[4] Bagai Tersambar Petir di Siang Bolong

9 0 0
                                    

CERITA INI HANYA FIKTIF BELAKA. JIKA ADA KESAMAAN NAMA TOKOH, TEMPAT KEJADIAN, ATAUPUN CERITA, ITU ADALAH KEBETULAN SEMATA DAN TIDAK ADA UNSUR KESENGAJAAN.

🌱☀️ SUN 4 ☀️🌱

Radit satu langkah, Flora pun demikian. Setiap kaki itu melangkah, Flora mengikuti sesuai irama.

Tanpa disadari, Flora telah mengekori Radit tepat setelah waktu kelasnya selesai. Dua semester awal ini mereka masih ada dalam satu paket KRS. Itulah mengapa, kemungkinan untuk berada dalam satu latar peristiwa yang sama cukup besar untuk mereka. Mereka satu kelas, mereka juga sering berinteraksi dalam kegiatan pembelajaran.

Untuk waktu-waktu seperti ini, kiranya itulah yang membuat Flora ingin memanfaatkan waktu yang ada. Semester selanjutnya sudah menginjak ke angka tiga. Di semester 3 nanti, sistem KRS sudah tak lagi paketan. Masing-masing siswa sudah diperkenankan untuk memilih SKS secara mandiri sesuai dengan keinginan. Ada kemungkinan Flora tak akan bertemu dengan Radit dalam satu kelas mata kuliah, ada kemungkinan ia tak bisa sesering ini bertatap muka dengan anak laki-laki itu.

Berhati-hati, dalam jarak yang cukup, Flora memberi jarak namun tidak terlalu ketahuan. Ia berjalan, ia mempraktikkan cinta dalam diamnya.

Diam? Ya, sejenak Flora berhenti.Ia seolah tengah terpikirkan akan sesuatu. Ah apa ini bisa dikatakan dalam diam sedangkan dirinya saja secara aktif bergerak mendekati? Ah tapi, tapi, tapi, perlu diingat. Walaupun seperti itu, Flora sendiri bukanlah orang yang ketat dan agresif. Meski dirinya secara masif melakukan pendekatan, tapi ia tetap sadar diri untuk memberikan ruang lebih bagi Radit. Ia harus tahu kapan harus beraksi dan kapan harus meredam.

Seperti sekarang ini. Alih-alih sok centil mendekati, Flora lebih memilih menatap dari kejauhan. Ia sudah punya waktu sendiri untuk perlahan mendekati, jangan lupakan saat-saat di kelas. Pun, untuk melangkah lebih dalam lagi, Flora sama sekali tak ada pula keinginan untuk itu. Gadis itu tak serta merta memberikan pengakuannya terlebih dahulu--karena jujur, ia juga tidak yakin jikalau jawaban itu akan sesuai dengan harapannya. Ia lebih baik menunggu sang hasil, entah kapan itu akan tiba. Hanya yang pasti, inilah fokus Flora dalam dirinya berupaya dekat satu demi langkah terhadap Radit. Proses tidak akan mengkhianati hasil bukan?

Flora melongokkan kepalanya, ia menilik tubuh itu yang tidak bergerak sesuai dengan semestinya. Ei, menuju parkiran harusnya belok ke kanan. Kenapa Radit terus berjalan menuju gerbang fakultas? Apa dia tidak membawa motor?

Ikuti lagi, tentu! Flora melakukan hal itu karena rasa penasarannya. Hingga terbelalaklah mata itu ketika mendapati suatu hal yang diluar dugaannya.

Radit menghampirinya. Seorang wanita yang berdiri di depan mobil merahnya dan merentangkan lebar kedua tangannya seakan ingin menyambut laki-laki itu dalam pelukannya. Flora bisa melihat dengan jelas jika Radit masuk ke dalamnya--dengan sukarela.

Hem, bagai tersambar petir di siang bolong. Mungkin itulah hal yang bisa menggambarkan keadaan Flora saat ini. Ia terdiam, termangu di posisinya. Sungguh pikirannya tak bisa mencerna disaat tanpa adanya paksaan Radit terlihat mencium hangat pucuk kepala wanita itu.

Ah tidak, bahkan disaat Radit sudah bergerak ikut serta bersama wanita itu ke dalam mobil, Flora hanya bisa mengedarkan kepalanya mengikuti mobil yang perlahan berjalan itu, tetap dalam titik posisinya saat ini. Flora benar-benar kaget dibuatnya, tak bisa lagi ia memfokuskan kesadarannya.

"Oy, ngapain bengong?" Dari arah belakang suara laki-laki terdengar jelas, membuatnya secara otomatis kembali dalam kesadarannya. Oh terima kasih untuk laki-laki ini.

"Oh, Eja?!" Rupa orang itu sudah terlihat, Flora bisa mendapatinya dengan sedikit keterkejutan. Anak ini kenapa tiba-tiba saja bisa ada disekitar sini?

"Ja, ja! Gue nebeng. Lu ikutin mobil merah itu ya!?" Tapi tak apa, anggap saja Eja adalah seseorang yang semesta kirimkan untuk membantunya.

SUN: Sunrise & SunsetDär berättelser lever. Upptäck nu