[5] Bukti Cinta yang Kuat

1 0 0
                                    

CERITA INI HANYA FIKTIF BELAKA. JIKA ADA KESAMAAN NAMA TOKOH, TEMPAT KEJADIAN, ATAUPUN CERITA, ITU ADALAH KEBETULAN SEMATA DAN TIDAK ADA UNSUR KESENGAJAAN.

🌱☀️ SUN 5 ☀️🌱

"Dih, baju baru kan masih kotor. Lu gak tau kan udah berapa tangan yang pegang itu baju? Nanti kalo Radit gatal-gatal gimana? Kenapa dia nyuruh langsung pake? Harusnya kan dicuci dulu. Gimana sih jadi cewek kok gak paham?!"

Eja melirik sedikit gadis di sebelahnya. Dalam posisi menatap dari kejauhan, dumelan sarat kejulidan sungguh terasa jelas menyeruak dari sana.

"Ya, gimana? Kan emang mau dipake langsung buat acara. Ya mana sempet kalo harus cuci-cuci segala."

Tapi Eja seketika kicep melipat mulutnya, terdiam seribu bahasa saat lirikan tajam Flora seolah menusuk terhadapnya. Oh, Eja bisa merasakan aura mengerikan itu. "Lo tim baju baru beli gak dicuci dulu ya?"

Eja terkesiap. Apa? Tim apa? Tim sejenis yang mengandung perdebatan? Apa masih kurang dengan perdebatan antara tim bubur diaduk dan tidak diaduk, tim pantat ada satu atau dua, tim lubang sedotan satu atau dua? Haruskah sekarang ini ada tim baju baru beli dicuci atau tidak? Aih, sebagai manusia di dunia ini sungguh banyak 'jobdesk'-nya.

Eja pun seakan merasa, "Dih, apaan dah?"

Namun tak ada lanjutan, gadis itu beralih fokus pada pemandangan di hadapannya. Tidak menghiraukan, dengan mudahnya gadis ini sudah saja mengabaikan topik pembicaraan diantaranya. Ah, lihat, bahkan dirinya sudah mengeluarkan desisan atas respon dari sesuatu yang dilihatnya.

Oh, dengan seksama gadis itu mengamati objek yang memang sedari tadi diikutinya itu. Dari kejauhan, tepatnya dari luar sebuah toko ice cream, Flora berdiri--diiringi Eja yang ada di sampingnya, mengamati tingkah laku dari Radit beserta wanitanya itu. Hingga akhirnya, ada sesuatu yang sedikit mengganggunya.

Wanita itu menggigit kecil pucuk ice cream cone rasa vanila yang dibawanya. Sekali ia juga mengarahkan cone itu ke arah Radit untuk menawari, tapi laki-laki itu hanya bergedek dengan senyuman. Heum, dari fakta jika dirinya tak memesan sebuah ice cream, dapat dipastikan gelengan kepala itu karena Radit sendiri memang tidak menginginkan ice cream itu. Ia lebih memilih menyerutup minuman lemonade-nya.

Hanya saja, hanya saja, hanya saja, tanpa aba-aba dapat terlihat jika Radit sendiri dengan inisiatifnya mengarahkan tisu dan membersihkan sedikit belepotan ice cream yang tersisa di sudut bibir wanita yang duduk di hadapannya itu. Oh, itulah sebuah alasan yang membuat seorang Flora dengan reflek memberikan desisannya.

"Wih mesra banget dah!? Kayak orang pacaran." Eja sontak menutupi mulutnya sesaat ia menyadari, 'Ah ini mungkin saja akan menyulut kesedihan bagi Flora sendiri.'. Aduh, ia menyadari, responnya secara reflek benar-benar tidak dianjurkan untuk diucapkan.

"Apa sih? Udah gede juga, makan es krim masih belepotan." Tentu, protesan julid tak bisa lepas dari mulut seorang Flora. Lagi dan lagi, keluar kembali kesewotan dari bibir gadis itu.

☀🌱☀

Lagi dan lagi, Flora masih saja menghembuskan napas beratnya untuk kesekian kalinya.

Eja, yang duduk di samping gadis itu pun hanya menatap malas. Bukan apa-apa, ia hanya terlalu bosan pada helaan berat Flora yang secara repetitif terputar layaknya sebuah tombol dalam suatu platform musik untuk mengulang lagu telah menunjukkan angka 1 kecil. Hemm.. pengulangan berulang-ulang telah diaktifkan.

"Lo kenapa sih ngehela napas mulu? Capek gua dengernya."

Menengok lesu, Flora terlihat menunjukkan muka murungnya sekilas. Lalu, ia pun kembali pada posisinya mengamati rumah besar itu dengan tangan yang menyangga kepalanya. Dalam posisi itu ia bergumam.

SUN: Sunrise & SunsetWhere stories live. Discover now