XIV. Undangan Angin [2/2]

Start from the beginning
                                    

Halamannya ternyata lebih lapang ketimbang di depan. Serupa seperti bagian depan, terlebih dulu mereka menuruni teras untuk mencapai halaman. Rerumputan terawat sempurna di sana, ditumbuhi beberapa macam bunga, pula terdapat pohon beringin persis di hadapan.

Keberadaan pohon beringin yang melindungi meja di bawah sana membuat Rin menduga, kalau bagian utara kompleks rumah-rumahnya lebih besar dan halamannya lebih luas, membuat rumah-rumah tersebut menjadi agak jarang jaraknya.

"Harap-harap kalian tidak terburu-buru. Aku baru saja meramu teh." Dong Bai membuka percakapan selagi mengisyaratkan ketiga tamunya untuk duduk di masing-masing kursi tanpa sandaran. "Cicipilah selagi hangat."

Tidak membutuhkan waktu bagi Nyonya Li paham bahwa ucapan itu memang diperuntukkan kepada dirinya pula. Dia lekas bergerak mengambil poci, menyeduh teh ke cangkir-cangkir keramik yang sudah tersedia.

"Tahun kemarin berkebun, sekarang meramu teh. Melihat semringah yang meliputi wajah Anda, tampaknya Anda cukup percaya diri dengan percobaan kali ini." Begitu Ai Qing menanggapi. "Sampai menawarkan kami dengan suka cita. Pasti ramuannya sukses besar!"

Sukses besar ia mengembangkan senyuman di wajah bulat sang Nyonya.

"Kau selalu pandai merangkai kata-kata," pujinya, semula mengarahkan mata gelapnya ke uap-uap yang mengepul dari cangkirnya.

"Ah, Nyonya bisa saja." Ai Qing menutupi mulutnya kala berkata demikian. "Namun, boleh kami tahu campuran apa yang Anda gunakan?"

"Oh? Sekadar beri-beri."

Kata-katanya lekas membuat Rin dan Ravn saling pandang.

"Tadinya aku ingin menggunakan beri-beri dari kebunku, tetapi sayangnya belum matang sempurna. Jadi aku meminta tetangga sedikit, juga meminta Nyonya Li untuk memetik Durberi."

Tambahan itu berhasil membuat Ravn menelan ludah.

"Nyonya Li benar-benar teliti, jadi tidak perlu khawatir kalau-kalau ada duri yang masih melekat di sela-selanya. Teh ini aman! Silakan dicicipi."

Pun, Nyonya Dong sama sekali tak berbasa-basi.

Astaga, ke mana jiwanya yang berani untuk berkata tidak? Padahal Ravn baru saja mengajarkannya kepada Rin di kedai mie, pula sudah diajarinya si gadis jauh-jauh sebelum datang ke kota ini. Dia jadi bertanya-tanya, apakah bangsawan selalu berhasil melahap bulat-bulat sifatnya itu kala berhadapan dengan mereka.

Tampaknya Ai Qing terlupa dan tak peka perihal ketakutannya, pula tiada keraguan bagi wanita itu menyesap teh yang dibuatkan Nyonya Dong. Rin pula melakukan hal yang sama sehingga mau tak mau ia mengekor perbuatan keduanya.

Rasa asam Durberi yang khas lebih mendominasi teh, memberikan kesegaran di dalam sensasi hangat yang singgah ke tenggorokan. Mungkin bukan teh yang kelak digemari Ravn, tetapi ia sama sekali tidak membencinya. Malah usai meminum tehnya, ia merasakan ketenangan dalam diri.

Barangkali sebab ia masih haus? Atau mungkin sebab aroma yang cukup lama menyeruak dari cangkir? Dia tak tahu, tetapi ia yakin tiada reaksi yang mencurigakan setelah minum ini.

Ya, semuanya baik-baik saja.

"Menyegarkan, bukan? Aku pernah mendengar kalau Venestrsha memiliki teh berasa seperti ini, jadi aku mencoba meramunya sendiri," ujar Dong Bai memecah hening di dalam ketakjuban para tamunya. "Mungkin rasanya akan lebih kuat jika ditambah sedikit gula, tetapi sembari menyesuaikan lidah Heyuan, agaknya ini cukup."

"Anda akan menghidangkannya di malam festival? Sepertinya ini akan benar-benar menjadi minuman yang digemari para tamu!" Ai Qing meletakkan cangkir yang isinya tinggal separuh. "Akan tetapi, saya lihat kompleks cukup sepi saat kami masuk. Apa yang terjadi?"

SeeressWhere stories live. Discover now