Chapter 24 - Louis

186 23 22
                                    

Sesampainya di kamar, Isagi langsung menyuruhnya untuk mandi karena Kaiser kehujanan jadi dia tidak mau Kaiser demam setelahnya dan Kaiser pun tanpa basa basi langsung melaksanakan perintah Isagi,

Tak butuh waktu lama, Kaiser keluar dari kamar mandi dan melihat Isagi yang sedang menyusun bantal di ranjang mereka. Melihat peluang, Kaiser mendekatinya dan memeluknya dari belakang yang berhasil membuat Isagi tersentak kaget.
“Ayo makan malam,” bisik Kaiser tepat di belakang telinga Isagi sembari meniupnya.

“Umm.. Ayo..” ujar Isagi sembari mengangguk dan menarik tangan Kaiser keluar kamar dan turun ke bawah, ke meja makan.

‘Hah~ padahal bukan ini makan malam yang ku maksud..’ batin Kaiser sembari melihat suami kecilnya yang berjalan di depannya dengan menarik tangannya.

“Siapa pria tadi?” tanya Isagi sambil meletakan piring di meja makan.

“Dia Louis, sahabatku..” jawab Kaiser yang sontak membuat Isagi menatapnya sambil menaikkan salah satu alisnya.

“Temanku sejak kecil,” sambung Kaiser.

“Ceritakan,” ujar Isagi sambil menarik kursi dan mendudukkan tubuhnya berhadapan dengan Kaiser.

“Aku akan menceritakannya di kamar setelah makan malam,” balas Kaiser. Isagi pun hanya mengangguk dan tersenyum mendengarnya.

Saat Isagi menyodorkan nasi ke piring Kaiser, tiba-tiba dia teringat sesuatu.
“Oiya.. Dia juga harus makan malam bersama kita,” ucapnya.

Saat Isagi hendak bangkit dari kursinya, dengan cepat Kaiser menahannya.
“Biar aku saja yang memanggilnya.”

Setelah mengatakan itu, Kaiser langsung bangkit dan pergi ke kamar tamu yang berada di sebelah kamar mereka di atas.

5 menit.. 10 menit.. Isagi menunggu, namun Kaiser maupun Louis tak menampakkan batang hidungnya di penglihatan Isagi.
“Kenapa Mihya lama sekali?”

Isagi pun tergerak untuk menaiki anak tangga satu persatu hingga sampailah dia di depan pintu kamar Louis yang sedikit terbuka. Sayup-sayup dia mendengar suara tangisan dan suara suaminya.

“Sudah.. Tenangkan dirimu. Ada aku di sini,” ucap suara yang dia kenali selama bertahun-tahun dengan nada yang sangat lembut.

“Siapa pria itu? Kenapa dia tinggal bersamamu?” balas suara sang pria yang masih terdengar asing di telinganya dengan beberapa isakan tangisnya.

Isagi tak memasuki kamar itu ataupun bergerak menjauh dari sana, dia tetap berdiri mematung di depan pintu kamar tersebut sembari memperhatikan pembicaraan kedua insan di dalam sana.

“Dia Yoichi.. Istriku..” jawab Kaiser.

“Kalau kau sudah menikah kenapa masih berani memelukku?! Pergi sana bajingan! Apa kau tidak memikirkan perasaanku sebelum membawaku kemari?!” bentak Louis sembari mendorong Kaiser yang mencoba menenangkannya.

“Aku tidak memerlukan dirimu! Seharusnya tadi kau biarkan saja aku mati” sambungnya.

“Kau masih.. Mencintaiku?” tanya Kaiser sembari meneguk salivanya dengan berat disela ucapannya.

“Ya.. Aku masih mencintaimu.. Sangat.. Sangat mencintaimu..” gumam Louis dengan suara yang gemetar. Bahkan liquid beningnya pun sudan menerobos keluar dari matanya.

“Tapi kau sudah menikah sekarang.. Hiks,” lanjut louis yang kini sudah tidak bisa menahan isak tangisnya lagi.

“Hiks.. Dan sayangnya bukan aku yang menjadi istrimu..” sambungnya yang membuat Kaiser terdiam membatu di tempatnya.

Blue Promise | KaisagiWhere stories live. Discover now