[6] Tak Ada Radit, Eja pun Jadi

1 0 0
                                    

CERITA INI HANYA FIKTIF BELAKA. JIKA ADA KESAMAAN NAMA TOKOH, TEMPAT KEJADIAN, ATAUPUN CERITA, ITU ADALAH KEBETULAN SEMATA DAN TIDAK ADA UNSUR KESENGAJAAN.

🌱☀️ SUN 6 ☀️🌱

Gigitan demi gigitan, Flora yang terduduk di bangku halte depan fakultas sedang menunggu bus itu sembari menikmati dinginnya ice cream cone yang telah dibelinya sebelumnya dengan santai. Entahlah, seolah biasa saja hawa dingin itu seperti tersulap oleh pemikiran-pemikiran yang memenuhi kepalanya.

Selama ini, Flora kira diamnya itu adalah bentuk kenyamanan. Selama ini, ia kira toleransinya itu adalah bentuk penerimaan. Flora merasa, ia memiliki kesempatan itu. Ia percaya diri jika akhir dari semuanya akan bisa sesuai dengan harapannya.

Tapi..

Memandang jauh ke area di hadapannya..

Benar. Bukan hanya untuk dirinya saja. Ingat. Bahkan sikap itu juga bisa dilihat dari cara Radit memperlakukan seorang Dara. Dara? Ya, saingan Flora itu.

Bagaimana seorang Dara mendekati Radit dengan cara melengket layaknya Gery pada SpongeBob-nya. Lalu bagaimana juga acap kali laki-laki itu hanya melepaskan lembut tanpa ada protes yang berarti.

Ya, dari situ lah Flora bisa mengambil kesimpulan jikalau itulah sifat dari seorang Radit. Pribadi kalem, yang akan tetap bersikap sopan jika melakukan penolakan. Ya, Flora saja yang salah mengartikan kebaikan seseorang.

Kini fokusnya tergugah. Atas kedatangan sesuatu yang tiba-tiba saja masuk ke dalam 'frame' pandangan matanya itu, mau tidak mau titik amatan Flora memusat, membuat lamunannya seketika membuyar. Memang kebetulan saja Flora menatap lurus ke arah depan, langsung saja ia juga bisa mendapati seorang laki-laki datang dari sisi kanannya dan langsung mematikan motornya disaat diri itu berhenti tepat dihadapan wajahnya. Siapa gerangan? Itulah Eja.

"Sefrustasi itu ya?" Sedari kemarin, kalimat itu cukup tak asing keluar dari mulut Eja yang ditujukan untuknya. Apa tak ada kalimat lain?

"Kenapa?" Dari nada bicaranya, terasa ada kesan malas menanggapi di sana.

"Itu.. sampai gak kerasa ngilu tu gigi padahal lu gigit ice cream dingin gitu?"

"Nggak. Kenapa lu sampai disini?"

"Ah," Eja sedikit kikuk. Gadis itu mengabaikannya! "Ya gue lewat aja. Gue mau balik."

"Dih. Arah kos lo di sana." Flora menunjuk ke arah kanannya. "Dan fakultas lo juga ada di sana." Lalu kembali lagi melakukan hal yang sama, Flora mengayunkan tangannya.

Eja melepaskan helm yang dipakainya. Ia lalu beranjak dari motor setelah helm itu ditenggerkannya pada spion kanannya. "Elah lempeng banget hidup lu. Emang gue gak boleh cuma sekedar keliling menikmati dunia dulu?"

"Ah.."

Hanya ada balasan tak berarti dari seorang Flora, Eja hanya mendesis kecil. Dari balasan ala "dry text" itu.. dapat dipastikan, Flora sendiri tidak terlalu tertarik pada obrolan diantaranyadiantaranya.

Eja turun saja dari motornya kemudian. Sembari perlahan menghampiri, memasuki lindungan atap dari halte bus tempat Flora bernaung, Eja pun berujar, "Lesu banget dah? Semangat dong!"

Lesu? Hem.. Tentu saja. Bagaimana tidak? Radit sudah punya pacar, dan itu adalah peringatan untuk Flora menjauhi Radit! Radit adalah sumber sinar matahari baginya. Jika tumbuhan tanpa sinar matahari, bagaimana ia akan melakukan fotosintesisnya? Lalu bagaimana Flora bisa mengisi tenaganya? Tentu ia akan merasa lesu. Patah hati telah menguasai dirinya.

"Yaudah ayo!"

"Ayo apa?"

"Ayo gue anterin."

Flora terlihat tengah menatap dengan penuh kecurigaan. "Lo aneh."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 05 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

SUN: Sunrise & SunsetWhere stories live. Discover now