"Mobil sudah disiapkan Mr Blackstone, tolong ikuti saya" Richard berkata dengan tegas menunggu jawaban Sean, Seann mengangguk lalu melihat ke arahku yang sudah pucat pasi karenanya.

"Hey, aku tidak akan jauh darimu, semua akan baik-baik saja" Sean menghiburku sekali lagi lalu mengeratkan pegangannya di pinggangku.

"Ya, aku tahu" jawabku sekenanya, aku merasakan mual di perutku saat aku dibawa menuju pintu yang diluar terdapat banyak sekali paparazzi yang telah siap dengan senjata mereka yang tiap detik menghasilakan kilatan cahaya yang membuat mataku sakit, aku mengeratkan cengkeramanku di dada Sean saat Richard membuka pintu untuk aku dan Sean, di depan kami beberapa orang berbadan besar sudah berusaha menahan kerumunan paparazzi itu untuk menjauh dari kami berdua tapi kurasa ittu tidak cukup berhasil mengingat banyaknya jumlah mereka, mereka terus menyerbu kami tanpa henti, kini kami telah terjebak di tengah-tengah mereka. Richard tidak berkutik dan malah terjebak dikerumunan paparazzi. Aku mendengar Sean mengumpat lirih sambil membawaku semakin rapat ke dadanya, aku menutupi wajahku di dada bidangnya dan Sean menekan kepalaku agar aku tetap pada posisiku itu.

"Sean..." aku berbisik ketakutan setelah tubuh kami berulang-ulang terdorong oleh pengawal yang mencoba menghalangi paparazzi yang mengepung kami.

"Stt, aku disini, semua akan baik-baik saja" dia berkata dengan tenang, tapi aku yakin ada kecemasan juga dibalik suaranya. Aku bersyukur aku telah masuk kedalam mobil bersama Sean setelah aku melewati neraka ini. Mobil langsung melesat menuju penthouse begitu aku dan Sean duduk di mobil. Lengan Sean kembali membungkus pinggangku lalu mengangkatku keatas pangkuannya, aku melingkarkan lenganku untuk menyambutnya. Aku juga merasakan bahwa dia tersenyum ketika aku melakukannya. dia mengecup bahuku dengan kecupan kecil lalu menghirup aroma rambutku.

"Sampai kapan ini akan berlangsung?" aku bertanya sambil mengeratkan pelukanku padanya.

"Tidak akan lama, aku berjanji" dia berkata dan kata-katanya menghilangkan segala keraguanku, itulah yang dia lakukan padaku, menghilangkan keraguanku tentang apapun ketika dia berada disisiku.

"Kemana kita akan pergi?" aku kembali bertanya.

"Penthouse" Kami terdiam selama perjalanan kembali ke penthouse, berada dipelukannya membuatku sangat nyaman dan tenang. Saat kami telah sampai di penthouse, tiba-tiba ponsel Sean berbunyi, dia mengangkatnya sambil menggiringku kearah lift. Dia mengucapkan beberapa kata dengan kerutan dikeningnya. Lalu berkata bahwa dia akan sampai disana secepatnya, oh astaga... apakah dia akan meninggalkanku sendirian disini.

Saat dia memutuskan panggilan dia meraih wajahku dengan kedua tangan hangatnya itu lalu, aku memejamkan mata untuk merasakan kedua tangan itu membelai lembut wajahku. Aku menyentuh kedua telapak tangannya itu dengan kedua tanganku sendiri, aku menahannya tetap berada di wajahku.

"Kau akan meninggalkanku sendiri?" aku bertanya, dan dia tampak benar-benar tersiksa ketika aku mengatakannya.

"Tidak akan sayang, aku hanya pergi sebentar" dia menghiburku dengan berusaha tersenyum untuk menenangkanku.

"Kemana?" aku mengelus rahangnya dan dia memejamkan matanya untuk menahan erangan yang aku yakin akan keluar dari mulutnya, aku suka ketika melakukan itu padanya.

"Ada masalah di mansion, aku akan segera kembali begitu aku menyelesaikannya" dia berkata, aku mengangguk lalu melepaskan tanganku darinya, dia terlihat kecewa ketika aku melakukannya, tapi akhirnya dia juga melepaskanku. Dia membuka pintu untukku lalu membiarkanku masuk, dia meraihku lalu mengecup lembut bibirku.

"Aku akan segera kembali, tetap didalam dan kunci pintunya, oke?"

"Oke" aku mengiyakan permintaannya lalu berusaha memberi senyuman padanya, dia membalas senyumanku sambil mengelus puncak kepalaku, aku tahu jika dia juga tidak ingin pergi, tapi aku tidak menahannya, aku tidak ingin menahannya, mungkin aja ada hal penting yang benar-benar harus dia selesaikan.Aku telah melakukan semua yang Sean inginkan begitu aku masuk ke dalam penthouse, aku menutup dan mengunci pintunya. Aku mendesah lelah saat aku berjalan melintasi ruang tamu yang begitu luas. Aku melepas heels mahal yang kupakai dengan sembarangan, melempar tasku ke arah sofa krem yang menghadap ke dinding kaca. Aku merasa diriku benar-benar harus berendam setelah sepanjang hari ini berada dalam kesulitan, majalah, makan siang yang kacau, aku tertidur di pangkuan Sean untuk entah berapa lama, paparazzi. Aku benar-benar merasa sangat 'menjijikkan?'. Entahlah aku hanya ingin berendam saat ini.

Forever MineWhere stories live. Discover now