjalan menuju lapangan, ia akan melaksanakan hukuman yang diberikan Bu Nilam itupun jika tidak ada yang menghalanginya. Sampailah Nete dilapangan dan dirinya menjadi pusat perhatian kelas 12 IPA 1 dan 11 IPA 3 yang tak lain adalah kelas Nathan dkk dan Eve.

"Sedang apa kamu disini, Nete?" Tanya guru olahraga bernama pak Gantar.

"Eh pak Ganjar, dihukum lari sama Bu Nilam pak." Jawab Nete tanpa melihat sekelilingnya yang menatap dirinya, Nete yang merasa diperhatikan intens melihat orang itu ternyata Nathan yang sedang tersenyum miring kepadanya. Ada yang tidak beres- pikir Nete.

"Tidak perlu kamu lakukan, kamu bantu saya saja." Suruh pak Gantar.

"Oke, bantu apa Pak?"

"Karena kamu kapten basket wanita, tolong ajarkan adik kelas kamu cara mainnya." Nete yang mendengar itu mundur kebelakang, whatt! Gue kapten basket? Arggg sial dirinya lupa jika figuran Nete memang kapten basket, bagaimana ini dirinya kan tidak bisa main basket.

"Sorry ya pak, Nete mau hukuman Bu Nilam-"

"Saya tidak menerima penolakan Nete, tolong ajari mereka." Setelah mengatakan itu Pak Gantar pergi menuju kelas 12 IPA untuk mengajarinya.

Nete bingung sekarang, ia memejamkan matanya karena gugup. Tapi siapa sangka saat dirinya memejamkan mata, sekilas tentang pemilik asli yang bermain basket atau pernah mengajari adik kelas terlintas dipikirannya. Nete tersenyum menyeringai, ini sungguh keajaiban dan benar-benar hanya ada di dunia fiksi.

Ternyata tuhan baik hati menolong gue disaat seperti ini, mungkin Karena mati gue tidak wajar dan tidak gue inginkan atau karena gue menolong hambanya- pikir Nete.

Nete mulai mengajari cara bermain basket dari pemula dulu, sampai waktu hampir habis. Ditengah dirinya sedang mengajar ia memberi pesan kepada seseorang untuk datang sekarang.

"Nete." Seru seseorang, Nete tersenyum kepadanya ia menyuruh Rachel mendekatinya. Ya, Rachel yang dirinya Suruh kesini karena dirinya ingin merevisi ceritanya.

Rachel berjalan menghampiri Nete, tapi dirinya harus melewati lapangan yang Nathan dkk sedang main basket.

Rachel sudah berada disisi tengah lapangan, jalannya terhenti saat melihat Nathan mendribble bola matanya menyiratkan kekaguman. Rachel tersadar kembali ia berbalik badan ingin melanjutkan jalan menuju nete, tapi tiba-tiba bola melayang kearahnya dan mengenai kepalanya.

Bruk

Awsss

"RACHEL!" Seru Nete dan orang-orang, tanpa orang-orang sadari Nete tersenyum puas melihatnya lalu ia berlari menghampiri Rachel.

Sedangkan orang yang melempar bola itu sudah mendekati Rachel dan mengulurkan tangannya. "Sorry." Ucap orang itu Aska, meskipun Aska membenci Rachel karena sudah menyakiti wanita yang dirinya suka tapi ibunya selalu mengajarkan agar dirinya bertanggung jawab.

Bukannya menyambut uluran tangan Aska, Rachel malah tidak sadarkan diri karena pusing. "Malah bengong, cepat bantu bawa ke UKS." Seru Nete gemas sendiri.

Akhirnya Aska menggendong Rachel menuju UKS diikuti Nete, sedangkan yang lainnya terpaku apalagi sahabatnya Aska yang terkejut luar biasa karena baru pertama kali melihat Aska menggendong seorang wanita.

"Ternyata sahabat gue sudah dewasa." Ucap Alex.

"Dewasa sih dewasa, tapi kenapa harus Mak lampir itu sih yang jadi orang pertama digendongan Aska si cool." Cibir Bastian tidak suka, Eve yang melihat itu mengepalkan tangannya Tidak terima.

Sedari tadi tatapan Nathan terus mengarah ke Nete sampai tubuh Nete menghilang, sudut bibirnya tersenyum tipis. "Sangat menarik." Lirihnya, tapi sahabatnya mendengar semuanya lagi-lagi mereka terkejut kembali.

Bersambung...

|F M T P|
Selasa, 07 Mei 2024
_nmh_

Target komentar 50, yuk ramaikan semuanya supaya author makin semangat, komennya 💪💪💪💪💪💪💪💪🥳

Terimakasih readers 🙏🥰

Figuran Menjadi Tunangan Protagonis Where stories live. Discover now