Chapter 28 - mawar layu pt. 1

186 21 7
                                    

“T-tunggu.. Itu kan..” Mata Isagi sontak terbelalak kala tak sengaja melihat bayang-bayang orang yang ditandu masuk ke dalam ambulans.

Langsung saja dia keluar dari mobil sae dan berlari menghampiri ambulans yang akan pergi tersebut bersamaan dengan Sae yang baru keluar dari minimarket.

Saat melihat Isagi keluar dari mobilnya, Sae langsung saja mengejarnya.
“Isagi!” seru Sae

“Mihya!” walaupun dirasa sudah cukup cepat dia berlari, tapi sayangnya ambulans itu sudah tancap gas saat Isagi sampai.

“Isagi-kun.. Ada apa?” tanya Sae.

“Sae-san.. Tolong.. Bantu aku mengejar ambulans itu,” pinta Isagi.

“Hah?”

“Itu.. Itu Mihya! Suamiku!” seru Isagi

“Kaiser? Kau yakin?” tanya Sae yang dibalas dengan anggukan cepat dari Isagi.

“Ya sudah ayo kita ikuti,” Sae langsung menarik Isagi masuk ke mobilnya dan tanpa babibu langsung tancap gas mengikuti arah ambulans tersebut karena untungnya belum terlalu jauh.

Di dalam mobil, sesekali Sae melirik Isagi yang duduk dengan wajah pucat pasi.
“Isagi-kun.. Tenanglah, mungkin saja itu bukan dia,” ujar Sae.

“T-tapi.. Aku bisa melihatnya dengan jelas wajah dan warna rambutnya sebelum dimasukkan ke ambulans,” jelas Isagi.

“Wajah, rambut, dan pakaian sudah menggambarkannya,” lanjut Isagi.

Selama di jalan, Isagi terus memejamkan matanya dengan mulutnya yang berkomat-kamit merapalkan doa, tapi tak sesekali juga di merasa pusing hingga harus memijat pelipisnya beberapa kali dan hal itu pun disadari oleh Sae.

Sembari memegang setir dengan salah satu tangannya, tangannya yang lain merogoh saku celananya dan menyodorkan minyak angin pada Isagi.
“Ini..”

Isagi pun melirik benda yang disodorkan Sae padanya.
“Setidaknya ini bisa mengurangi rasa pusingmu,” ujar Sae dengan tatapannya yang tetap fokus pada jalan di depan.

“Terima kasih,” ujar Isagi sembari mengambil botol kecil berisi minyak angin tersebut dan memakainya di sekitar dahi dan tengkuk lehernya serta menghirup aromanya yang cukup berhasil membuatnya sedikit rileks.

Sesampainya di depan rumah sakit, Isagi langsung turun juga membawa tasnya, berlari menuju UGD, meninggalkan Sae yang masih harus memarkirkan mobilnya. Saat dia berhasil masuk ruang IGD tersebut, maniknya langsung menangkap sosok yang dia kejar sejak tadi, terbaring di atas brankar dengan bagian dahi dan rambutnya ditutupi kain putih yang sudah terkena noda darah.
“Mihya!”

Saat Isagi ingin menghampirinya lebih dekat, dia langsung ditahan oleh salah satu perawat yang berjaga di sana.

“Maaf, Anda siapa?” tanya perawat tersebut.

“Aku.. Suaminya,” jawab Isagi.

“Anda yakin itu suami Anda?” tanya sang Perawat yang dibalas anggukan dari Isagi.

Karena mendengar keributan, Dokter pun menghampiri mereka.
“Maaf.. Tapi apa benar Anda suami korban? Masalahnya beberapa struktur wajahnya mengalami kerusakan dan surat-surat identitas korban juga masih diselidiki oleh pihak berwajib,” ujar sang Dokter.

“Aku yakin. Itu suamiku! Tidak mungkin aku salah mengenalinya,” balas Isagi.

“Kalau begitu tolong isi formulir ini dulu, kami akan segera melakukan operasi karena bagian kepalanya mengalami luka yang cukup parah dan jika tidak dilakukan penanganan secepatnya bisa berdampak lebih buruk,” ujar sang dokter sembari memberikan kertas formulir pada Isagi.

Blue Promise | KaisagiWhere stories live. Discover now