Matahari Ku

25 17 0
                                    

Yang belum follow, ayo follow dulu. Budayakan untuk vote sebelum membaca.

🐿️🐿️🐿️

"Semoga hasil Ujian kalian bisa memuaskan. Bapak tau, kalian semua sangatlah berpotensi. Bapak harap, setelah kalian semua lulus dari SMA NEGERI RAYUAN KELAPA bisa terus berprestasi dengan sebaik-baiknya"

"Aamiin!"

"Silakan dibuka, itu adalah nilai ujian kalian semua"

Hari ini adalah hari dimana aku sangat takut. Iya aku takut, jika hasil ujian ku tidak memuaskan. Semuanya sudah aku lakukan dengan sungguh-sungguh untuk bisa berkuliah di perguruan tinggi yang ada di kota.

"Apa nanti saja ya aku buka nya" aku menatap sekeliling ku, teman teman ku tampak gembira dan bersorak senang.

Aku ikut senang ketika mereka semua mendapatkan nilai yang sempurna, karena usaha mereka tidak lah sia sia.

"Tarii! Gimana hasil nya?" Amanda mendekati ku yang terduduk sambil menatap teman teman ku, kini teralihkan oleh kehadiran amanda

"Belum di buka"

"Kenapa emangnya?" Guratan alis amanda terlihat jelas, menandakan gadis itu terheran-heran kepada ku

"Takut aja sih" aku mencoba tertawa kecil, walaupun hati ku masih deg degan

"Yaampun, anak sepintar kamu takut nilai nya jelek? Aduh Ayunda Mentari Kinara. Kamu ini siswi pinter di SMA kita, gak mungkin lah kalo nilai mu sampai jelek" ucap Amanda terdengar gregetan. Aku mampun tertawa kecil. Lucu melihat wajah kesal amanda

"Ha-ha-ha bisa saja. Kamu? Gimana nilainya?"

Amanda memberikan simbol jari '👌🏼' pada ku
"Perfect, aku udah puas sama nilai 89, udah lebih dari target ku sih" ujar nya sambil tersenyum lebar

Sambil sesekali aku menghela nafas kecil, aku berdoa di dalam hati. Semoga nilai ku bisa membuat kakek dan nenek gembira. Aku berjuang keras hanya untuk melihat mereka gembira.

Ayo Tari, kamu bisa!

Didalam hati aku terus menyoraki diri ku untuk lebih berani melihat hasil ujian pada amplop putih yang tertera namaku

AYUNDA MENTARI KINARA

Amanda juga terus menyoraki diriku agar tidak terlihat gugup saat melihat nilai ujian, anggap saja ini terlalu berlebihan. Memang aku sangat berlebihan jika menyangkut nilai, karena semuanya terlihat penting bagi ku

"98!"

Lihat lah nilai ujian ku.
Amanda yang ada di sisi ku pun tampak terkejut, sambil membekap mulut nya sendiri dengan telapak tangan nya

"Itu nilai yang bagus Tari!"

Syukurlah

Aku tersenyum kecil, hati ku sedikit lebih lega dari sebelumnya, perasaan takut pun sirna terganti oleh perasaan senang.

Kira kira bagaimana reaksi Kakek dan Nenek nanti?

Ah aku tidak sabar menunggu bel sekolah berbunyi.

"Selamat ya tar, aku tau kamu gak akan dapat nilai yang jelek"

Amanda memeluk tubuh ku dari samping, aku tersenyum lebar
"Selamat juga ya Man, selamat untuk kita berdua!"

"Yeay selamat!"

☀️☀️☀️

Mentari nama tengah nya
Mentari atau biasa di panggil Tari
Nama nya seperti cahaya di hidup nya, cahaya matahari. Sang nenek yang telah memberikan nama itu.

Di besarkan oleh kakek dan nenek selama 18 tahun, di tinggal pergi oleh bunda saat baru lahir di dunia.

Lika liku kehidupan yang selalu penuh kisah sederhana di dalam nya. Namun hari ini. Mentari yang tidak lagi bersinar.

Deru nafas ku tersengal-sengal dengan kaki mengayuh kuat sepeda yang ku kendarai. Tidak peduli dengan keringat membasahi tubuh.

Air muka ku terlihat pucat

Suara keras dari mushola kampung terdengar jelas

Innalilahi wainnailaihi Raji'un
Innalilahi wainnailaihi Raji'un

Telah berpulang ke Rahmatullah pada siang ini
Nek Sania Fitri binti Gani Ahmad

Tidak.

Tuhan, tolong jangan bawa matahariku

Brak

Sepeda yang ku kayuh terjatuh, aku segera berlari masuk kedalam rumah, para tetangga pun kini tampak ramai berada di dalam rumah

"Nek, nenek"

"Nek, Tari pulang"

Bak seperti kehilangan ingatan, aku berjalan tak tau arah, memasuki rumah, terlihat jelas jenazah nenek terbaring kaku di lantai

"Nak Tari, sini nak" suara bu Mila seketika membuat ku tersadar. Halus nya belaian tangan bu Mila menarik lengan ku

"Nenek udah gak ada Nak.."

Kakek yang baru dari belakang, kini menghampiri ku terduduk lemas dengan seragam yang lusuh. Kakek mendekap ku erat, seolah memberikan kekuatan kepada kami berdua

Tangis ku pecah

Tidak terbendung lagi.

Aku mulai terisak di dalam pelukan kakek

Baru saja kemarin kami tertawa bersama, baru saja kemarin Nenek bilang jika dia ingin melihat ku mendapatkan nilai ujian yang bagus.

"Cah ayu, Matahari Kakek kini pergi..."

T.B.C

Jangan lupa vote ya, bantu sebarkan cerita ini seluas-luasnya

Tinggalkan jejak!

See u next part

This Jayden!Donde viven las historias. Descúbrelo ahora