Khawatir

13 0 0
                                    



"See you tomorrow Lia"

-Arex-



Arex takut,bingung saat menggendong Velia yang bersimbah darah.

Velia yang dalam keadaan saat ini tidak mungkin dibawa ke UKS sekolah,guru menyarankan agar velia langsung dibawa kerumah sakit saja menggunakan mobil Pak Wono. Arex membaringkan velia dibangku tengah dengan Arex memangku kepala Velia. Velia terus saja merintih kesakitan mengepalkan tangan nya menahan sakit dibahunya.

Diperjalanan Pak wono menyetir dengan kecepatan penuh.Khawatir itu yang mereka rasakan saat ini.

"Velia yang kuat, bentar lagi kita nyampe dirumah sakit ya nak" ucap pak Wono yang juga ikut panic.

Velia hanya mengangguk dengan bibir pucat, darah dibahunya juga tak berhenti keluar akibat tusukan yang begitu dalam. Tusukan nya bukan lah satu melainkan dua tusukan.

Arex memegang bahu velia menahan darah yang terus saja keluar, tangan kirinya terus mengelus surai Velia yang bercampur dengan keringat didahinya.

Arex dapat melihat Velia yang mulai hilang kesadaran , gadis itu perlahan memejamkan matanya.

Velia pingsan

"Lia hei hei bangun"

"Lia " Arex terus menepuk pipi velia, suara laki-laki itu terdengar gemetar.

Mereka memasuki area rumah sakit ,tanpa menunggu lama Arex turun membawa Velia masuk kerumah sakit bersama Pak wono.

"SUS TOLONG, SUSTER"Arex berteriak memanggil suster untuk menangani Velia.

Para petugas rumah sakit langsung saja sigap menyiapkan Brankar untuk velia.

Velia dibawa masuk kedalam ruangan untuk ditangani. Arex terdiam menatap pintu ruangan velia tertutup, Pak wono langsung memegang pundak Arex untuk menenagkan Arex.

Arex kacau sekarang ini, Laki-laki berseragam putih Abu-abu itu terlihat berantakan dengan darah yang ada dibaju dan ditanganya yang mulai mengering.

"Arex ngggakpapa nak, kamu jangan khawatir Velia pasti baik-baik saja" Ujar pak wono yang ikut duduk disamping Arex.

Arex menatap Pak wono seraya menganggukkan kepalanya.

"Kamu tau ini alasan bapak nyuruh Velia ngawasin kamu, KAMU SUKA KAN SAMA VELIA?"

Arex kembali menatap pak wono diam,Guru yang ada disampingnya ini adalah favoritnya. Mengapa? Dari awal Arex sebagai siswa Sma Pak wono lah yang selalu memperhatikannya, mensuportnya layak nya seorang ayah.

"Makasih Pak"

"Lakukan yang terbaik Arex" Pak wono mengusap punggung Arex.

----------

Kedua pasangan suami istri itu berlari menuju ruangan Velia , mereka begitu panik stelah mendapat kabar bahwa Velia masuk rumah sakit. Dapat Bagas lihat ada dua orang menunggu didepan Ruangan Velia.

Bagas mengenali laki-laki parubaya itu, dia walikelas Velia. Atensinya juga tidak luput dari anak laki-laki dengan pakaian yang dipenuhi darah.

Pak wono yang melihat itu langsung saja menghampiri orang tua velia "Pak Bu duduk dulu Velia akan baik-baik saja"

Mereka hanya menngangguk menyetujui seraya ikut bergabung duduk dengan Arex dan pak wono.

"Ini Arex yang menolong Velia saat di lukai oleh temannya"Ucap Pak wono yang memperkenalkan Arex.

Bagas yang tepat berada disamping Arex langsung memeluknya, menyalurkan rasa terimakasih.

"Om baju saya kotor, nanti baju om juga ikut kotor kena darah" Arex tak membalas pelukan itu takut mengotori baju Bagas.

Bagas melepaskan pelukannya dari Arex "Nggak papa, kan darah anak saya" bagas sedikit tersenyum begitupun dengan ratna ibu velia.

Tak lama akhirnya pintu ruangan velia terbuka, mereka langsung menghampiri dokter yang menangani velia "Bagai mana keadaan anak kami dokter" Tanya Ratna khawatir.

"Anak ibu baik-baik saja, dia hanya kekurangan darah "

Mereka yang mendengarnya bernafas lega,Velia tidak apa-apa, Untungnya tidak ada insiden kekurangan darah dirumah sakit ini.

"Terimakasih dokter"

"Baik saya tinggal dulu, Mari" pamit dokter itu.

Mereka masuk, Dapat dilihat Velia terbaring lemas dengan infus ditangannya. Arex ingin menangis sekarang ini juga tapi tidak mungkin, ia menahan sekuat mungkin tangisannya.

Ratna dari tadi hanya menangis mengelus surai anaknya "Veli kok bisa gini nak, maafin mama"

"Udah ma, Velia juga sedih kalo kamu gini juga"

Bagas mengernyitkan mata melihat Arex yang tersenyum getir melihat Velia.

Pak wono akhirnya membuka suara " Kalau begitu kami pamit pulang ya Pak" izin pak wono

"Pak , saya mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan kalian" Bagas menjabat tangan Pak wono.

"Sama-sama Pak, sudah menjadi tugas saya terlebih wali kelas Velia"

"Kalau begitu kami pamit ya Pak Bu" Pamit pak wono

"Om Tante, Arex pamit ya"

"Tunggu Arex" cegah Bagas

"Iya om , ada apa?"

"Alamat rumah kamu dimana"

"komplek perumahan serdadu no 4 om"

Bagas mengernyit kan kening nya " Kamu anak Rehan?"

"Iya om"

Bagas tersenyum "Ya sudah , hati-hati Pak dan Arex"

"See you tomorrow Lia" Batin Arex

Arex dan Pak wono berlalu meninggalkan rumah sakit itu "Pak Arex kesekolah lagi aja pak"

"Kenapa begitu"

"Tas saya dan juga velia masih ada disekolah pak"

"Ya sudah , saya antarkan juga pulang kamu"

Arex mengiyakan tawaran Pak wono, lagipun mana mungkin dia berkendara motor dengan bajunya yang dipenuhi darah, bisa-bisa orang mengira dia baru saja membunuh seseorang.



-See u next part-

Arelia [On Going]Where stories live. Discover now