08-Rooftop (2)

25 7 0
                                    

Happy reading



"Hai," sapa mereka saat sampai di depan kedua perempuan itu. Bukan, lebih tepatnya hanya satu dari dua lelaki itu saja yang menyapa, ia adalah Nathan.

Kedua perempuan itu yang tadinya sedang mengobrol dengan asik seketika menengok ke sumber suara kala ada yang menyapanya.

Dan betapa terkejutnya ternyata yang menyapa adalah most wanted sekolahnya. Dengan cepat mereka mengubah ekspresinya menjadi biasa saja.

"Hai juga, kak" balas sapaan mereka dengan kaku.

"Kalian ngapain?" tanya Nathan pada kedua adik kelasnya.

"Eum, anu kak,"

"Anu? Anu apa?" tanyanya lagi.

Duh Villaa, lo kok malah gugup sih! batin Villa.

Sementara Asya menahan tawanya agar tak keluar, bisa malu ia kalau tertawa depan kakak kelasnya. Tetapi sikapnya yang menahan tawa itu malah membuat kakak kelasnya—Marcel salah fokus karena dirinya.

Ia yang sadar sedang ditatap pun menatap balik orang tersebut. "Kenapa kak?" tanyanya dengan malu malu.

"Gak apa-apa," jawab Marcel apa adanya.

Marcel pun kembali fokus ke teman dan adik kelasnya begitu juga dengan Asya yang kembali fokus ke teman serta kakak kelasnya itu saat Nathan kembali membuka suara.

"Tadi maksud kamu, 'anu' apa?" tanya Nathan pada Villa.

Villa yang tadinya sudah lupa atas pertanyaan Nathan, kini ingat kembali kerena ia menanya lagi.

Masa iya gue jawabnya lagi nemenin Asya liat kak Marcel sih? 'kan gak mungkin, batin Villa.

Merasa tak ada jawaban dari lawan bicaranya, Nathan kembali bicara. "Hei," ucap Nathan sambil melambaikan tangan didepan wajah Villa.

"Ah—iya? kenapa kak?" tanyanya setelah tersadar dari lamunannya. Nathan pun menghela napas perlahan lalu tersenyum.

"Makannya jangan ngelamun," peringat Nathan yang membuat sang empu menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Tadi kak Nathan nanya kita lagi ngapain 'kan? Jadi...kita itu lagi ngadem disini, dan maksud aku 'anu' itu ya kita lagi ngadem," ucapnya ambigu. Nathan yang paham ucapan Villa yang seperti ambigu itu menganggukkan kepala.

"Kenapa berpisah? dua temen kalian disana," kata Marcel menunjuk ke arah dua temannya yang lain, siapa lagi kalau bukan Jian serta Aza.

Kedua perempuan itu mengikuti arah tunjuk kakak kelasnya. "Kita males kesana jadinya disini," jawabnya dengan serempak. Dua lelaki tampan itu hanya menganggukkan kepala tanda mengerti.

Disisi lain ada dua perempuan cantik dan dua lelaki tampan yang sedang mengobrol, siapa kah mereka? Ya, mereka adalah Jian, Aza, Kalen, dan Arkan.

"Oohh, jadi kalian disini ngadem," ucap Kalen mengulangi jawaban Jian atas pertanyaannya sembari menganggukan kepalanya.

Sementara Jian hanya merespon dengan dehaman. Kentara sekali kedua perempuan ini tak tertarik pada kedua most wanted di depannya ini seperti perempuan lainnya.

"Kalian kelas 11-1 ya?" tanya Arkan berbasa-basi.

"Iya kak," jawab Aza seadanya.

Buset, nih dekel beda kek cewek-cewek biasanya, yang biasanya berkoar kalo ada kita, ini malah enggak. Tapi gue seneng sih, capek sama cewek-cewek alay begitu, batin Arkan menekan kata 'alay'.

Setelahnya hening, tak ada lagi yang membuka suara. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing, sampai akhirnya kedua temannya dari kedua gender yang berbeda itu datang.

"Kantin gak? laper gue," ucap Nathan sambil mengelus perutnya yang kelaparan.

"Sama gue juga, yok lah. Udah mulai sepi juga pasti kantin," timpal Arkan menyetujui ucapan Nathan.

"Kalian mau ke kantin juga gak?" tanya Kalen pada keempat adik kelasnya.

Mereka yang ditanya saling pandang, menanya lewat tatapan mata. Dirasa ketiga temannya tak ada yang menjawab akhirnya Jian angkat bicara.

"Iya," jawabnya singkat.
"Tapi kalian jalan duluan aja kak, biar nanti kita berempat nyusul dibelakang," lanjutnya lagi.

Ucapan Jian membuat keempat kakak kelasnya itu mengernyit bingung. "Lho? kenapa gak barengan aja?" tanya Kalen.

"Eum...gimana ya kak, kita males nyari ribut sama para fansnya kak Kalen dan yang lainnya," tutur Villa dengan jujur.

Kalen terkekeh mendengar penuturan dari salah satu adik kelasnya yang ada didepannya. "Gak apa-apa kali, emangnya mereka siapa nyari ribut sama orang yang gak salah gini," kata Kalen.

"Nah, betul tuh. Tonjok aja kalo nyari ribut," timpal Arkan sambil meninju udara.

Mereka terkekeh geli, kecuali Jian. Ia sangat tak suka pada keempat lelaki itu. Ada satu hal yang membuatnya tak menyukai mereka. Kalian mau tahu hal apa itu? Liat sendiri aja nanti.

"Gak usah didengerin kalo ada yang ngomongin kalian tentang kita-kita," ucap Marcel seperti menasihati keempat adik kelasnya.

"Betul betul betul," ucap Nathan meniru kartun 2 lelaki kembar yang botak.

"Jadi gak, nih?" tanya Marcel.

"Jadi apa?" tanya balik Arkan.

Kalen menoyor kepala Arkan, membuat sang empunya marah. "Kok lo malah noyor kepala gue anjing!!" ketus Arkan.

"Udah dua kali hari ini gue ditoyor," ucapnya lagi masih dengan raut marah.

"Ya sorry Kan...reflek gue, lagian lo bisa-bisanya lupa—" ucapan Kalen terputus kala Arkan menyambar.

"Lupa apaan sih?"

"Kantin ege," jawab Nathan. Arkan pun ber-oh sambil menganggukan kepala paham.

"Udah lagi, ayok. Kasian itu mereka nunggu lama gegara lo bertiga bercandaan mulu," ucap Marcel menunjuk menggunakan dagu pada keempat adik kelasnya saat ia melontarkan kata 'mereka'.

"Ya udah, ayok,"

"Yok dek," ajak Kalen pada keempat adik kelasnya.

Kakak kelas serta adik kelas itu pun meninggalkan rooftop dan menuju kantin untuk memberi makan cacing-cacing yang ada didalam perutnya.

Continued

***

Maaf bangeett klo ceritanya nambah ga nyambungg huhuhu T.T
Tpi semoga aja kalian tetep suka dan ga kabur dri readersku (⁠っ⁠.⁠❛⁠ ⁠ᴗ⁠ ⁠❛⁠.⁠)⁠っ
Oke segini aja chapter ke-8 ini, see you in the next chapter guyss byebyeee MUACHH
Jangan lupa votenya ya loplop

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 12 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

A Story Between 4 Women Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang